Kenapa bisa disebut raja salman

Internasional

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertanyaan mengenai keberadaan Raja Arab Saudi, Salman Bin Abdulaziz Al Saud, kini bergulir. Raja Saudi itu kembali absen dalam pertemuan lima tahunan raja-raja Negara Teluk yang diselenggatakan di negerinya Selasa (14/12/2021).

Dalam pertemuan itu, pihak Kerajaan Saudi diwakili oleh Putra Mahkota Mohammed Bin Salman. Figur yang akrab disapa MBS itu terlihat terus memandu dan menjamu para pemimpin Kuwait, UEA, Qatar, Oman, dan Bahrain.

Raja Salman setidaknya Sudan "menghilang' selama 20 bulan. Pekan lalu, ia juga absen saat kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan digantikan MBS.

Lalu kemana Raja Salman?

Banyak spekulasi yang menyeruak soal ini. Mengutip Business Insider, Raja Salman diyakini masih melakukan isolasi diri di sebuah istana di kota Neom, pusat bisnis baru Arab Saudi senilai US$ 500 miliar. Seorang sumber mengatakan bahwa isolasi yang dilakukan Raja Salman itu masih beristirahat setelah operasi kandung empedu di Juli 2020 lalu.

Meski begitu, timbul informasi bahwa Raja Salman juga menderita Demensia. "Ia diyakini memiliki demensia, menurut sejumlah ahli dan setelah menjalani operasi kandung empedu di Juli 2020," tulis media itu.Spekulasi lain juga muncul tentang MBS yang akan segera naik tahta. Kehadirannya mewakili Arab Saudi diberbagai kesempatan menyimpulkan transisi tengah terjadi.

"Tapi sekarang dianggap lebih bermasalah. Ini tentu dalih bagi MBS untuk menjauhkan ayahnya. Dia pasti menjalankan Arab Saudi dan ayahnya tidak," sebut seorang ahli intelijen kepada Guardians.

Citra MBS

Meski menjadi pewaris tahta, MBS memiliki citra yang kurang baik di mata dunia Barat. Pangeran yang dianggap sebagai penguasa de facto Arab Saudi itu dituding melakukan pelanggaran HAM karena membungkam kritikusnya.

Salah satu kasus kontroversial MBS adalah pembunuhan Jurnalis Arab Saudi yang aktif mengkritik pemerintahan Riyadh, Jamal Khashoggi. Koresponden Washington Post itu dibunuh di konsulat Arab Saudi di Istambul talun 2018.

Bahkan, akibat kasus ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut bahwa negosiasi antara Pasan Sam dan Arab Saudi harus dilakukan langsung antara dirinya dan Raja Salman dan tidak dengan MBS.

MBS sendiri sebenarnya memiliki visi 2030, yang mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak. Ini membuat Arab Saudi melakukan sejumlah gebrakan aturan pariwisata dan menargetkan diri menjadi pusat bisnis menyaingi Dubai.


(sef/sef)

TAG: raja salman arab saudi arab

Lihat Foto

AFP/Saudi Royal Palace/BANDAR AL-JALOUD

Foto yang dirilis Kerajaan Arab Saudi pada 25 September 2019 memperlihatkan pengawal pribadi, Raja Salman, Jenderal Abdelaziz al-Fagham ketika mendampingi sang raja ketika menerima Perdana Menteri Irak di Jeddah. Fagham dilaporkan ditembak mati pada akhir pekan lalu oleh kenalannya karena pertengkaran pribadi.

KOMPAS.com - Tumbuh besar di kerajaan, jelas mempengaruhi Salman bin Abdulaziz Al-Saud. Sedari kecil, dirinya memang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin.

Bukan hanya sekadar pemimpin, tapi pewaris tahta Arab Saudi, sebuah negara muslim kaya minyak yang masih mempertahakan sistem kerajaan.

Salman, yang lahir pada 31 Desember 1935, adalah putra dari raja pertama Saudi, Raja Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud, atau yang lebih dikenal sebagai Ibnu Saud.

Dia diyakini sebagai anak ke-25 dari Raja Ibnu Saud dengan Putri Hassa binti Ahmad Al-Sudairi.

Baca juga: Raja Salman Beri Hadiah 15 Ton Kurma Istimewa untuk Umat Islam di Indonesia

Salman memiliki enam saudara kandung, yang dikenal sebagai "Sudairi Seven."

Semasa kecil, dia dibesarkan di Istana Murabba Riyadh, salah satu bangunan bersejarah di ibu kota Arab Saudi dengan luas hingga 16 hektare.

Sebagai seorang putra raja, Salman menjalani pendidikan di sekolah khusus pangeran di Riyadh, yang didirikan khusus oleh Raja Ibnu Saud untuk menyediakan pendidikan bagi putra-putrinya.

Di sekolah khusus itu, para keturunan keluarga kerajaan, termasuk Salman, memperoleh pendidikan milai dari agama, ilmu pengetahuan modern, hingga ilmu pemerintahan.

Baca juga: Presiden Biden dan Raja Salman Membahas Diakhirinya Perang Yaman

Perjalananan Salman hingga bisa naik takhta pada 23 Januari 2015 sebagai raja ketujuh Saudi amat menarik.

Pria yang saat ini menyandang gelar Penjaga Dua Kota Suci ini, menggantikan raja sebelumnya sekaligus kakak tirinya, Abdullah, setelah raja yang menjabat sejak 2005 itu mangkat.

Merdeka.com - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, memulai rangkaian kunjungannya ke sejumlah negara Asia, kemarin. Kegiatannya ini untuk mempererat hubungan dagang dengan negara pengimpor minyak Arab Saudi di Asia dan menawarkan saham dari Saudi Aramco yang akan melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di 2018 mendatang.

Dilansir dari Economic Times, Senin (27/2), Raja Saudi akan melakukan kunjungannya ke Malaysia, Indonesia, Jepang, dan China. Arab Saudi ingin mengundang investor Asia untuk turut membeli 5 persen saham yang akan dilepas perusahaan migas milik pemerintah tersebut.

IPO dari Saudi Aramco digadang-gadang akan menjadi IPO terbesar sejauh ini mengalahkan Alibaba milik taipan China, Jack Ma. Perbankan dan perusahaan di Asia juga diharapkan berperan dalam rencana pemerintah untuk mereformasi perdagangan dengan memperbesar investasi ke industri non-migas. Sebab, pemerintah Arab Saudi tak ingin lagi bergantung pada ekspor minyak mentah.

Pada 15 Agustus lalu, Arab Saudi telah menandatangani perjanjian awal investasi dengan China dalam bidang air dan kilang. Arab Saudi turut menyepakati investasi dengan Softbank Group dari Jepang dengan nilai mencapai USD 45 miliar.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan pemerintah Indonesia berharap dapat menarik investasi mencapai USD 25 miliar seiring kunjungan Raja Salman ini.

Sebelumnya, PT Pertamina berencana akan menawarkan Saudi Aramco untuk membangun kilang baru di Bontang. Hal ini sejalan dengan datangnya Raja Arab Saudi, Raja Salman Bin Abdul Aziz ke Indonesia.

Pertamina telah mengumumkan sekaligus mengundang perusahaan-perusahaan yang memiliki kompetensi untuk menjadi mitra strategis dalam pelaksanaan megaproyek GRR Bontang baik dari refiner, trading company, maupun institusi finansial.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, kerja sama tersebut tentunya harus melalui penilaian terlebih dahulu sama seperti calon investor lainnya.

"Ini kan kita project expose mencari patner dan kita akan buka kesempatan seluas-luasnya. Nanti akan kita sharing secara detail," ujar Hardadi di Gedung Pertamina, Jakarta.

Dia menegaskan tidak ada calon investor yang diperlakukan istimewa dalam penggarapan proyek tersebut. Pertamina membuka kesempatan yang sama bagi berbagai negara maupun perusahaan asal sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah.

"Raja Salman ini kan mewakili entitas Saudi Aramco. Semua kita berikan kesempatan, Saudi Aramco, dan lain-lain," imbuhnya.

Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) telah membatalkan kerja sama dengan Saudi Aramco dalam pembangunan dua proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau kilang. Pembatalan tersebut disebabkan karena tidak adanya ketidaksepakatan kedua pihak dalam penyelesaian pembangunan proyek.

Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi mengatakan, dua kilang yang dimaksud adalah kilang Balongan di Jawa Barat, dan kilang Dumai di Riau. Rachmad mengatakan, kesepakatan tidak tercapai sebab Pertamina menginginkan penyelesaian bisa dilakukan lebih cepat.

"Semua itu kan tergantung situasi dan kondisi. Saat penandatanganan joint venture agreement dari 2 CEO, sudah ada kesepakatan untuk mengejar waktu yang dilakukan dalam 2 tahap. Akhirnya karena tidak sepakat, Pertamina jalankan sendiri," ujar Rachmad. (mdk/bim)

Raja Arab ke Indonesia, Ahok harap kuota haji ditambah

Logistik dan tim dari Raja Arab Saudi telah tiba di Bali

Saat di Bali, Raja Salman & rombongan menginap di 4 hotel mewah ini

Ketua DPR yakin kedatangan Raja Salman menguntungkan Indonesia

Ini yang akan dibisikkan imam besar Istiqlal ke Raja Salman

Raja Salman akan datang, pesisir pantai di Jembrana dijaga ketat

Raja Salman akan disuguhi video dokumenter Raja Faisal ke Indonesia

Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Sejak kerajaan Arab Saudi didirikan oleh Abdulaziz Al-Saud, para raja yang bergantian memimpin setelah dia sampai sekarang adalah enam putranya.

Namun kepemimpinan Raja Salman sekarang tampaknya yang terakhir dari generasi tersebut, karena putranya Mohammed bin Salman atau dikenal dengan sebutan MBS telah ditunjuk sebagai putra mahkota dan akan menjadi cucu pertama Abdulaziz yang menjadi raja.

Penunjukan MBS sebagai putra mahkota memicu perdebatan karena usianya masih sangat muda, 32 tahun, dan didahului oleh pencopotan gelar putra mahkota dari dua pangeran yang jauh lebih senior darinya.

Sistem monarki di Arab Saudi tidak sesimpel kerajaan Inggris, terutama menyangkut penentuan nomor urut pewaris takhta kerajaan.

Kenapa MBS bisa menjadi putra mahkota? Bagaimana sebenarnya proses penunjukan raja baru Saudi? Dalam hal ini berlaku adagium: "mereka yang banyak bicara tidak tahu apa-apa, mereka yang tahu banyak tidak bicara apa-apa."

Namun rentetan peristiwa di lingkar dalam kerajaan dalam beberapa tahun terakhir ini mungkin bisa sedikit banyak menggambarkan proses suksesi kepemimpinan Saudi.

Pergantian 3 Putra Mahkota
Raja Salman diangkat pada Januari 2015 menyusul wafatnya Raja Abdullah. Pada saat itu juga ditunjuk putra mahkota yaitu Pangeran Muqrin, putra termuda Abdulaziz atau saudara seayah Raja Salman.

Di saat yang sama muncul preseden baru dengan adanya gelar Deputi Putra Mahkota, yaitu pewaris nomor urut dua setelah Putra Mahkota. Ditunjuk sebagai Deputi Putra Mahkota adalah Mohammed bin Nayef, 58, keponakan Raja Salman.

Gelar Pangeran Muqrin sebagai putra mahkota hanya bertahan tiga bulan. Pada April 2015, Mohammed bin Nayef menggantikan dia sebagai Putra Mahkota. Untuk pertama kalinya, pewaris pertama takhta kerajaan bukanlah putra Abdulaziz, namun cucunya.

Ketika itu, muncul kejutan dengan ditunjuknya MBS sebagai Deputi Putra Mahkota.

Dinamika politik di inner circle kerajaan tidak berhenti di sini. Pada 21 Juni 2017, mendadak Raja Salman mengumumkan putranya MBS sebagai Putra Mahkota, menggusur posisi Mohammed bin Nayef.

MBS juga ditunjuk sebagai wakil perdana menteri (jabatan perdana menteri dirangkap raja), dan akan meneruskan jabatan sebagai menteri pertahanan. Kewenangan yang luar biasa besar untuk seorang pria yang baru berusia 32 tahun.

Menurut informasi kerajaan saat itu, penunjukan MBS sebagai Putra Mahkota disetujui 31 dari 34 anggota Dewan Kepatuhan (Allegiance Council) yang terdiri atas para putra dan cucu laki-laki Raja Abdulaziz.

Televisi pemerintah menunjukkan adegan MBS berlutut dan mencium tangan Mohammed bin Nayef usai diangkat Putra Mahkota. Ketika itu bin Nayef terdengar bicara padanya: "Saya akan istirahat sekarang, semoga Allah membantumu."

Namun proses suksesi di tingkat Putra Mahkota itu tidak seakrab di layar televisi, karena bin Nayef kemudian dicopot dari jabatan menteri dalam negeri dan berstatus tahanan rumah. Di luar istana kerajaan, tidak ada yang tahu persis alasan pencopotan bin Nayef.

Pada Sabtu (4/11) Raja Salman membentuk Komisi Anti Korupsi dan menunjuk MBS sebagai ketuanya. Beberapa jam kemudian, komisi tersebut menangkap 11 pangeran termasuk triliuner Alwaleed bin Talal dan Komandan Garda Nasional Miteb bin Abdullah, yang juga putra almarhum Raja Abdullah.

Selain itu juga ditangkap empat menteri dan puluhan mantan menteri. Operasi besar-besaran ini dinilai merupakan upaya Raja Salman dan MBS untuk konsolidasi kekuasaan dan memuluskan peralihan takhta dari ayah ke putranya.

