Batuk dan muntah pada bayi merupakan kondisi yang perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama pada bayi di usia dini. Jika kondisi bayi batuk muntah tidak mendapat penanganan yang tepat, ditakutkan akan memicu komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Terdapat beberapa kondisi yang menjadi penyebab seringnya bayi batuk muntah. Orang tua perlu memerhatikan kondisi-kondisi ini pada bayi mereka, agar bisa mengantisipasinya dengan langkah-langkah penanganan yang tepat.
Bayi batuk sampai muntah adalah kondisi yang perlu ditangani dengan segera karena bisa menjadi tanda penyakit yang serius. Sejumlah penyebab bayi muntah saat batuk di antaranya yaitu:
1. Stenosis pilorus
Bayi sering batuk dan muntah pada usia antara 2 minggu hingga 4 bulan dapat mengindikasikan adanya kelainan di saluran pencernaan. Kelainan yang dialami bisa berupa penebalan pada otot pilorus (bagian akhir lambung yang menghubungkan ke duodenum). Kelainan ini disebut dengan stenosis pilorus. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi prematur, dan faktor keturunan.
Ciri khas batuk muntah pada stenosis pilorus adalah muntah proyektil yang berlangsung sekitar 15-30 menit setelah makan. Penyempitan yang terjadi mencegah makanan dari lambung memasuki usus 12 jari. Apabila Anda mencurigai bayi mengalami kondisi ini, penanganan dokter diperlukan segera untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Jika dibiarkan, kondisi stenosis pilorus akan menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Bayi juga rentan untuk mengalami dehidrasi dikarenakan seringnya mengalami muntah. Hal ini juga membuat bayi rentan terhadap gangguan keseimbangan elektrolit.
Selain itu, seringnya bayi batuk muntah bisa memicu iritasi pada lambung. Iritasi yang berkepanjangan berisiko menimbulkan perdarahan pada lambung bayi. Pada sebagian kasus, bayi dapat mengalami jaundice (kuning) karena akumulasi bilirubin yang diproduksi oleh hati. Penyakit kuning pada bayi dapat terlihat di kulit dan mata.
2. Refluks esofagus
Kondisi bayi batuk muntah juga bisa disebabkan karena refluks esofagus. Kondisi ini biasanya terjadi pada beberapa bulan pertama pasca kelahiran. Refluks esofagus terjadi akibat kelemahan pada otot di bagian bawah esofagus sehingga isi lambung dapat kembali naik.
Perbedaan muntah pada refluks esofagus (GERD) dengan stenosis pylorus, yaitu bentuk muntah tidak berbentuk proyektil. Selain itu, tidak terjadi perubahan buang air besar.
Gejala muntah akibat refluks esofagus dapat dikurangi dengan menghindari pemberian makanan dalam jumlah banyak. Untuk mengantisipasinya, Anda dapat memberikan bayi makanan atau susu dengan porsi yang lebih sedikit, tetapi lebih sering. Selain itu, posisikan bayi dalam keadaan tegak setidaknya 30 menit setelah makan atau menyusui.
3. Infeksi
Batuk dan muntah pada bayi juga bisa mengindikasikan adanya infeksi. Beberapa bulan pertama kehidupan bayi adalah masa yang rentan bagi mereka untuk mengalami infeksi.
Rotavirus merupakan penyebab bayi muntah yang paling umum. Infeksi juga bisa disebabkan virus lainnya, seperti enterovirus dan adenovirus. Selain itu, bakteri dan parasit turut menyebabkan infeksi saluran cerna pada bayi.
Bayi batuk muntah tidak hanya diakibatkan oleh infeksi pada saluran pencernaan. Infeksi lain, seperti infeksi saluran pernapasan, saluran kemih, infeksi telinga, dan usus buntu juga mampu menimbulkan gejala serupa, apabila infeksi terjadi pada sistem saraf pusat, seperti meningitis, muntah yang dialami bayi dapat berupa muntah proyektil.
Mengatasi bayi batuk muntah
Muntah umumnya akan berhenti dalam waktu 6-24 jam. Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penanganan awal untuk mengatasi batuk muntah adalah mencegah terjadinya dehidrasi.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi bayi batuk sampai muntah adalah:
- Hindarkan anak dari makanan padat pada 6 jam pertama
- Berikan bayi makanan dengan kalori cukup dan mudah dicerna seperti jus buah (kecuali jeruk), sirup atau madu jika bayi sudah berusia di atas 1 tahun. Anda bisa memberikannya setiap 15-20 menit dengan takaran 1-2 sendok makan setiap 15 menit
- Setelah 6 jam bayi tidak mengalami muntah, bayi dapat makan buah hingga sereal
- Hindari bayi dari aktivitas setelah makan atau menyusu
Jika kondisi bayi tidak membaik dan muntah terus menerus, Anda perlu membawanya ke dokter.
Kapan harus ke dokter?
Bayi yang muntah terus menerus dapat menyebabkan kondisi tubuh mereka kekurangan cairan, bahkan bisa mengancam nyawa. Beberapa hal di bawah ini merupakan tanda bahaya yang perlu diperhatikan saat bayi muntah:
- Tampak darah atau cairan empedu (berwarna kehijauan) saat muntah
- Nyeri perut hebat
- Muntah terus menerus
- Pembesaran pada perut
- Bayi rewel dan lesu
- Tidak dapat minum
- Muntah terus menerus lebih dari 24 jam
- Tampak tanda dehidrasi, seperti mulut kering, berkurangnya produksi air mata, mata menjadi cekung, ubun-ubun besar teraba cekung, dan penurunan volume urine.
Bila hal ini terjadi, sebaiknya segera bawa anak Anda ke dokter agar mendapat pertolongan untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Jika Anda ingin bertanya pada dokter, Anda bisa konsultasi langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.