Quote: Quote: PENGANTAR Hallo Ges.. Kali ini saya akan mengisahkan sebuah cerita horor, yang saya angkat dari sebuah kisah perjalanan saya di akhir tahun 90an. Pasti akan ada sebuah pertanyaan tentang keaslian cerita ini. Seperti biasa, kisah ini saya ramu dengan sedikit bumbu fiksi di dalamnya. Jadi jangan harap sepenuhnya cerita ini benar, dan jangan berharap cerita ini sepenuhnya salah. Karena salah dan benar hanya masalah dari sudut mana kita memandangnya. Quote: Quote: INDEX SEBUAH INTRO CEK POS KOMEN DI BAWAH Quote: Quote: Quote: SEBUAH INTRO “Emang letak persisnya di mana mas?” Tanya gue ke mas mas penjual kopi. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: AWAL SEBUAH LANGKAH Selesai membeli perbekalan di pasar Giriceto, kami kembali menuju ke arah Alas Wagu. Jaraknya lumayan jauh dari pasar Giriceto. Dengan kecepatan sedang saja harus di tempuh sekitar hampir satu jam. Padahal jalannanya relatif sepi. Di kiri kanan Cuma terlihat pepohonan, pegunungan, hutan dan sangat sedikit terlihat ada rumah warga di daerah situ. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: MENEMBUS BATAS Butuh waktu sekitar satu jam lebih untuk kami akhirnya sampai di sebuah persimpangan yang di pisahkan oleh sebuah pohon besar yang keliatannya sudah tua. Gue sendiri ga tau berapa persisnya umur pohon tersebut. Karena pas pohon ini di lahirkan, gue ga di kabarin sama sekali. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: MELANGKAH LEBIH DALAM Kami pun mulai memasuki halaman teras rumah itu. Tiang penyangganya tampak sudah berlumut. Pintu masuknya sendiri sudah roboh. Tapi kayu kayunya terlihat masih bagus. Sepertinya yang di pake kayu jati pilihan. Pasti yang punya rumah ini bukan orang sembarangan. Yang jelas bukan orang miskin. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: MELANGKAH TERLALU DALAM Mata gue menyapu seluruh ruangan itu. Tapi ga satupun ada yang aneh di mata gue. Semua tampak seperti rumah tua sebelum sebelumnya. Cuma entah kenapa, tekanan disini kerasa lebih berat di banding tempat tempat sebelumnya yang pernah gue datengin. Mungkin karena datarannya agak tinggi. Entahlah. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: LANGKAH YANG TAK SEJALAN Gue senter ke langit langit yang udah hampir ga da plafonnya. Andri juga ga di sana. Dan kemudian gue tersadar, bahwa Andri ga mungkin nempel di atas sana, karena dia bukan spiderman atau bahkan cicakmen. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: DIANTARA YANG DATANG DAN PERGI “Kita coba cari di luar cuy?” Tanya gue ke Shendi. Karena gue sendiri udah ga ngerti musti nyari mereka kemana lagi. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: ANTARA APA, SIAPA DAN MENGAPA Gue memutuskan untuk memberanikan diri menatap wajah perempuan itu. Perlahan gue arahkan cahaya senter itu kewajahnya. Dan seketika gue bisa bernafas lega, wajah cantik yang tampak ketakutan itu masih terpampang jelas disitu. Perempuan itu masih mengiba minta untuk ditolong. Entah apa yang sebenernya terjadi. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: KEMBALI LEBIH DALAM “Kalo gitu kita pergi dulu dari sini.” Sahut gue lagi. Perempuan itu mengangguk. Kami pun menelusuri jalan setapak menuju ke bagian depan rumah itu. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: RUANG TERDALAM “Bisa angkat ini?” Sahut Ratih. Gue mencoba mengangkatnya. Namun hanya terangkat sedikit. Dan penutup itu kembali ke tempatnya semula. BERSAMBUNG Quote: Quote: Quote: TERBUAI SEMAKIN DALAM “Apaan itu?” Tanya gue ragu. BERSAMBUNG |