Pergantian putra mahkota era Raja Salman:

- Pangeran Muqrin, ditunjuk 23 Januari 2015, dicopot 29 April 2015.
- Pangeran Mohammed bin Nayef, ditunjuk 29 April 2015, dicopot 21 Juni 2017.
- Pangeran Mohammed bin Salman, ditunjuk 21 Juni 2017.

Pergantian tiga putra mahkota di era Raja Salman.

Bukan Monarki Absolut
Sejak Raja Abdulaziz wafat pada 1953, takhta kerajaan digilir dari satu putra ke putra yang lain, atau dari satu saudara laki-laki ke saudara laki-laki lainnya. Penunjukan dilakukan secara konsensus di antara mereka.

Beberapa dari mereka sudah meninggal ketika masih berstatus putra mahkota dan belum mendapat jatah singgasana raja.

Penunjukan ini lebih didasarkan pada senioritas, atau prinsip primus inter pares: semua setara namun dipilih yang paling senior atau paling dihormati (Bahasa Inggris: first among equals).

Namun demikian hanya lingkar terdalam kerajaan yang tahu persis bagaimana proses penunjukan raja dan putra mahkota.

Ini berbeda dengan monarki absolut, di mana putra mahkota adalah keturunan langsung sang raja, bukan saudara raja.

Ketika Raja Saud menggantikan Raja Abdulaziz, putra mahkota yang ditunjuk adalah saudaranya, Faisal. Namun sejarah mencatat bahwa kemudian Raja Saud menunjuk putranya sendiri sebagai Putra Mahkota dan ditentang oleh mayoritas klan kerajaan lainnya. Raja Saud kemudian dikudeta dan digantikan Raja Faisal pada 1964.

(Al Jazeera)

Daftar raja Arab Saudi:

- 1932-1953: Raja Abdulaziz al-Saud- 1953-1964: Raja Saud- 1964-1975: Raja Faisal- 1975-1982: Raja Khaled- 1982-2005: Raja Fahd- 2005-2015: Raja Abdullah

- 2015- ... : Raja Salman

Ayah ke Anak
Untuk pertama kali sejak Raja Abdulaziz mewariskan takhta ke putranya, Raja Saud, pada 1953, jabatan raja Arab kembali akan diwariskan dari bapak ke anak.

Raja Salman saat ini sudah berusia 81 tahun, dan putranya sudah ditunjuk secara konsensus sebagai putra mahkota. Dengan demikian tidak ada kendala seperti ketika Raja Saud menunjuk putranya yang ditentang cabang keluarga yang lain.

Namun perkembangan terakhir menciptakan potensi friksi di dalam kerajaan menyusul penangkapan para pangeran dan menteri oleh MBS.

Pertanyaan yang belum terjawab sekarang adalah kenapa MBS harus bersikap galak untuk melakukan konsolidasi kekuatan kalau jalannya menuju singgasana sebetulnya sudah mulus.

Juga tidak ada yang tahu persis kenapa Raja Salman memilih MBS yang bukan putra sulung sebagai putra mahkota.

MBS banyak dianggap sebagai pemula yang tepat ketika era kepemimpinan para putra Abdulaziz berakhir dan beralih ke generasi cucu.

Setidaknya dia punya rencana ke depan untuk memulihkan perekonomian Arab Saudi di tengah anjloknya harga minyak. Rencana dia tertuang dalam Vision 2030.

Dalam programnya itu, dia berusaha melepas ketergantungan Arab Saudi pada ekspor minyak, dan meningkatkan pendapatan dari investasi swasta. Tujuannya adalah menggenjot pendapatan dari sektor non-migas yang pada 2015 hanya senilai US$ 40 miliar menjadi empat kali lipatnya pada 2020 nanti, dan kemudian digandakan lagi pada 2030.

Arab Saudi, dengan separuh penduduk berusia di bawah 25 tahun, memang butuh pemimpin muda visioner. MBS hanya satu dari ratusan pangeran di Arab Saudi, dan banyak dari mereka juga punya hak menjadi putra mahkota.

Untuk bisa menjalankan visinya, dia butuh kekuatan penuh yang bisa melindunginya dari ambisi pangeran-pangeran yang lain. Dan dia juga butuh kekuatan tambahan lagi untuk mengamankan suksesi ayah ke anak agar kisah Raja Saud tidak terulang.

Saat terbaik untuk menyingkirkan rival dan membungkam pengkritik adalah ketika ayahnya masih menjabat raja, sehingga dia bisa bekerja lebih tenang ketika gilirannya datang.

Itulah mungkin asumsi terbaik kenapa terjadi penangkapan besar-besaran akhir pekan lalu.

Sebuah harian di Dubai memuat berita penangkapan 11 pangeran Arab Saudi. (Adi Prasetya)

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: Dari berbagai sumber


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA