Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Iman itu memiliki tujuh puluh cabang (riwayat lain tujuh puluh tujuh cabang) dan yang paling utama ialah Laa ilaaha illa Allah, dan yang terendah ialah mebuang duri dari jalan. Dan malu juga merupakan salah satu cabang iman.” (Ashhabus Sittah).
Banyak ahli hadits yang menulis risalah mengenai cabang iman di antaranya ialah : Abu Abdillah Halimi rah a dalam Fawaidul Minhaj, Imam Baihaqi rah a dalam Syu’bul Iman, Syaikh Abdul Jalil rah a dalam Syu’bul Iman, Ishaq bin Qurthubi rah a dalam An Nashaih, dan Imam Abu Hatim rah a dalam Washful Iman wa Syu’buhu.
Para pensyarah kitab Bukhari rah a menjelaskan serta mengumpulkan ringkasan masalah ini dalam kitab-kitab tersebut. Walhasil pada hakikatnya iman yang sempurna itu mempunyai 3 (tiga) bagian :
Tashdiq bil Qalbi, yaitu meyakini dengan hati,Iqrar bil Lisan, mengucapkan dengan lisan, danAmal bil Arkan, mengamalkan dengan anggota badan.
Cabang iman terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu yang berhubungan dengan :
1) Niat, aqidah, dan amalan hati;
2) Lidah; dan
3) Seluruh anggota tubuh.
Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Hati
1) Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa Allah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya.
2) Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya. Dialah yang Esa.
3) Beriman kepada para malaikat.
4) Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya.
5) Beriman kepada para Rasul.
6) Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu dating dari Allah.
7) Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur, kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat.
8) Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya.
9) Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya.
10) Mencintai ALLAH
11) Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai para sahabat, khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan keturunannya.
12) Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat atasnya, dan mengikuti sunnahnya.
13) Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq.
14) Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan mengulanginya lagi.
15) Takut kepada Allah.
16) Selalu mengharap Rahmat Allah.
17) Tidak berputus asa dari Rahmat Allah.
18) Syukur.
19) Menunaikan amanah.
20) Sabar.
21) Tawadhu dan menghormati yang lebih tua.
22) Kasih saying, termasuk mencintai anak-anak kecil.
23) Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan.
24) Tawakkal.
25) Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa nafsu.
26) Tidak dengki dan iri hati.
27) Rasa malu.
28) Tidak menjadi pemarah.
29) Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan atau maker kepada siapapun.
30) Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.
2. Yang Berhubungan dengan Lidah
31) Membaca kalimat Thayyibah.
32) Membaca Al Quran yang suci.
33) Menuntut ilmu.
34) Mengajarkan ilmu.
35) Berdoa.
36) Dzikrullah, termasuk istighfar.
37) Menghindari bicara sia-sia.
3. Yang berhubungan dengan Anggota Tubuh
38) Bersuci. Termasuk kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal.
39) Menjaga shalat. Termasuk shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
40) Bersedekah. Termasuk zakat fitrah, zakat harta, member makan, memuliakan tamu, serta membebaskan hamba sahaya.
41) Berpuasa, wajib maupun sunnah.
42) Haji, fardhu maupun sunnah.
43) Beriktikaf, termasuk mencari lailatul qadar di dalamnya.
44) Menjaga agama dan meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara waktu.
45) Menyempurnakan nazar.
46) Menyempurnakan sumpah.
47) Menyempurnakan kifarah.
48) Menutup aurat ketika shalat dan di luar shalat.
49) Berkorban hewan, termasuk memperhatikan hewan korban yang akan disembelih dan menjaganya dengan baik.
50) Mengurus jenazah.
51) Menunaikan utang.
52) Meluruskan mu’amalah dan meninggalkan riba.
53) Bersaksi benar dan jujur, tidak menutupi kebenaran.
54) Menikah untuk menghindari perbuatan keji dan haram.
55) Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat, serta menunaikan hak hamba sahaya.
56) Berbakti dan menunaikan hak orang tua.
57) Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
58) Menjaga silaturrahmi.
59) Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama.
60) Menegakkan pemerintahan yang adil
61) Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
62) Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
63) Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
64) Membantu orang lain dalam kebaikan.
65) Amar makruh Nahi Mungkar.
66) Menegakkan hukum Islam.
67) Berjihad, termasuk menjaga perbatasan.
68) Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
69) Memberi dan membayar utang.
70) Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
71) Mencari harta dengan cara yang halal.
72) Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
73) Memberi dan menjawab salam.
74) Mendoakan orang yang bersin.
75) Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
76) Menghindari permainan dan senda gurau.
77) Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.
==> Beibz Jelita :)
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw bersabda : “iman terdiri dari 60 sekian atau 70 sekian cabang, yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illallah, yang terendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan dan malu adalah salah satu cabang iman” (Riwayat Bukhari Muslim). Menurut Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fatul Bari berdasarkan berbagai dalil yang shahih iman ada 69 cabang yaitu : AMAL HATI (ada 24) : AMAL LISAN (ada 7) : AMAL ANGGOTA BADAN (ada 38) :
Check Also
Alhamdulillaah, dengan izin Allah Swt. bulan Ramadhan kembali menyapa kita, mari optimalkan amal shalih dan …
19. Mengagungkan dan memuliakan Al-Qur’an
Ada beberapa bentuk cara mengagungkan dan memuliakan Al-Qur’an, yakni:
- Membacanya dalam keadaan suci.
- Menyentuhnya hanya ketika dalam keadaan suci saja.
- Bersiwak dan membersihkan gigi ketika hendak membacanya.
- Duduk tegap saat membacanya, kecuali pada saat salat. Jadi seseorang tidak boleh membacanya denganposisi berbaring.
- Membacanya dengan mengenakan pakaian yang baik dan bersih, karena ketika membaca Al-Qur’an sama artinya sedang bermunajat kepada Allah.
- Membacanya dengan posisi menghadap kiblat.
- Berkumur sehabis mengeluarkan dahak.
- Menahan bacaan ketika sedang menguap.
- Membacanya dengan pelan-pelan dan tartil (sesuai kaidah tajwid).
- Memperhatikan setiap hurufnya sesuai dengan makhraj-nya.
- Tidak meletakkannya di sembarang tempat.
- Tidak meletakkan buku lain di atasnya, sehingga selamanya Al-Qur’an akan menjadi kitab suci yang paling mulia dari pada buku-buku lainnya.
- Meletakkannya pada tempat khusus Al-Qu’an saat membacanya atau di atas sesuatu yang tingginya antara kedua tangan. Sehingga tidak meletakkannya di lantai.
- Tidak membuka setiap lembarnya dengan tangan yang dibasahi dengan air ludah, akan tetapi memakai air yang bersih.
- Tidak memakai lembaran Al-Qur’an yang rusak untuk menjaga (menyampuli) buku-buku lain. Namun jika hal yang seperti ini (membuat sampul buku dari lembaran Al-Qur’an yang telah rusak dan usang) dilakukan, maka itu termasuk perbuatan yang sangat keji. Oleh karena itu hendaklah lembaran-lembaran yang telah usang dan tidak bisa dipakai lagi itu dilebur menggunakan air.
Diasuh Oleh: KH. Akhmad Rojin, Rois Syuriah MWC NU Patean, Pengasuh Ponpes Assalafiyyah An-Nahdliyah Patean, Kendal