Mengapa tingkat panas lilin batik malam harus diperhatikan pada saat proses pembatikan

Ilustrasi Batik. ©2013 Merdeka.com/Shutterstock/pzAxe

JATIM | 31 Maret 2021 19:06 Reporter : Edelweis Lararenjana

Merdeka.com - Batik adalah seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam. Batik merupakan salah satu bentuk seni kuno yang populer di Indonesia. Kain batik bahkan menjadi kain tradisional asal Indonesia yang telah mendunia dan diakui oleh banyak negara.

Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer pada akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan saat itu semuanya adalah batik tulis, yakni sampai awal abad XX. Jenis batik cap menyusul kemudian setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.

Sejak industrialisasi dan globalisasi, muncul lagi batik jenis baru yang disebut batik cap dan batik cetak. Untuk batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut dengan batik tulis. Proses pembuatan batik sendiri tak bisa dikatakan mudah. Terdapat banyak langkah yang harus dilalui.

Dalam artikel ini, akan dibahas secara detail bagaimana proses pembuatan batik secara umum yang pastinya menarik untuk Anda ketahui.

2 dari 5 halaman

Teknik atau proses pembuatan batik adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan, yaitu dari bahan mori batik sampai menjadi kain batik, dilansir dari buku Seni Kerajinan Batik Indonesia oleh Susanto & Sewan (1980). Pengerjaan dari mori batik menjadi kain batik dibagi menjadi 2 proses yaitu proses persiapan dan proses pembuatan batik.

Proses persiapan merupakan rangkaian pengerjaan pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik. Pekerjaan persiapan ini meliputi Nggirah (mencuci) atau Ngetel, Nganji (menganji), dan Ngemplong (setrika, kalander).

Proses pembuatan batik merupakan pengerjaan dalam pembuatan batik sebenarnya. Proses pembuatan batik secara umum biasanya melalui tahapan-tahapan berikut, yaitu:

3 dari 5 halaman

Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Proses dan Istilah Pembuatan Batik Tulis:

  1. Pemotongan bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan.
  2. Mengetel: menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan : minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Lalu mori diuleni setelah rata dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan dijemur kembali. Proses ini diulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih. Proses ini agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna.
  3. Nglengreng: Menggambar langsung pada kain.
  4. Isen-isen: memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng.
  5. Nembok: menutup (ngeblok) bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai.
  6. Ngobat: Mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna.
  7. Nglorod: Menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih (finishing).
  8. Pencucian: setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih dan kemudian dijemur.

4 dari 5 halaman

Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap (semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan dimensi 20cm X 20cm. Berikut adalah proses pembuatan batik cap:

  1. Kain mori diletakkan di atas meja dengan alas di bawahnya menggunakan bahan yang empuk.
  2. Malam direbus hingga suhu 60 – 70 derajat Celsius.
  3. Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya 2 cm saja dari bagian bawah cap.
  4. Kemudian kain mori dicap dengan tekanan yang cukup supaya rapi. Pada proses ini, cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori.
  5. Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang sudah dicap tadi ke dalam tangki yang berisi cairan pewarna.
  6. Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang dari kain.
  7. Proses pengecapan => pewarnaan => penggodogan diulangi kembali jika ingin diberikan kombinasi beberapa warna.
  8. Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda.
  9. Penjemuran kemudian disetrika supaya rapih. 

Proses pembuatan batik cap ini lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis karena pembuatan motifnya dengan menggunakan cap (stempel) yang lebar. Bandingkan dengan batik tulis yang menggunakan guratan-guratan canting.

5 dari 5 halaman

Untuk membuat batik, bahan dan peralatan yang diperlukan adalah kain (material) yang diperbuat daripada sutera, kapas dan rayon/fuji (campuran kain polyester), lilin dan rozin, canting, warna (dyestuff), pemati warna dan serbuk soda. Proses membuat batik Lukis adalah:

  1. Membuat rekacorak kain batik di atas kain putih dengan pensil. Motif boleh dipilih berasaskan tradisional/ethnik, flora fauna, geometrikal, organic, garisan dan ruang, semi abstrak dan lain-lain. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Lebih menyenangkan morif boleh dipilih daripada koleksi MasterWan Batik.
  2. Menggunakan canting yang telah diisi lilin cair untuk mencorakkan kain. Kepanasan lilin perlu dikawal agar tidak terlalu panas untuk mengelakkan garisan lilin kembang dan sekaligus menghasilkan garisan yang tidak konsisten. Pelukis terpaksa menuangkan semula lilin cair ke dalam bekas lilin sebelum lilin cair itu sejuk. Seterusnya menceduk lilin lain bagi menjamin aliran lilin cair tersebut dapat digunakan dengan lancar.
  3. Mematikan warna. Sodium silicate digunakan sebagai bahannya. Proses ini dilakukan untuk memastikan warna tidak akan luntur apabila dibasuh seterusnya. 
  4. Setelah empat jam merendam kain dalam bahan tersebut, kain tersebut dibasuh dan direbus. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Air panas dimasukkan serbuk soda bagi memudahkan lilin ditanggalkan daripada kain. Seterusnya kain tersebut dibasuh sekali lagi dan dibilas. Paling bagus, kain batik ini dijemur di tempat teduh agar warnanya dapat dijamin ketahanan dan kualitasnya.
(mdk/edl)

dibagi menjadi tiga macam yaitu batik tulis, batik cap, dan kombinasi antara batik tulis dan cap. “Batik tulis merupakan batik yang dikerjakan dengan menggunakan canting. Batik tulis merupakan energi kreatif yang menyatukan tangan, hati, dan fikiran untuk memahami malam, canting, bagaimana cara menyapukan malam panas diatas kain dan melihatnya meresap, dan menciptakan semua efek yang berbeda “Musman dan Arini, 2011:17-18 Pengerjaan batik tulis dapat dibagi menjadi dua yaitu batik tulis kasar dan batik tulis halus. Pengerjaan batik tulis halus lebih lama dibandingkan batik tulis kasar karena memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Selain batik tulis, batik dapat dibuat dengan menggunakan alat cap yang disebut dengan batik cap. Menurut Musman dan Arini 2011:18 batik cap adalah kain yang dihias dengan motif atau corak batik dengan menggunakan media canting cap. Alat batik cap terbuat dari tembaga yang telah diberi ukiran desain motif batik. Pembuatan batik juga dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara batik cap dan tulis. Yaitu dengan cara melakukan pembatikan dengan alat cap, kemudian bagian lain kain yang masih kosong diisi dengan mtif batik menggukan canting.

2.3 Produksi Batik

Manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk mempertahankan hidup mereka. Menurut Boediono dalam Setyowati, dkk 2000:6 terdapat tiga macam aktivitas ekonomi, yaitu kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan pertukaran. Menurut Putong 2007:184 yang dimaksud dengan produksi atau memproduksi adalah suatu usaha atau kegiatan menambah nilai guna suatu barang. Membatik juga dapat digolongkan sebagai produksi. Membatik melalui beberapa proses guna menambah nilai guna suatu barang yaitu dari kain putih biasa menjadi kain bergambar yang bagus. Menurut Gilarso 2002:88-89 produksi dibagi menjadi tiga input output proses bagian penting yaitu produksi primer, sekunder, dan tersier. Produksi primer mencakup tentang pertanian, pertambangan dan penggalian yang merupakan bahan- bahan dasar produksi. Produksi sekunder mencakup industi bahan makanan dan rokok, industri sandang, kerajinan dan pertukangan, dan lain sebagainya. Produksi tersier mencakup pemerintahan, pendidikan, kesehatan, komunikasi, pengangkutan, dan lain sebagainya. Batik dapat digongkan kedalam produksi sekunder. Batik selain sebagai industri sandang, juga sebagai kerajinan yang tertuang dalam kain. Produksi dibagi menjadi 2 yaitu produksi alami dan rekayasa. Putong 2007:185 mengatakan bahwa produksi yang dihasilkan tanpa penggunaan teknologi, modal, dan manusia disebut produksi alami, yaitu produksi yang dilakukan oleh proses alam. Sedangkan produksi yang dilakukan dengan menggunakan modal, teknologi dan manusia disebut produksi rekayasa. Membuat batik merupakan produksi rekayasa karena menggabungkan antara penggunaan teknologi, manusia dan modal. Dalam ilmu ekonomi, setiap proses produksi memiliki elemen utama sistem produksi yaitu input, proses, output yang digambarkan dengan bagan sebagai berikut Setyowati, 2000:81. Gambar 2.1 Skema sistem produksi Gambar di atas menjelaskan bagaimana perusahaan membuat suatu produk. Terjadi keterkaitan antara ketiga elemen system tersebut. Input dapat diartikan sebagai factor-faktor produksi yang mempengaruhi proses produksi. Sedangkan proses merupakan tatacara yang digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Output merupakan hasil yang diperoleh dari proses produksi yang telah dilakukan. Input dalam pembuatan batik dapat berupa mori, tenaga kerja, malam, zat pewarna dan lain sebagainya. Setelah input tersedia, hal yang dilakukan adalah proses produksi. Menurut Daryanto 2003:8 teknik pembuatan batik dikerjakan melalui beberapa proses yaitu proses persiapan, proses pembatikan, proses pengolahan lilin batik, proses pewarnaan, dan proses menghilangkan lilin batik. Proses persiapan terdapat tiga tahap yaitu mencuci kain, merendam kain mori dengan kostik soda dan minyak nabati mengetel, dan membersihkan kain dari kanji mengemplong. Setelah tahap itu selesai, tahap berikutnya adalah proses pembatikan. Proses membatik dapat menggunakan canting batik tulis dan menggunakan cap batik cap. Setelah proses pembatikan selesai, dilanjutkan dengan proses pewarnaan yang dibedakan dalam tiga istilah yaitu memberi warna dasar pada kain medel, memberi warna pada daerah tertentu dengan kuas mencolet, dan pewarnaan dengan memberikan soga yang dilakukan pada akhir pewarnaan mengoya. Jika proses pewarnaan selesai, dilanjutkan dengan menghilangkan lilin pada kain yaitu menghilangkan lilin batik pada bagian tertentu pada kain dengan menggunakan pisau mengerok dan membersihkan seluruh sisa lilin batik dengan air mendidih melorod. Setelah lilin batik terlepas dari kain, kain dijemur dan kain siap digunakan. 2.3.1 Faktor-Faktor Produksi Batik Menurut Putong 2007:184 faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi adalah manusia tenaga kerja = TK, modal uang atau alat modal seperti mesin = M, sumber daya alam tanah=T, dan skill teknologi=T. Pendapat lain tentang faktor produksi juga dikemukakan oleh Gilarso 2001:92 bahwasannya menurut beliau faktor produksi dikelompokan menjadi empat yaitu: kerja manusia, yang mengerjakan sumber-sumber alam, dengan bantuan peralatan atau barang-barang modal, dalam suatu organisasi kerjasama yang merupakan hasil kegiatan pengusaha. Faktor produksi sangat diperlukan untuk memperlancar proses produksi. Jika faktor- faktor produksi tidak ada, maka produksi juga tidak dapat dilakukan. Sedangkan menurut Sukirno 2009:193 faktor produksi dibedakan menjadi empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Berbagai pernyataan mengenai input tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa input atau faktor produksi dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu mulai dari sumber daya alam tanah, sinar matahari, air, dan lain sebagainya, sumber daya manusia, modal, dan bakat kewirausahaan. a. Bahan Baku sebagai Faktor Produksi Bahan baku merupakan faktor utama selain tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk memperlancar aktifitas produksinya. Menurut Reksohadiprojo dan Gitosudarmo dalam Hidayat 2013:29 mengatakan bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang paling penting. Jika tidak ada bahan baku, proses produksi akan terhenti. Menurut Hidayat 2013:31 dalam pembuatan batik, bahan baku utama yang digunakan adalah malam lilin batik, kain, dan zat pewarna. 1. Kain sebagai Bahan Baku Kain merupakan media utama yang digunakan untuk membatik. Terdapat beberapa jenis kain yang dapat digunakan untuk membatik. Kain yang baik untuk digunakan sebagai pembuatan batik tulis pada khususnya yaitu kain yang mudah ditembus oleh cairan malam. Menurut Musman dan Arini 2011:17 bahan dasarnya adalah katun mori, sutra, rayon, polyester, dan hasil tenun ATBM Alat Tenun Bukan Mesin. Berdasarkan kehalusan dan kualitasnya mori dapat dibedakan dalam beberapa golongan yaitu mori primisima, mori prima, mori biru, dan mori blaco Daryanto, 2003:5-6. Selain bahan-bahan kain tersebut, bahan kain batik juga didapatkan dari serat alam yaitu: “kain dari serat nanas dan batang pisang antara lain terdapat di daerah Jepara, Palembang dan Jawa Tengah. Kain dari serat anggrek yang berasal dari Kalimantan Timur disebut ulop doyo. Ada juga serat daun rotan yang dibuat oleh masyarakat suku Badui Balam di Banten.” Musman dan Arini, 2011:17 2. Malam Lilin sebagai Bahan Baku Selain kain, bahan yang harus ada dalam proses pembuatan batik adalah malam atau lilin. Malam digunakan untuk menutup sebagian kain agar tidak tertembus warna. Menurut Ismunandar 1985:25 bahan pembuatan lilin untuk membatik ada tiga macam yaitu: “Malam untuk pembuatan batik terdiri atas malam geplak, malam putih dan malam ireng. Malam geplak terdiri dari ramuan damar atau mata kucing dan cairan lemak sejenis hewan. Malam putih terbuat dari lilin lebah yang disebut dengan kote. Sedangkan malam ireng merupakan malam bekas yang disebut dengan gladhagan.” 3. Zat pewarna sebagai bahan baku Selain kain dan malam, zat pewarna sangat diperlukan dalam pembatikan guna memperoleh hasil kain batik yang berwarna-warni. Zat pewarna dapat dibedakan menurut sumber diperoleh zat warna tekstil, dibagi menjadi dua yaitu zat pewarna alam yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan dan zat pewarna sintetis zat warna kimia. Beberapa tumbuhan yang dijadikan sebagai bahan pewarna adalah daun pohon nila indofera, kulit pohon soga tinggi, kayu tegeran, kunyit, teh, akar mengkudu, kulit soga jambal, kesumba, dan daun jambu biji. Wulandari, 2011:79-80 Semua zat pewarna alam dapat diperoleh dari dalam negeri, sedangkan zat pewarna buatan didapat dari luar negeri, antara lain Jerman HOECHST, Inggris ICI, Swiss CIBA, Perancis FRANCOLOR, Amerika DU PONT, Italia ACNA. Wanti dalam Hidayat, 2013:30 b. Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi Semakin majunya perkembanngan teknologi, suatu perusahaan atau industri tidak dapat mengandalkan teknologi modern saja dalam melakukan proses produksi. Tenaga kerja merupakan faktor produksi mutlak yang harus dimiliki oleh perusahaan. Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 10 tahun atau lebih yang bekerja, mencari pekerjaan, dan sedang melakukan kegiatan ini, seperti sekolah atau melakukan kegiatan rumah tangga dan penerima pendapatan Payaman dalam Suryanto, 2011:27. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam melakukan proses produksi. Baik secara langsung melakukan proses produksi, maupun secara tidak langsung melakukan proses produksi. Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Tenaga kerja terdidik Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan non formal. 2. Tenaga kerja terlatih Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. 3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja ad.m.wikipedia.orgwikiTenagakerja Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja batik dapat digolongkan ke dalam tenaga kerja terdidik dan terlatih. Tenaga kerja terdidik dan terlatih dalam pembuatan batik adalah para pembatik tulis. Mereka membutuhkan pendidikan non formal berupa pelatihan untuk membuat pola dan desain batik. Mereka juga membutuhkan latihan berkali-kali agar dapat membuat batik tulis yang bagus dan halus. Selainnya dapat dikatakan sebagai tenaga kerja terlatih saja. Walaupun terlihat sepele, proses pewarnaan, pemotongan kain, proses membersihkan kain batik dari lilin membutuhkan latihan berkali-kali agar hasil kain batik semakin bagus. Tenaga kerja sangat dibutuhkan pada saat membuat pola motif batik dengan canting. Menurut Wulandari 2011:3 pembatik adalah orang yang membatik atau orang yang pekerjaaannya membuat kain batik. Dalam proses pembuatan batik yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja dalam pengerjaannya adalah dalam proses pembuatan batik tulis. Tenaga kerja dibutuhkan untuk membuat pola dan proses melukis kain dengan menggunakan canting dan malam atau lilin batik. Membuat batik tidak membeda-bedakan jenis kelamin seseorang. Menurut Suryadi 46 tahun selaku peneliti dan pemilik Virdes Batik Collection mengungkapkan bahwa tidak ada kriteria khusus untuk dapat menjadi seorang pembatik. Semuanya dapat menjadi tenaga kerja batik, selama hasil batikan laku dijual. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam menjadi seorang pembatik, khususnya pembatik tulis yaitu keuletan, ketlatenan, dan terampil. Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah indra penglihatan. Penglihatan sangat dibutuhkan untuk pembatik agar penggambaran pola dan proses pencantingan rapi dan hasil batik menjadi lebih halus. Semua orang dapat membuat batik. Namun, dalam beberapa proses pemuatan batik terkadang dibagi dalam beberapa tugas. Hiasan pola dan lilin dalam prosess pembatikan di Jawa pada umumnya dikerjakan oleh kaum wanita dan untuk kaum pria menunggui proses pewarnaan Ismunandar, 1985:16. Tenaga kerja laki-laki mengerjakan proses pembatikan yang cukup menguras tenaga contohnya melakukan pewarnaan pada kain. Menurut Ismunandar 1985:20 pencetakan atau pembuatan cap hanya dikerjakan di rumah oleh kaum pria. Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Suryanto 2011:30 menyebutkan bahwa input tenaga kerja terdiri dari kuantitas dan keterampilan kerja. Pernyataan itu mengandung arti bahwa dalam melakukan proses produksi, tidak hanya dibutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi, keterampilan kerja juga sangat diperlukan oleh tenaga kerja itu sendiri. Keterampilan tenaga kerja didapat dari pendidikan dan pelatihan kerja. c. Modal sebagai Faktor Produksi Modal merupakan sarana prasarana yang digunakan untuk memperlancar proses produksi. Dalam melakukan proses produksi diperlukan alat-alat untuk walupun itu alat sederhana. Menurut Gilarso 1992:100 barang modal diartikan segala sumber daya selain kerja manusia dan pemberian alam, yang dipergunakan dalam proses produksi. Barang modal dalam proses pembuatan batik dapat berupa canting, alat cap, wajan sebagai tempat melelehkan lilin, kompor, dan lain sebagainya. 2.3.2 Fungsi Produksi Hubungan antara output dan input membentuk suatu fungsi, yaitu fungsi produksi. Menurut Hanafi 2010:186 fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan suatu hubungan teknis antara hasil produksi fisik output dengan faktor-faktor produksi input. Dalam bentuk matematika sederhana, hubungan ini dituliskan sebagai berikut: Y= fx 1 ,x 2 ,x 3 ……..x n Dimana: Y = hasil produksi fisik x 1 ,x 2 ,x 3 ……..x n = factor-faktor produksi Menurut Setyowati, dkk 2000: 84 fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat dan kombinasi penggunaan input dan oautput per satuan waktu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai berikut: Q= f X 1, X 2, X 3,…. X n Dimana: Q adalah tingkat output X 1, X 2, X 3,…. X n adalah berbagai jumlah input yang digunakan. Sedangkan menurut Sukirno 2009:195 fungsi produksi adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara faktor dan tingkat produksi yang dihasilkan. Fungsi produksi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut. Q = f K,L,R,T Dimana: Q = jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi. K = jumlah stok modal L = jumlah tenaga kerja R = kekayaan alam T = tingkat teknologi yang digunakan Persamaan fungsi produksi merupakan pernyataan yang menyatakan bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada input yang dimiliki oleh perusahaan. Fungsi produksi dapat diartikan sebagai perhitungan secara matematika antara input produksi untuk mengenghasilkan output. Fungsi produksi menunjukkan kuantitas input dan output yang dihasilkan setelah melakukan proses produksi. Dalam pembuatan batik, input tersebut dapat berupa input tetap, input variabel, dan tenaga kerja. Input tetap dalam pembuatan batik yaitu wajan, canting, kompor, bandul, dan gawangan. Sedangakan input variable adalah warna, malam, dan kain. Kadangkala, jika input ditambah dalam jumlah tertentu maka hasil output akan bertambah juga.

2.4 Konjunktur

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA