Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

KOMPAS.com - Monumen Kresek terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Lokasi Monumen Kresek tepatnya berada 8 kilometer ke arah timur Kota Madiun.

Monumen Kresek adalah monumen sejarah yang dibangun untuk mengenang peristiwa pemberontakan PKI Madiun pada tanggal 18 September 1948.

Luas Monumen Kresek sekitar dua hektar yang saat ini merupakan destinasi wisata favorit di Kabupaten Madiun dan sekitarnya.

Daya Tarik Monumen Kresek

Peristiwa Madiun ini adalah gerakan PKI Madiun yang terjadi di perbukitan dekat Desa Kresek, Madiun.

Monumen Kresek terdiri dari monumen dan relief keganasan PKI tahun 1948 di Madiun.

Saat memasuki monumen, pengunjung akan melihat patung besar yang terdiri dari dua orang.

Patung tersebut merupakan gambaran Muso yang akan memenggal Kyai Husein, tokoh-tokoh dalam peristiwa Madiun itu.

Untuk mencapai patung pemenggalan itu, ada tangga yang berjumlah 17,9, dan 45.
Jumlah tangga seolah menyimbolkan tanggal kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945.

Di sekitar monumen juga terdapat prasasti batu yang mengukir nama-nama prajurit TNI dan pamong desa yang gugur dalam peristiwa Madiun 1948.

Salah satu prajurit TNI yang gugur dalam pertempuran adalah Kolonel Inf Marhadi yang namanya diabadikan menjadi nama Jalan di Madiun.

Baca juga: Pemberontakan PKI Madiun 1948

Selain itu, ada juga patungnya di Alun-alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan.

Pemberontakan PKI Madiun 1948

Tujuan pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 adalah gerakan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah, yaitu Republik Indonesia dan mengganti landasan negara.

Gerakan atau pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso. Gerakan dimulai pada pertengahan tahun 1948 yang berpusat di Madiun, Jawa Timur.

Latar belakang pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 adalah jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditanda-tangani perjanjian Renville yang merugikan Repubik Indonesia.

Setelah tidak menjadi perdana menteri, Amir membentuk Front Demorasi Rakyat (FDR) yang bekerja sama dengan organisasi paham kiri, seperti Partai Komunis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan lain-lain.

Alasan kedua adalah kedekatan Amir Sjarifuddin dengan Muso, tokoh PKI yang bercita-cita menyebarkan komunisme di Indonesia.

Kemudian, ada kekecewaan terhadap perdana menteri selanjutnya, yakni kabinet Hatta dengan program mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa untuk menghemat biaya.

Pembrontakan PKI Madiun diawali dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan pemogokan kerja oleh kaum buruh.

Pemberontakan juga dilakukan dengan menculik dan membunuh beberapa tokoh negara, seperti penembakan Kolonel Sutarto dan penculikan serta pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur pertama, RM Ario Soerjo yang tengah berkunjung ke Ngawi.

Penculikan dan pembunuhan dilakukan kepada Dr Moewardi yang merupakan tokoh dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Amir Sjarifuddin, Kontroversi dan Perannya dalam Kemerdekaan Indonesia

Puncak pemberontakan terjadi pada tangga 18 September 1948, pemberontak berhasil menguasai Kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia.

Sikap Pemerintah terhadap Pemberontakan PKI Madiun 1948

Dalam mengatasi peristiwa ini, pemerintah menyadari bahwa yang dilakukan PKI sangat membahayakan negara.

Cara untuk mengakhiri pemberontakan, yaitu pertama Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat untuk memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.

Kedua, Penglima Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk melakukan operasi penumpasan dibantu santri.

Pada 30 September 1948, Madiun diduduki lagi oleh RI. Sejumlah petinggi PKI melarikan diri ke Vietnam dan Tionghoa, seperti Lukman dan DN Aidit.

Kemudian, Amir Sjarifuddin ditangkap dan ditembak mati. Sedangkan, Muso tertembak dalam pertempuran kecil di Ponorogo.

Sumber:

bkd.madiunkab.go.id

www.tribunnewswiki.com

sumber.belajar.kemdikbud.go.id

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

PKI Madiun: Latar Belakang.Tujuan, dan Tokoh – Bagi sebagian masyarakat Indonesia pasti sudah tahu tentang Partai Komunis Indonesia atau biasa dikenal oleh banyak orang dengan singkatan PKI. Pada dasarnya, kemunculan PKI sendiri mempunyai sejarah yang cukup panjang, bahkan sebelum berbentuk partai, anggota dari PKI, sudah membuat sebuah organisasi yang bernama Indische Sosiale Democratie Veereningen (ISDV) di tahun 1913.

Kemunculan PKI di Indonesia bisa dikatakan membawa malapetaka bagi Indonesia karena banyak sekali peristiwa pembunuhan. Peristiwa itu adalah suatu pemberontakan yang sudah sering dilakukan oleh para kaum Komunis di Indonesia, sudah banyak sekali korban yang berjatuhan. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh kaum Komunis di Indonesia dikenal sebagai peristiwa Madiun. Bahkan, pada saat itu rezim yang berkuasa di Kamboja, rezim Khmer (1975-1979) beranggapan bahwa peristiwa Madiun bisa dibilang seperti The Killing Field.

Indonesia mempunyai masa lalu yang cukup kelam, bahkan hampir seluruh masyarakat Indonesia mengetahui masa kelam tersebut. Tak sedikit juga yang mungkin pernah masa kelam Indonesia di masa lampau, hingga mengalami trauma. Salah satu peristiwa yang membuat sebagian masyarakat Indonesia tidak menginginkan hal seperti itu terjadi lagi adalah peristiwa Madiun. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1948 mulai dari bulan September hingga bulan Desember.

Adapun beberapa jumlah kabupaten yang mengalami peristiwa Madiun tersebut, seperti Madiun, Cepu, Ngawi, Kudus, Purwodadi, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, Pacitan, dan Pati. Pada peristiwa tersebut banyak sekali pembunuhan yang terjadi, mulai dari guru, toko, kiai, organisasi, hingga mayoritas kepala desa.

Peristiwa Madiun juga dikenal sebagai peristiwa pemberontakan PKI Madiun. Peristiwa ini tidak terjadi begitu saja atau ada hal yang melatarbelakangi peristiwa Madiun terjadi dan tujuan pemberontakan PKI Madiun juga memiliki beberapa tujuan. Lalu apa yang melatarbelakangi dan tujuan dari pemberontakan PKI Madiun?

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun

Di awal kemunculannya Partai Komunis Indonesia sudah dianggap sebagai sebagai suatu organisasi yang dicap memiliki sifat “radikal”. Sebelum berbentuk partai, para kaum komunis mulai membangunnya melalui sebuah organisasi yang bernama Indische Sosiale Democratie Veereningen (ISDV). Organisasi tersebut terbentuk pada zaman kolonial Hindia Belanda atau lebih tepatnya di tahun 1913.

Sementara itu, di eropa sekitar tahun 1917 terutama negara Rusia mulai membentuk republik dengan ideologi komunis. Dengan kehadiran paham komunis, maka bangsa-bangsa yang terjajah akan tertarik untuk menggunakan paham ini termasuk negara Indonesia (dijajah Belanda). Paham ini dipercaya dapat memberikan kebebasan kepada bangsa dan negara yang sedang dijajah. Dengan alasan itu juga, maka para kaum komunis Indonesia segera membentuk sebuah Partai Komunis Indonesia (PKI).

Terbentuknya PKI dengan tujuan untuk membangun semangat masyarakat Indonesia terutama buruh untuk melakukan perlawanan atau pemberontakan kepada pemerintah Hindia Belanda. Ternyata pergerakan PKI ini semakin lama semakin membesar, banyak masyarakat terutama para buruh dan para petani yang terkena rayuan atau janji manis dari para kaum komunis atau anggota PKI, bahkan bisa dibilang memiliki pengaruh yang cukup besar.

Pada masa itu, masyarakat yang bekerja sebagai buruh dan petani cukup banyak, seperti buruh yang bekerja di kantor pos, kantor kereta api, pabrik, dan lain-lain. Salah satu hal yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan PKI Madiun adalah perjanjian Renville yang telah disetujui, sehingga wilayah dari Republik Indonesia semakin mengecil dan semakin berkurang. Bahkan, kolonial Belanda memblokade jalur ekonomi Indonesia.

Perjanjian Renvile yang telah disetujui membuat Amir Syarifudin memberikan tanggung jawabnya untuk membentuk kabinet kepada Presiden Indonesia pada saat itu, Soekarno. Akan tetapi, Soekarno menyerahkan tugas membentuk kabinet kepada Moh. Hatta. Amanat yang telah diberikan dari Soekarno, maka Moh. Hatta membentuk kabinet tanpa adanya campur tangan dari kaum kiri atau kaum sosialis.

Setelah Amir Syarifudin mulai mundur dari kepengurusan kabinet, maka ia bersama kawan-kawan paham komunis mulai menciptakan sebuah organisasi, Front Demokrasi Indonesia (FDR). Bukan hanya membentuk FDR saja, Amir Syarifudin juga mulai melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi yang memiliki paham kiri, seperti Partai Komunis Indonesia, Barisan Tani Indonesia disingkat menjadi BTI, Pemuda Sosialis Indonesia disingkat menjadi Pesindo, dan lain-lain.

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Selain itu, terbentuknya suatu kabinet yang dibentuk oleh Moh. Hatta, yaitu Rekonstruksi dan Rasionalisasi (ReRa) juga menjadi hal yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dari PKI Madiun. Ha ini dikarenakan, paham komunis yang ingin disebarluaskan tidak maksimal, sehingga bagi kaum komunis melakukan pemberontakan di Madiun menjadi salah satu cara agar paham komunis di Indonesia dapat tersebar ke seluruh penjuru daerah yang ada di Indonesia.

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun

Peristiwa pemberontakan PKI Madiun bisa dibilang dimulai dari adanya perubahan gerakan komunis internasional dan yang menjadi pemimpinnya adalah Stalin. Perubahan itu membuat munculnya dua kubu dalam gerakan komunis. Pertama kubu imperialis dan anti dengan demokrasi serta yang menjadi pemimpin dari kubu ini adalah Amerika Serikat. Kedua, kubu anti imperialis tetapi demokratis, pemimpin dari kubu ini adalah negara Uni Soviet.

Dengan adanya pembagian kubu tersebut membuat negara-negara yang telah menjadi anggota komunis mulai berganti arah. Di sisi lainnya, PKI mulai merancang sebuah strategi dengan cara mengikuti rancangan tentara merah Uni Soviet. Rancangan tersebut digagas oleh menteri pertahanan, Amir Syarifudin yang sekaligus orang yang ikut andil dalam kelahiran PKI. Namun, dua Jenderal besar Indonesia, Jenderal Soedirman dan Jenderal Oerip Soemohardjo menolak sebuah gagasan yang dikeluarkan oleh Amir Syarifudin. Mereka beranggapan bahwa tentara rakyat dan tentara pejuang adalah Tentara Republik Indonesia (TRI) dan bukan tentara yang menggunakan konsep dari negara luar, yaitu tentara merah.

Amir Syarifudin tak menyerah begitu saja, ia mulai mengembangkan idenya agar PKI ini meluas dengan cara membuat suatu pendidikan politik tentara dalam bentuk sebuah lembaga. Menteri pertahanan, Amir Syarifudin mulai memberikan ajaran dan pemahaman komunis pada anggota tentara. Selain itu, ia juga memberikan pangkat militer agar para anggota tentara lebih yakin untuk mengikuti pendidikan politik tentara.

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Hal yang mengejutkan terjadi, sebuah rencana untuk mengembangkan PKI menjadi terganggu karena Presiden Soekarno mulai mengeluarkan perintah tentang Tentara Republik Indonesia (TRI) dan laskar-laskarnya untuk digabungkan menjadi satu kesatuan dan berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Amir Syarifudin yang mendengar perintah tersebut mulai mencari cara untuk mengembangkan PKI. Ia mulai menciptakan TNI masyarakat serta Direktorat Jenderal Angkatan Laut yang pusatnya ada di Lawang. Selain itu, Direktorat Jenderal Angkatan Laut mulai menciptakan kembali sebuah tentara Laut Republik Indonesia (TLRI). Dengan kehadiran TLRI diharapkan angkatan bersenjata dapat mengembangkan PKI di Indonesia.

Akan tetapi, paham komunis yang ingin disebarkan melalui angkatan bersenjata ternyata digagalkan oleh dua Jenderal besar Indonesia, yaitu Jenderal Soedirman dan Jenderal Oerip Soemohardjo.

Penyebaran paham komunis, mulai mengalami kemunduran karena kabinet Amir Syarifudin mengalami penolakan dari KNIP setelah perjanjian Renville terjadi. Dengan penolakan tersebut, maka kabinet yang dirancang oleh Amir Syarifudin tidak mengalami kemajuan, bahkan mendekati kata gagal. Amir Syarifudin tak menyerah untuk menyebarkan paham komunis, ia mulai mencari partai yang pro dengan paham komunis agar bergabung ke dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Di tengah-tengah kehadiran FDR di Indonesia, ada seorang tokoh komunis yang sudah melarikan diri datang kembali ke Indonesia dan tokoh itu bernama Muso. Setelah kehadirannya ini, Muso mulai memegang kendali untuk mengendalikan pemahaman komunis di Indonesia. Hingga pada akhirnya, Muso menjadi ketua dari Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI). Jabatan ketua di komite ini sebelumnya dijabat oleh Sardjono.

Muso juga membuat sebuah struktur kepengurusan, yaitu Amir Syarifudin yang diangkat menjadi sekretaris yang mengurus bidang pertahanan, Suripso yang memegang kendali segala urusan luar negeri, M.H. Lukman memimpin sekretariat agitrasi dan propaganda. D.N. Aidit yang diberikan tugas untuk mengurusi segala hal tentang buruh, dan Njoto yang menjabat sebagai wakil PKI.

Setiap anggota yang memiliki jabatan di PKI mulai mengembangkan paham komunis dengan cara melakukan pidato-pidato ke beberapa daerah seperti Solo, Sragen, Madiun, dan Yogyakarta. Setiap pidato yang dilakukan oleh para kepengurusan PKI bertujuan untuk menjatuhkan derajat pemerintah Republik Indonesia. Mereka (kaum PKI), juga mengancam kepada aparatur pemerintah seperti kepala desa agar bergabung ke PKI.

Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan di negara Indonesia dimulai dari daerah Madiun, Jawa Timur. Mereka melakukan pemberontakan ini dimulai dari pukul 03.00 yang ditandai dengan tembakan pistol sebanyak tiga kali. Ketika suara tembakan tersebut, mereka (PKI) mulai melakukan gerakan non-parlementer. Bahkan, bukan hanya gerakan non-parlementer saja yang dipimpin langsung oleh PKI, tetapi ada gerakan pelucutan senjata. Hingga pada akhirnya PKI berhasil menguasai kota Madiun, mulai dari kantor polisi, bank, kantor telepon, dan kantor pos.

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Tak sampai disitu saja, PKI sangat berkeinginan agar seluruh Indonesia mengetahui bahwa kota Madiun sudah dikuasai olehnya. PKI ingin mengumukan bahwa kota Madiun sudah menjadi kota yang akan berdiri sendiri atau berpisah dari negara Republik Indonesia. Untuk melakukan hal itu, PKI mulai menguasai Radio Republik Indonesia (RRI) dan Gelora Pemuda.

Para TNI yang mendengar kabar ini langsung bertugas agar pemahaman komunis tidak berkembang lebih luas. Namun, pada tanggal 19 September 1948, Muso (ketua PKI) mulai membuat Front Nasional, sehingga kota Madiun diambil alih oleh PKI. Diambilnya kota Madiun dikarenakan pasukan TNI tidak sudah dipojokkan oleh para kaum PKI.

Terlalu banyak korban jiwa atas peristiwa pemberontakan PKI Madiun membuat pemerintah Republik Indonesia membuat suatu rencana untuk mencari jalan tengah dari konflik ini. Maka dari itu, rakyat diberikan kesempatan untuk memiliki kepemimpinan kepala negara, ingin dipimpin oleh Muso atau dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta.

Pada akhirnya, masyarakat Indonesia lebih memilih Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan dipilihnya Soekarno, maka Soekarno mengambil sikap melalui pemerintahan Indonesia untuk memberantas PKI dan antek-anteknya.

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Tujuan Pemberontakan PKI Madiun

Terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh PKI di Madiun mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Bertujuan Untuk Mengubah Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Komunis

Sesuai dengan namanya, maka paham yang digunakan oleh PKI adalah komunis. Mereka kaum komunis sangat ingin untuk mengubah negara Indonesia yang tadinya menggunakan paham Pancasila menjadi paham Komunis. Hal ini dikarenakan para anggota komunis yang bergabung di dalam PKI sangat ingin menjadikan negara Indonesia sebagai negara komunis. Dengan adanya tujuan ini, maka bangsa Indonesia terbagi menjadi dua kubu, ada yang memegang teguh Pancasila dan ada juga yang berpindah ke paham komunis.

2. Bertujuan Meruntuhkan Kabinet Moh. Hatta (Rekonstruksi dan Rasionalisasi (ReRa)

Tujuan kedua dari pemberontakan PKI Madiun adalah meruntuhkan kabinet Moh. Hatta Rekonstruksi dan Rasionalisasi (ReRa). Munculnya kabinet ini dikarenakan Amir Syarifudin menyerahkannya kepada Presiden Indonesia, Soekarno dan Soekarno memberikan tugas ini kepada Moh. Hatta. Maka dari itu, salah satu pencetus untuk meruntuhkan kabinet Moh. Hatta adalah Amir Syarifuddin, karena sebagian besar wilayah Indonesia sudah hilang, sehingga takut paham komunis tidak dapat tersebar ke seluruh penjuru negeri.

3. Bertujuan Untuk Menjadikan Muso Dan Amir Syarifuddin Sebagai Presiden Dan Perdana Menteri

Tujuan ketiga dari PKI adalah menjadikan Muso dan Amir Syarifudin sebagai Presiden dan Perdana Menteri. Dengan tujuan ini, mereka (kaum komunis) sangat berkeinginan untuk paham komunis menyebar ke seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan dari PKI ini menciptakan perpecahan antara masyarakat, sehingga terbagi menjadi dua kubu. Bahkan sampai banyak orang yang meninggal dunia karena tujuan dari PKI ini.

Tokoh PKI Madiun

Tokoh-tokoh yang memiliki peran dalam berdirinya dan berkembangnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai berikut.

1. Muso

2. Amir Syarifudin

3. Kolonel Dahlan

4. D.N. Aidit

5. Misbach

6. Alimin Prawirodirdjo

7. Darsono

8. Semaun

9. Henk Sneevlit

10. Abdul Latief Hendraningrat

11. Oetomo Ramelan

12. Dan sebagainya

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Dampak Pemberontakan PKI Madiun

Tak bisa dipungkiri bahwa adanya pemberontakan pada suatu negara pasti menyebabkan dampak-dampak yang dapat merugikan bangsa dan negara tersebut. Berikut ini dampak-dampak akibat dari pemberontakan PKI Madiun.

1. Pembangunan Terganggu

Pembangunan yang dilakukan oleh negara Indonesia mulai terhambat, sehingga pembangunan menjadi terganggu dan tidak maksimal. Apabila pembangunan terganggu, maka kehidupan masyarakat menjadi kurang sejahtera.

Adanya dua kubu saat terjadinya pemberontakan PKI Madiun membuat masyarakat menjadi merasa cemas dan merasa tidak aman terutama bagi mereka yang tinggal di dekat Madiun. Rasa tidak aman ini membuat masyarakat akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan para tetangga dan saudara-saudaranya.

3. Banyak Masyarakat Yang Meninggal Dunia

Pemberontakan PKI Madiun memakan banyak sekali korban jiwa, baik itu dari TNI atau dari PKI, sehingga banyak sekali masyarakat yang merasakan kesedihan karena ditinggalkan oleh anggota keluarganya. Selain itu, banyaknya korban jiwa ini memunculkan sejarah kelam bagi negara Indonesia.

4. Aktivitas Terganggu

Pemberontakan PKI Madiun mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat Indonesia. Masyarakat sangat takut untuk beraktivitas karena takut akan dilukai oleh PKI. Dampak yang satu ini juga memberikan keterlambatan pada pembangunan dan memunculkan rasa trauma.

Kesimpulan

Adanya pemberontakan yang terjadi di Madiun yang dilakukan oleh para anggota atau antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat banyak sekali korban jiwa. Bukan hanya itu saja, kemunculan PKI yang semakin berkembang di masa itu membuat masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua kubu, ada yang ingin negara Indonesia dipimpin oleh Muso dan ada juga yang ingin dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta.

Banyaknya korban jiwa ini bukan hanya berasal dari kaum komunis saja, tetapi dari negara Indonesia (bukan anggota PKI). Maka dari itu, pemberontakan PKI Madiun bisa dikatakan sebagai salah satu masa kelam yang pernah dialami oleh negara Indonesia. Hingga saat ini, peristiwa Madiun masih memunculkan luka dan kebencian bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama bagi mereka yang mengalami masa-masa kelam tersebut.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Kategori Ilmu Ekonomi

Buku Ekonomi Buku Soekarno Buku Sosiologi Buku Geografi Buku Ideologi Pancasila

Buku Sejarah Indonesia

Materi Terkait

Pengertian Sejarah Daftar Pahlawan Revolusi Daftar Pahlawan Nasional Indonesia Organisasi Pergerakan Nasional Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI Sejarah Teks Proklamasi Sejarah Pertempuran Surabaya Sejarah Sumpah Pemuda Tujuan PPKI dibentuk Hasil Sidang PPKI Pertama

Proses Penyusunan Teks Proklamasi

Sumber: dari berbagai macam sumber

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Pemberontakan di Madiun yang terjadi pada 18 September 1948 memiliki tujuan untuk