Jelaskan bagaimana awalnya Dinasti Abbasiyah mendapat pengaruh dari turki

Lihat Foto

Wikimedia Commons

Penyerbuan Bagdad oleh Bangsa Mongol yang meruntuhkan Daulah Abbasiyah pada abad ke-13.

KOMPAS.com - Kekhalifahan Abbasiyah atau Daulah Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam yang memerintah antara 750-1258.

Pendiri Daulah Abbasiyah adalah Abdul Abbas As-Saffah, keturunan paman Nabi Muhammad.

Dinasti ini memerintah sebagai khalifah di Bagdad, Irak, setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah dalam Revolusi Abbasiyah pada 750.

Kekhalifahan ini mampu mencapai masa keemasan pada abad ke-9 hingga abad ke-10, dan sangat terkenal jasanya dalam memajukan ilmu pengetahuan.

Namun, setelah lima abad berkuasa, kekuasaan Daulah Abbasiyah akhirnya mengalami kemunduran dan runtuh karena berbagai faktor.

Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Setelah mengalami masa keemasan, kekuatan Dinasti Abbasiyah perlahan mulai memudar.

Berikut ini beberapa faktor kemuduran Dinasti Abbasiyah.

Perebutan kekuasaan

Salah satu faktor internal penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah adalah perebutan kekuasaan oleh orang-orang berpengaruh di kerajaan.

Hal ini disebabkan oleh pemimpin Abbasiyah yang kurang tegas, sehingga membuka jalan bagi Mamluk (tentara budak) dan Bani Buwaih untuk mengambil inisiatif merebut kekuasaan.

Meski khalifah tetap dipegang oleh keturunan Abbasiyah, tetapi dinasti-dinasti kecil yang jauh dari pusat pemerintahan mulai lahir.

Lihat Foto

Thoughtco

Ilustrasi masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah

KOMPAS.com - Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah adalah kekhalifahan ketiga Islam untuk meneruskan Nabi Muhammad.

Kekhalifahan ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652).

Dinasti Abbasiyah memerintah sebagai khalifah di Baghdad, Irak, setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah dalam Revolusi Abbasiyah pada 750 masehi.

Khalifah Abbasiyahmemindahkan Ibu Kota pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad.

Selama lima abad pemerintahannya, kekhalifahan ini berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Revolusi Abbasiyah

Kekhalifahan Abbasiyah berusaha menggulingkan Kekhalifahan Umayyah karena mengklaim sebagai penerus sejati Nabi Muhammad, berdasarkan garis keturunan mereka yang lebih dekat.

Pemberontakan yang dilakukan Bani Abbasiyah didukung oleh sebagian besar orang Arab yang dirugikan dengan tambahan faksi Yaman dan Mawali mereka.

Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas, kemudian mulai menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar II.

Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan mereka semakin memuncak.

Akhirnya pada 750 masehi, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Dinasti Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.

Baca juga: Masuknya Islam ke Nusantara

BincangSyariah.Com – Dinasti Abbasiyah berdiri setelah runtuhnya dinasti Umayyah yakni sepanjang tahun 750-1258 Masehi. Sebelum runtuhnya dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah telah membangun pusat kekuatan di kota Bishapur (kini bernama Persia).

Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As-saffah, keturunan dari Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Sebagai bagian dari keluarga dekat Nabi Muhammad SAW, keturunan Al-Abbas merasa memiliki hak untuk memegang pemerintahan Islam sepeninggalan Rasul. Hingga muncullah sikap-sikap memberontak dan sentimen kepada Bani Hasyim. Selain itu ia juga menentang Bani Umayyah saat mereka naik takhta hingga akhirnya mereka terkalahan.

Para sejarawan mengklalisifikasikan Dinasti Abbasiyah berdasarkan lima periode:

  1. Masa pengaruh Persia.
  2. Masa pengaruh Turki.
  3. Di bawah kekuasaan Dinasti Buwaihi.
  4. Di bawah kekuasaan Saljuk. Kelima,
  5. Masa kekhalifahan bebas dari pengaruh dinasti lain.

Memang, pasca runtuhnya Dinasti Umayyah sebagai pemegang kekuasaan Islam, dinasti yang berdiri kala itu akhirnya tidak berdiri sendiri melainkan pada tahun yang sama juga berdiri dinasti-dinasti yang lain dan saling berebut kekuasaan sebagai khalifah utama. Selain itu, pemerintahan yang dipegang tidak lagi bersifat monarki seperti yang terjadi semenjak Dinasti Umayyah, melainkan mendapat pengaruh bahkan intervensi dari keturunan lainnya.

1. Periode Pertama: Masa Pengaruh Persia

Dinasti Abbasiyah berlangsung dari masa kekuasaan Abu Abbas (As-Saffah) sampai Al-Watsiq (750-847 M). Pada masa inilah Dinasti Abbasiyah mengalami banyak kemajuan dan mencapai abad kejayaan. Faktor terjadinya kemajuan pada periode ini adalah karena terjadinya asimilasi dalam Dinasti Abbasiyah.

