Meski dikenal sebagai salah satu kebutuhan primer, tak dapat dipungkiri kalau rumah menjadi sesuatu yang “mewah” bagi sebagian orang.
Khususnya di era modern ini, di mana rumah sulit untuk dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.
Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga rumah per tahun yang melonjak tinggi.
Lantas mengapa harga properti khususnya rumah, semakin mahal setiap tahunnya? Ternyata ada beberapa penyebabnya, antara lain:
Inilah Faktor Penyebab Kenaikan Harga Rumah
Inflasi
Salah satu pemicu kenaikan harga rumah per tahun adalah inflasi.
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Ada beberapa penyebab inflasi, mulai dari tingginya permintaan pasar akan barang atau jasa tertentu, biaya produksi yang naik, hingga defisit anggaran belanja pemerintah.
Inflasi memberi dampak besar pada berjalannya ekonomi suatu negara, bahkan kondisi ekonomi secara global.
Mau tidak mau, situasi ini ikut menyeret harga properti seperti rumah menjadi semakin mahal setiap tahunnya.
Permintaan (Demand)
Permintaan atau demand adalah jumlah barang dan jasa yang diminta untuk dibeli oleh konsumen di berbagai tingkat harga dan dalam jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini, faktor permintaan sangat erat kaitannya dengan Angka Harapan Hidup Masyarakat Indonesia.
Harapan hidup penduduk Indonesia sendiri terus meningkat setiap tahunnya, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tahun | Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia |
2012 | 70,2 tahun |
2013 | 70,4 tahun |
2014 | 70,6 tahun |
2015 | 72,5 tahun |
2016 | 72,7 tahun |
2017 | 72,9 tahun |
2018 | 73 tahun |
2019 | 73,2 tahun |
2020 | 73,4 tahun |
2021 | 73,5 tahun |
Sumber: Badan Pusat Statisik (BPS)
Dari data di atas, dapat dipastikan kalau harapan hidup penduduk Indonesia terus meningkat selama sepuluh tahun terakhir.
Di sisi lain, peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat disertai dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.
Tentu saja, hal ini berujung pada permintaan akan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehingga menyebabkan kenaikan harga properti.
Penawaran (Supply)
Tak hanya demand, kenaikan harga properti per tahun juga turut disebabkan oleh faktor penawaran atau supply.
Merujuk pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di atas, pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan rumah layak huni melalui berbagai program.
Salah satunya adalah program 1 Juta Rumah Bersubsidi untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Sejak dicanangkan pada 2015, jumlah pembangunan perumahan subsidi di Indonesia terus meningkat.
Meski begitu, masih ada ketidakseimbangan antara supply dan demand dalam prosesnya.
Faktor inilah yang turut membuat harga rumah naik setiap tahunnya
Masifnya Pembangunan Rumah
Pembangunan properti khususnya rumah dan apartemen, yang cukup masif di berbagai kota besar turut memengaruhi perubahan harga properti.
Tak hanya di kota-kota besar seperti Jakarta atau Tangerang, kenaikan ini juga turut terjadi di beberapa daerah pinggiran.
Salah satu penyebabnya adalah pembangunan infrastruktur, yang membuat properti tersebut memiliki akses yang mudah.
Dengan begitu, properti seperti rumah tapak yang dijual menjadi cukup prospektif di masa depan, sehingga menyebabkan harganya merangkak naik.
Investasi Rumah
Seperti diketahui bersama, rumah juga dapat dijadikan sebagai alat atau instrumen investasi.
Terlebih di kawasan-kawasan strategis seperti perkantoran atau kampus, di mana prospek rumah sewa sangat tinggi di sana.
Faktor inilah yang menyebabkan kenaikan harga properti di kemudian hari.
Estimasi Kenaikan Harga Rumah Per Tahun
Jadi, berapa persen kenaikan harga rumah per tahun di Indonesia? Biasanya, persentase kenaikan rumah sekitar 10–15% setiap tahun.
Namun, tentu saja angka ini berbeda di setiap daerah, terutama di kota-kota besar dengan laju perekonomian yang cepat.
Misalnya saja Tangerang, yang mengalami rata-rata kenaikan harga rumah sampai 25% pada tahun 2021.
Padahal jika kita kembali ke 10 tahun yang lalu, kawasan ini kurang populer karena dianggap terlalu jauh dari pusat kota Jakarta.
Namun seperti dijelaskan sebelumnya, pembangunan infrastruktur yang masif di wilayah Jabodetabek menyebabkan harga tanah menjadi semakin mahal.
Pertumbuhan populasi penduduk di Tangerang juga menjadi pemicu lain dari melonjaknya harga rumah dijual di Tangerang.
Sekarang, Kota Tangerang dan Tangerang Selatan menjadi rumah dari beberapa kawasan kota mandiri, seperti Lippo Karawaci dan Bumi Serpong Damai (BSD).
Namun pada tahun ini, harga rumah di Jabodetabek dan Banten, khususnya Jakarta dan Serang justru mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil penelitian dari Indonesia Property Watch, harga rumah di Jakarta selama kuartal I 2022 turun hingga 18,3% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sebagai dampak dari banyaknya wilayah yang mengalami pertumbuhan negatif daripada positif, harga rata-rata rumah di Jabodetabek dan Banten pun turun sampai 13,2%.
Tentu saja, sinyal penurunan ini dapat dimanfaatkan bagi kamu yang ingin membeli rumah di sekitar kawasan ini.
Jika sedang mencari rumah dan apartemen, 99.co Indonesia memiliki beberapa rekomendasi yang dapat dipilih:
- Sembawang Aparthouse Cilandak
- Myza BSD City
- Reiwa Town Depok.
Semoga informasi di atas bermanfaat!