Pemberontakan yang ditandai dengan mendirikan Negara Islam Indonesia terjadi pada tanggal

TRIBUNNEWSWIKI.COM- Darul Islam atau Negara Islam Indonesia merupakan sekelompok Islam Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia.

Pada 7 Agustus 1948, mulai dibentuk oleh sekelompok milisi Muslim yang dikoordinasikan oleh seorang politisi bernama Sekarmadji Kartosoewiryo.

Ia berada di Desa Cisampang, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kelompok ini mengakui syariat Islam sebagai sumber hukum yang valid.

Gerakan ini memiliki cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama non-kekerasan.

Tujuan gerakan ini sebagai dasar negara, yang pada saat itu Republik Indonesia telah diproklamasikan kemerdekaan dan pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai negara terokrasi dengan agama Islam.

Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Sunnah".

Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum kafir". (1) 

Baca: Kudeta APRA

Soekarno saat menangis dan Kartosuwiryo menjelang eksekusi.

Darul Islam di Indonesia digunakan untuk merealisasikan cita-cita Negara Islam Indonesia.

Tujuannya untuk mendirikan sebuah negara yang diperintah atas dasar syariat Islam.

Darul Islam ini digagas oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo atau disapa Kartosoewiryo.

Ia dikenal memiliki pribadi yang sederhana dan gigih dalam berargumentasi untuk mendeklarasikan Darul Islam Indonesia.

Sebelum mendeklarasikan, ia bersama rekannya harus menghadapi permasalahan yang berasal dari bangsa Indonesia dan bangsa asing, yang ingin menjajah kembali.

Pada tanggal 14 Agustus 1947 setelah Aksi Militer I Belanda, Kartosoewiryo menyatakana perang suci melawan Belanda.

Ia membagi wilayahnya dalam beberapa daerah yang terdiri dari Daerah I (Ibukota Negara), Daerah II yang meliputi Jawa Barat, dan Daerah III dimana penduduknya menjadi pengikutnya.

Gerakan Darul Islam dipimpin oleh Kartosoewiryo di Jawa Barat, yang berhasil memproklamasikan Darul Islam.

Selain itu, ia berhasil membentuk sebuah angkatan tentara yang diberi nama TII (Tentara Islam Indonesia).

Timbulnya gerakan ini karena berawal dari konflik dan perpecahan dalam tubuh pastai PSII pada masa pergerakan Nasional.

Pada perang kemerdekaan, Kartosoewiryo menolak hasil persetujuan Renville.

Kesempatan untuk mendeklarasikan Darul Islam bermula ketika Agresi Militer II Belanda telah berakhir.

Pada saat itu, tepatnya pada tanggal 04 Agustus 1949, disusunlah Delegasi Indonesia yang akan mengikuti Komperensi Meja Bundar di Den Haag Belanda, dan diputuskanlah Moh. Hatta untuk berangkat ke Den Haag sebagai perwakilan dari Indonesia, pada tanggal 06 Agustus 1949. (2) 

Baca: Komunis

Kartosoewiryo jelang hukuman mati

Pemberontakan DI/TII berlangsung pada 7 Agustus 1949 di bawah pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosoewiryo.

Dalam pemberontakan tersebut ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengam syari'at Islam. Bahkan ditandai dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII).

Upaya bangsa Indonesia menumpas pemberontakan tersebut memakan waktu cukup lama.

Kartosoewiryo dan para pengikutnya baru bisa ditangkap pada 4 Juni 1962. (3) 

Baca: De Facto

Pada 1941, Kartosoewiryo dihukum oleh pengadilan negeri Subang dengan hukuman penjara satu setengah bulan karena dianggap sebagai mata-mata Jepang.

Ia juga kerap melakukan perlawanan terhadap pemerintah demi merealisasikan cita-citanya.

Akhirnya cita-citanya mendirikan Negara Islam Indonesia tercapai, namun ia harus berakhir dengan tragis.

Setelah penangkapan yang dilakukan oleh pasukan Suhanda atas dirinya pada 04 Juni 1962, akhirnya pada 16 Agustus 1962 ia dijatuhkan vonis hukuman mati.

Pada September 1962, tepatnya di pulau Ubi Kepulauan Seribu ia ditembak mati.

Darul Islam pun melemah saat terjadinya operasi militer yang disebut dengan Perang Bedok.

Bahkan, dari kubu Darul Islam itu sendiri semakin terdesak, akhirnya pada tanggal 11 Juni 1961 dikeluarkanlah “Perintah Perang Semesta” (PPS) yang tidak ditandatangani oleh Kartosoewiryo, melainkan oleh Taruna.

Namun usaha itu juga tidak dapat mempertahankan keeksistensian Darul Islam. (2)

Baca: Konfrontasi Indonesia - Malaysia

(Tribunnewswiki.com/ Husna)

Solopos.com, SOLO — Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) atau yang juga dikenal sebagai Darul Islam (DI) di Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar) pada 7 Agustus 1949.

Berdirinya Negara Islam Indonesia merupakan salah satu peristiwa bersejarah pada 7 Agustus.

PromosiHari Keluarga Nasional: Kudu Tepat, Ortu Jangan Pelit Gadget ke Anak!

Selain soal Negara Islam Indonesia, masih banyak peristiwa bersejarah pada 7 Agustus yang terangkum pada Hari Ini Dalam Sejarah, 7 Agustus yang dihimpun Solopos.com dari Brainyhistory.com, Thepeoplehistory.com, dan Wikipedia.org:

1714

Pertempuran Gangut antara pasukan Swedia dan pasukan Rusia meletus di Semenanjung Hankko, sebelah utara Finlandia. Pertempuran antar-angkatan laut itu berhasil dimenangi pasukan Rusia.

1933

Tentara Kerajaan Irak memulai pembantaian terhadap orang Assyria di Simile, sebelah utara Kerajaan Irak. Pembantaian itu berlangsung hingga 11 Agustus di tahun yang sama dan mengakibatkan tewasnya 5.000 orang hingga 6.000 orang Assyria. Pembantaian tersebut lantas dikenang dengan sebutan Pembantaian Simile.

1942

Pertempuran Guadalkanal meletus setelah pasukan Sekutu tiba di Pulau Guadalkanal, Kepulauan Solomon yang diduduki pasukan Jepang. Pertempuran tersebut berlangsung hingga 9 Februari 1943 dan berakhir dengan kemenangan pasukan Sekutu.

1945

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk menggantikan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibubarkan Jepang. PPKI dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

1949

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) atau yang juga dikenal sebagai Darul Islam (DI) di Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar). Proklamasi itu sekaligus mengawali pemberontakan tentara NII/DI terhadap pemerintah Indonesia. NII/DI lantas dibubarkan pada 2 September 1962.

1960

Pantai Gading meraih kemerdekaan penuh dari Prancis. Sebelumnya, Pantai Gading menjadi wilayah kekuasaan Prancis sejak 1843.

1965

Singapura dikeluarkan dari Federasi Malaysia dua tahun setelah konflik ideologi yang semakin memanas antara People Action Party (PAP) atau Partai Aksi Rakyat yang berkuasa di Singapura dan pemerintah federal di Kuala Lumpur. Singapura secara resmi mendapatkan kedaulatan dua hari kemudian.

1972

Pemimpin Uganda, Idi Amin, mengusir sekitar 60.000 orang keturunan Asia yang tinggal di Uganda. Pengusiran itu dipicu kebencian orang kulit hitam terhadap orang keturunan Asia yang sukses berbisnis di Uganda. Idi Amin memberi tenggat waktu hingga 90 hari kepada orang keturunan Asia untuk meninggalkan Uganda sejak perintahnya dikeluarkan.

1990

Presiden Amerika Serikat (AS) George Herbert Walker Bush memerintahkan pasukannya melaksanakan Operasi Badai Gurun di Kuwait. Dalam operasi yang kemudian dimulai pada beberapa bulan kemudian itu, pasukan AS diperintah untuk melawan pasukan Irak yang menginvasi Kuwait.

1994

Sejumlah penulis dan wartawan muda berkumpul di Sirnagalih, Bogor, Jawa Barat, mendeklarasikan berdirinya Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Pendirian organisasi itu dipicu pembredelan tiga media, yakni DeTik, Tempo, dan Editor pada 21 Juni 1994. AJI didirikan sebagai upaya untuk membuat organisasi jurnalis alternatif di luar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini". Klik link //t.me/soloposdotcom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

tirto.id - Sejarah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat mencapai puncak aksinya tanggal 7 Agustus 1949. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) yang kemudian ditangkap dan dihukum mati.

Latar belakang peristiwa ini adalah ketidakpuasan Kartosoewirjo terhadap kemerdekaan Republik Indonesia yang masih dibayang-bayangi oleh kehadiran Belanda yang ingin berkuasa lagi.

Perundingan Renville pada 7 Januari 1948 antara pihak Indonesia dan Belanda menimbulkan masalah baru. Kubu Kartosoewirjo menganggap pemberian wilayah Jawa Barat sebagai bagian Belanda bukan arti kemerdekaan sebenarnya.

Bahkan, kebijakan tersebut membawa Kartosoewirjo mengklaim Jawa Barat bukan bagian Indonesia lagi.

Dalam Darul Islam: Suatu Pemberontakan (1955), C. van Dijk menerangkan, saat itu, Kartosoewirjo bertemu dengan Raden Oni dari Laskar Sabilillah Tasikmalaya. Mereka berniat mempertahankan Jawa Barat bersama Sabilillah dan Hizbullah.

Baca juga:

  • Sejarah Perundingan Renville: Latar Belakang, Isi, Tokoh, & Dampak
  • Sejarah Agresi Militer Belanda I: Latar Belakang, Kronologi, Dampak
  • Sejarah Peristiwa PKI Madiun 1948: Latar Belakang & Tujuan Musso

Bulan Februari 1948, dibentuk Tentara Islam Indonesia (TII) serta pengangkatan Raden Oni menjadi panglimanya di Priangan.

Penetapan ini terjadi dalam pertemuan di Desa Pangwedusan, Cisayong, Tasikmalaya. Laskar Hizbullah, Sabilillah, dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) hadir di forum tersebut.

Upaya pendirian NII di Jawa Barat tercium oleh pemerintah Indonesia. Kartosoewirjo dan kawan-kawan rupanya tidak mendapatkan informasi terbaru terkait perkembangan kedaulatan Indonesia setelah Perundingan Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Tokoh Islam Indonesia, Mohammad Natsir, yang nantinya menjabat sebagai perdana menteri, mengungkapkan, ia ditugaskan oleh Presiden Sukarno untuk mengirim surat kepada Kartosoewirjo perihal perkembangan kondisi terbaru.

Namun, sebutnya dalam buku Mohammad Natsir 70 Tahun: Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan (1978), surat yang ditulis tanggal 4 Agustus 1959 itu tidak sampai seperti yang diperkirakan.

Baca juga:

  • Sejarah Agresi Militer Belanda II: Latar Belakang, Tokoh, Dampaknya
  • Sejarah Perjanjian Linggarjati: Latar Belakang, Isi, Tokoh Delegasi
  • Sejarah Konferensi Meja Bundar (KMB): Latar Belakang, Tokoh, Hasil

Proklamasi Negara Islam Indonesia

Lantaran tidak tahu perkembangan yang terjadi, ketidakpuasan Kartosoewirjo akhirnya mencapai puncak. Proklamasi hadirnya NII sebagai negara dikumandangkan di Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat, tanggal 7 Agustus 1949.

Isi proklamasi NII ala Kartosoewirjo itu antara lain:

“Bismillahirrahmanirrahim Asyhadu alla illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Kami Umat Islam Bangsa Indonesia menyatakan berdirinya Negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia itu ialah: Hukum Islam," demikian bunyinya ditutup takbir dan tanda tangan Kartosoewirjo.

NII dalam maklumat pemerintah No II/7, menuliskan bahwa 17 Agustus 1945 atau hari kemerdekaan Indonesia adalah akhir masa kehidupan bangsa Indonesia.

Kartosoewirjo telah memantapkan langkahnya untuk mengklaim seluruh wilayah Indonesia sebagai kekuasaan NII. Sahabat masa remaja Sukarno ini merangkai konsep bentuk dan sistem pemerintahan baru dengan dirinya sebagai imam negara.

Baca juga:

  • Sejarah Perjanjian Kalijati: Latar Belakang, Isi, & Tokoh Delegasi
  • Peristiwa Rengasdengklok: Sejarah, Latar Belakang, & Kronologi
  • Apa itu Romusha di Masa Penjajahan Jepang, Tujuan, dan Dampaknya?

Selain itu, dalam susunan pemerintahan NII ada wakil imam yang diisi oleh Karman. Terdapat juga menteri dalam negeri dan penerangan yang posisinya dijabat Sanusi Partawidjaja dan Thaha Arsyad.

Terakhir, ada beberapa posisi menteri lagi, seperti Menteri Keuangan (Udin Kartasasmita), Menteri Pertahanan (Raden Oni), dan Menteri Kehakiman (Ghazali Thusi).

NII bertahan belasan tahun dengan cara gerilya di hutan-hutan di tanah Sunda untuk mempertahankan diri dari kejaran militer Republik Indonesia.

Namun, gerakan NII ternyata juga meresahkan masyarakat. Dikutip dari tulisan Irfan Teguh berjudul “Digorok Gerombolan: Kesaksian Kekejaman DI/TII di Bandung", diungkapkan kesaksian warga bernama Emeh.

Emeh ingat betul bagaimana ia dan warga lainnya hampir setiap hari harus menyediakan nasi untuk orang-orang DI/TII dan sering diperlakukan kasar oleh anak-anak buah Kartosoewirjo itu.

Baca juga:

  • Serangan Umum 1 Maret 1949: Kronologi, Tokoh, & Kontroversi
  • Hari Pahlawan 10 November & Sejarah Pertempuran Surabaya 1945
  • Kronologi Sejarah Perang Diponegoro: Sebab, Tokoh, Akhir, & Dampak

Akhir NII & Kartosoewirjo

NII ternyata bukan hanya berperang melawan TNI, namun juga bertindak semena-mena hingga mulai timbul perasaan curiga antara ulama, pemerintah, dan masyarakat akhirnya menimbulkan peristiwa fitnah.

Menanggapi masalah ini, maka dibentuklah Badan Musyawarah Alim Ulama yang bertugas memantau pergerakan DI/TII sebagai upaya membantu pemerintah Indonesia.

Tanggal 4 Juni 1962, operasi Pagar Betis yang dilancarkan oleh militer Indonesia berhasil menangkap para anggota DI/TII beserta jajaran petingginya. Mereka ditangkap, termasuk sang imam, Kartosoewirjo.

Berdasarkan keputusan Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper) tanggal 16 Agustus 1962, Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati karena telah memberontak terhadap pemerintahan Indonesia.

Pada 5 September 1962, Kartosoewirjo dibawa ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu, dekat Teluk Jakarta. Ia dieksekusi setelah sehari sebelumnya dikabulkan permintaan terakhirnya untuk bertemu keluarga.

Tepat pukul 05.50 WIB, Kartosoewirjo dihukum mati dan itulah akhir perlawanan DI/TII di Jawa Barat.

Baca juga:

  • Kontroversi Sejarah Pemberontakan Ra Semi di Kerajaan Majapahit
  • Sejarah Runtuhnya Kesultanan Mataram Islam & Daftar Raja-raja
  • Sejarah Runtuhnya Kerajaan Singasari dan Pemberontakan Jayakatwang

Baca juga artikel terkait KARTOSOEWIRJO atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/isw)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA