Air adalah material yang dibutuhkan dalam seluruh elemen kehidupan. Dalam lingkungan rumah sakit, kebutuhan air dibagi menjadi beberapa kategori, yakni air minum, air untuk keperluan higiene sanitasi, dan air yang diperlukan untuk kebutuhan khusus seperti hemodialisa dan air untuk laboratorium. Secara definisi, air untuk kebutuhan khusus adalah air yang
memerlukan persyaratan tertentu (standar baku mutu) dan berbeda dengan air minum. Perbedaan antara standar baku mutu air hemodialisa dan air laboratorium adalah cakupan parameter yang dijadikan standar. Jika untuk kebutuhan air hemodialisa mencakup parameter biologi dan fisika, cakupan parameter untuk air laboratorium rumah sakit mencakup parameter fisik, biologi dan kimia. Seluruh parameter ini ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Baku Mutu Air untuk Laboratorium Rumah Sakit
Parameter Biologi | ||||||
No | Jenis Media | Parameter | ANSI/AAMI | |||
1 | Air | Angka Kuman | ≤ 200 CFU/mL | |||
Angka Endotoksin | < 2 CFU/mL | |||||
Ultrapure untuk flux tinggi | Angka Kuman | < 0.1 CFU/mL | ||||
Angka Endotoksin | < 0.03 CFU/mL | |||||
2 | Dialysate | Angka Kuman | < 200 CFU/mL | |||
Ultrapure untuk flux tinggi | Angka Kuman | < 0.1 CFU/mL | ||||
Angka Endotoksin | < 0.03 CFU/mL | |||||
Parameter Kimia | ||||||
No | Parameter | SBM Tipe I | SBM Tipe II | SBM Tipe III | SBM Tipe IV | Satuan |
1 | PH pada suhu 25°C | - | - | - | 5.0 – 8.0 | - |
2 | Senyawa Organik Total (Total Organic Carbon/ TOC) | 50 | 50 | 200 | Tidak ada batas | μg/L |
3 | Natrium (Sodium) | 1 | 5 | 10 | 50 | μg/L |
4 | Silika (Silica) | 3 | 3 | 500 | Tidak ada batas | μg/L |
5 | Klorida (Chloride) | 1 | 5 | 10 | 50 | μg/L |
Parameter Fisika | ||||||
No | Parameter | SBM Tipe I | SBM Tipe II | SBM Tipe III | SBM Tipe IV | Satuan |
1 | Resistivitas (Resistivity) | 18.0 | 1.0 | 4.0 | 0.2 | MΩ.cm, suhu 25°C |
2 | Daya Hantar Listrik (DHL/ Conductivity) | 0.055 | 1.0 | 0.25 | 5.0 | μS/cm |
Note : SBM adalah Standar Baku Mutu Air
Dari Tabel 1, terlihat 4 tipe air yang memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda. Hal ini telah dibahas pada artikel sebelumnya yang menjelaskan perbedaan tipe air lebih detail. Dalam hal ini, pembagian jenis air pada PermenkesRI mengacu pada beberapa standar seperti Standar Internasional American Standard testing and Material (ASTM) D1193, Internasional Organization for Standardization (ISO), American National Standards Institute (ANSI) dan Association for the Advancement of Medical Instrumentation(AAMI).
Mengapa Air Laboratorium Rumah Sakit Harus Sesuai dengan Standar Baku Mutu yang Berlaku?
Air adalah materi yang bersifat sebagai pelarut secara alami. Di dalam air terkandung material anorganik berupa ion – ion, material organik serta mikroorganisme. Sebelum digunakan untuk kebutuhan tertentu, air tentu harus proses dalam suatu instrumentasi atau proses pengolahan untuk diolah sehingga menghasilkan karakter yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam skala laboratorium rumah sakit, ion – ion yang terkandung dalam air berpotensi untuk menjadi katalisator dalam suatu reaksi sehingga menyebabkan kontaminasi pada reagen ataupun media yang disiapkan untuk suatu analisa atau untuk kebutuhan lainnya Kontaminan dalam air juga berpotensi merusak peralatan laboratorium rumah sakit sehingga kemurnian air harus dijaga sesuai dengan standard baku mutu yang berlaku.
Produksi Air Laboratorium berdasarkan ASTM
Produksi air laboratorium tentu sangatlah penting sebagai penunjang kinerja laboratorium, khususnya di rumah sakit. Hal ini karena kebutuhan air laboratorium rumah sakit dapat mencapai lebih dari 50 L / hari, bergantung pada kelengkapan uji yang dilakukan. Umumnya setiap rumah sakit dilengkapi dengan sistem pengolahan air, baik untuk kebutuhan sanitasi, air minum, maupun untuk kebutuhan air laboratorium. Salah satu sistem yang direkomendasikan untuk pengolahan air dalam PermenkesRI adalah membran osmosis (reverse osmosis/ RO).
Untuk menghasilkan hasil tipe air laboratorium yang berdasarkan ASTM, sistem yang diperlukan tidak hanya sistem reverse osmosis (RO) tetapi juga membran pendukung yang digunakan untuk menghasilkan air dengan konduktivitas yang rendah serta sistem lainnya. Dalam hal ini, direkomendasikan alat pemurnian air (water purifier) yang dapat menghasilkan tipe air yang dituju. Sebagai contoh, jika hendak menghasilkan air tipe 1 (ultrapure water) maka sistem instrumentasi yang direkomendasikan memiliki sistem reverse osmosis (RO), modul pengolah air di awal maupun di akhir proses, sistem yang dapat mereduksi total senyawa organik (total organic carbon/ TOC) dalam air serta dilengkapi dengan membran penyaringan akhir. Tentunya, jika kebutuhan air diharuskan menggunakan air yang bebas kontaminan biologi, maka sistem tambahan diperlukan seperti membran khusus penyaring bakteri baik. Contoh salah satu tampilan alat dan sistem dari water purifier instrumentditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tampilan (A) Alat Water Purifier dan (B) Sistem Pemurnian Air
Dalam pemilihan alat water purifier, beberapa aspek perlu diperhatikan, seperti sumber air yang akan dijadikan sebagai air bahan baku, tujuan kebutuhan, kuantitas air yang dibutuhkan dalam 1 hari kerja, kecepatan produksi dan dispensing, serta seberapa besar batas nilai total organic carbon (TOC) yang terkandung dalam air. Selain 5 aspek yang telah disebutkan, display alat serta bentuk dispenser juga dapat mempengaruhi kinerja analis/ operator, sehingga direkomendasikan untuk memilih alat water purifier yang bersifat fleksibel dan praktis. Sebagai tambahan, adanya sensor pembaca nilai konduktivitas dapat menjadi nilai lebih suatu alat water purifier.
Cara Pengujian Air laboratorium dan tips Pemilihan Alat
A. Parameter Fisika
Telah dibahas pada Tabel 1 terkait parameter kimia, fisika dan biologi untuk air laboratorium. Adapun pengujian untuk parameter fisika didasarkan pada pengukuran nilai resistivitas air dan nilai daya hantar listrik air. Alat yang digunakan untuk aplikasi ini adalah konduktometer (conductivity meter). Alat ini terdiri dari meter dan elektroda pengukur daya hantar listrik (conductivity electrode). Dalam kasus pengukuran air tipe I dan tipe II, direkomendasikan alat dengan sistem vakum (flow-cell) dan kontinu (online) yang telah terkalibrasi. Mengapa? Hal ini karena jika air diukur dalam suatu wadah, maka air akan berinteraksi dengan udara, yang menyebabkan partikel gas karbondioksida (carbon dioxide/ CO2) akan terlarut dalam air dan menghasilkan ion karbonat sehingga nilai konduktivitas air yang terbaca akan berbeda dari nilai yang seharusnya. Selain itu, pengukuran secara online dapat menampilkan nilai konduktivitas secara aktual dan terverifikasi. Contoh elektroda untuk mengukur konduktivitas air tipe 1 ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tampilan Elektroda Konduktivitas dengan sistem vakum (flow cell)
Adapun tips pemilihan alat conductivity meter secara lebih rinci dirangkum sebagai berikut :
1. Meter
Untuk mengukur nilai konduktivitas air laboratorium, dibutuhkan meter yang dapat mengukur sekaligus merekam (data log system) dan dilengkapi dengan sistem pengunci (lock system) saat pengukuran telah stabil. Sistem data log (data log system) tentunya dapat mempermudah analis/operator yang bertugas untuk melakukan rekapitulasi data, sedangkan sistem pengunci pada meter memudahkan analis/ operator untuk mengidentifikasi hasil pengukuran dan dapat membandingkannya dengan nilai konduktivitas air secara teoritis. Selain itu, pilihlah meter dengan resolusi dan range yang memadai untuk kebutuhan analisa tipe air yang hendak diuji.
2. Elektroda
Selain sistem vakum, hal lain yang perlu diperhatikan adalah konstanta sel (cell constant) elektroda konduktivitas yang dipilih. Jika semakin kecil nilai konduktivitas yang hendak diukur, maka pilihlah elektroda dengan konstanta sel kecil. Hal ini karena semakin besar nilai konstanta sel menandakan semakin besar ruang diameter ion yang terukur, sehingga uuntuk pengukuran air dengan konduktivitas rendah seperti air tipe I dan air tipe II harus menggunakan elektroda dengan nilai konstanta sel rendah, yakni dibawah 0.4 cm-1. Namun, hal – hal seperti ini tidak perlu terlalu diperhatikan jika menggunakan air tipe IV.
B. Parameter Kimia
Selain parameter fisika, parameter kimia seperti pH juga dapat diuji dengan mempertimbangkan kemampuan elektroda yang digunakan. Untuk air tipe I, tipe II dan tipe III, parameter pH tidak terlalu menjadi pusat perhatian karena sulitnya mengukur pH air dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Dalam pemilihan elektroda untuk uji pH pada air, tipe elektroda dengan material penyusun kaca (glass electrode) ataupun polimer dapat digunakan. Namun, pemilihan jenis elektroda, tipe junction, elektroda referensi haruslah tepat, yakni jenis elektroda isi ulang (refillable electrode) dan tipe kombinasi, dengan tipe elektroda referensi dapat berupa ROSS, double junction ataupun Ag/AgCl serta tipe elektroda referensi berupa annular sleeve (sure-flow) atau glass fiber.
Untuk pengukuran nilai senyawa organik total (Total Organic Carbon/ TOC), analis dapat menggunakan alat TOC analyzer online ataupun dalam bentuk TOC portable yang sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk parameter silika, natrium dan klorida, analis dapat menguji sampel dengan menggunakan metode spektrofotometri.
Referensi :
ASTM International. 2011. Standard Specification Reagent Water (Reapproved). An American National Standard Federal Test Method No.7916
Division of technical Resources. 2013. Laboratory Water : Its Importance and Applications. National Institutes of Health : USA
Membrapure. 2021. Product Guideline 2021. Germany
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang “Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit”
Thermo Scientific. 2014. PH Measurement Handbook.