Berikutnya adalah partisipasi oleh orang-orang non Arab, terutama bangsa Persia dalam pembinaan peradaban Islam dalam berbagai bidang.

Ketiga, fokusnya pembangunan peradaban Islam di masa itu yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyah daripada perluasan wilayah kekuasaan. Namun saat kepemimpinan Khalifah Al-Mu’tashim melakukan pemindahan pusat pemerintahan dari Baghdad ke Samarra. Hal tersebut disebabkan oleh sikap orang-orang Turki yang diberi kesempatan dalam pemerintahan untuk mendominasi kekuasaan di dinasti tersebut.

2. Periode Kedua: Masa Pengaruh Turki

Masa ini berlangsung sejak tahun 847-945 Masehi. Ketika kekhalifahan dipimpin oleh Al-Mutawakkil, ia dan para wakilnya sangat lemah dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini menjadi kesempatan bagi orang-orang Turki yang berada dalam pemerintahan masa Al-Mu’tashim untuk mengambil alih kekuasaan.

Akhirnya pemilihan khalifah berikutnya dilakukan sesuai kehendak mereka. Bisa diketahui bahwa munculnya ketidakstabilan politik dimulai pada periode ini. Karena pada periode berikutnya pemegang kekuasaan di kekhalifahan Dinasti Abbasiyah tidak lagi bersifat monarki dan terjadi perebutan kekuasaan antara dinasti.

Kemunduran yang terjadi di periode ini disebabkan oleh beberapa faktor pertama, luasnya wilayah kekuasaan yang harus dikendalikan karena pada saat itu khalifah melakukan banyak ekspansi di berbagai wilayah. Kedua, ketergantungan militer yang sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan dan pembiyaan tentara sangat besar.  Terakhir terdinya beberapa pemberontakan dari suku Qaramitah dan Zanj. Meskipun terjadi polemik di bidang politik, di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam meningkat.

3. Periode Ketiga: Masa Pengaruh Dinasti Buwaihi

Periode ini berlangsung sejak tahun 945-1055 Masehi. Periode ini menunjukkan keadaan yang semakin memburukan dikarenakan kekhalifahan Dinasti Abbasiyah pada masa ini berada di bawah Dinasti Buwaihi. Bani Buwaihi yang menganut paham Syiah menjadi penyebab yang mendominasi kemunduran Dinasti Abbasiyah. Pusat pemerintahan Islam yang mulanya berada di Baghdad dipindah ke Syiraz, tempat Ali bin Buwaihi berkuasa.

Seperti pada periode sebelumnya, meski perpolitikan menjadi semakin tidak stabil tetapi perkembangan teknologi dan keilmuan meningkat pesat dan melahirkan para ilmuwan ternama seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-biruni, dan Ibnu Maskawaih. Bidang-bidang keilmuan lainnya pun mengalami perkembangan seperti bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan. 

4. Periose Keempar: Masa Pengaruh Dinasti Seljuk

Masa ini dimuaai dari tahun 1055-1199 Masehi. Pada periode ini Bani Buwaihi yang awal mulanya memegang kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai terkalahkan oleh Bani Seljuk. Paham Syiah yang disebarkan oleh Bani Buwaihi akhirnya tersingkirkan juga karena mereka tak lagi menguasai Dinasti Abbasiyah. Namun pada periode ini juga kekuasaan Bani Seljuk runtuh dikarenakan terjadinya konflik internal. Kekhalifahan mulai terbebas dari pengaruh Dinasti lainnya.

5. Periode Keilma: Terbebas dari Dinasti-Dinasti Lain

Akhirnya pada periode ini (1199-1258 M) Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah mengalami kebebasan dari berbagai pengaruh Dinasti lainnya. Pusat pemerintahan pun berada di Baghdad dan tidak terjadi kembali perluasan wilayah yang juga menunjukkan penurunan kualitas politik mereka. Kemunduran tersebut diperparah dengan kedatangan tentara Mongol di bawah kepemimpinan Hulagu Khan untuk menghancurkan Dinasti Abbasiyah.

Kelima periode yang pengklasifikasiannya dilakukan oleh para sejarawan menunjukkan kestabilan politik dan perluasan wilayah seringkali terjadinya tidak dibarengi dengan kemajuan perkembangan keilmuan dan peradaban Islam. Ada kalanya saat kondisi politik stabil dan terjadi ekspansi di berbagai wilayah, perkembangan keilmuan menjadi terhenti karena hanya terfokuskan pada wilayah politik kekuasaan saja. Sedangkan saat kondisi perpoltikan sedang mengalami konflik, seringkali terjadinya peningkatan keilmuan pada saat itu.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA