Di bawah ini merupakan organisasi organisasi yang berpartisipasi dalam kongres pemuda kecuali

 Hari ini (Senin 28/10/2019), 91 tahun lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, berlangsung Kongres Pemuda. 28 Oktober menjadi hari lahirnya Sumpah Pemuda. Kongres ini menjadi bukti bahwa perjuangan pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan telah berlangsung sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Momen-momen awal yang menandai bergeraknya kaum pemuda adalah dengan munculnya berbagai organisasi yang dibentuk oleh kalangan muda.  Salah satunya adalah Perhimpunan Indonesia yang dibentuk pada tahun 1908.

Organisasi ini masih sebatas perkumpulan mahasiswa Hindia yang belajar di Belanda. Setelah para mahasiswa kembali ke Tanah Air, mereka turut berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Para pemuda ini mulai menyadari akan tujuan bersama dan mengurangi perpecahan karena perbedaan suku bangsa dan agama. Beberapa tokoh besar diketahui pernah menjadi anggota, seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada 1913. Kemudian, organisasi pemuda lain yang lahir adalah Tri Koro Darmo. Perkumpulan ini didirikan oleh seseorang bernama Satiman yang menjadi motor pergerakan pemuda.

Organisasi ini merupakan wadah awal perhimpunan pemuda dan perkumpulan pelajar yang berdiri pada 7 Maret 1915. Sesuai namanya, organisasi ini memiliki tiga tujuan yakni sakti, bukti, dan bakti. Mereka yang tergabung dalam Tri Koro Darmo menginginkan sebuah perubahan dari cara pandang pemuda dan kondisi yang terjadi di Nusantara saat itu. Akan tetapi, karena adanya desakan dari berbagai pihak, nama organisasi akhirnya berubah menjadi Jong Java. Di Jong Java, seluruh pemuda baik dari Jawa, Madura, Bali, hingga Lombok dapat bergabung dengan gerakan ini.

Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda, dituliskan, setelah Jong Java bermunculan banyak organisasi pemuda. Organisasi-organisasi itu masih bersifat kesukuan, seperti Jong Batak, Jong Minahasa, dan Jong Celebes. Ada pula Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya.

Kongres Pemuda I

Adapun peristiwa penting lain dalam sejarah pergerakan pemuda adalah kala mereka menyatukan tekadnya dalam sebuah momentum yang hingga kini dikenal dengan nama Kongres Pemuda I pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Saat itu, para kaum muda mulai menyadari bahwa perjuangan mereka membutuhkan persatuan dari semua unsur. Kongres ini melahirkan gagasan penggunaan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

Salah satu tokoh yang mengemukakan gagasan tersebut adalah Muhammad Yamin yang kala itu aktif dan memimpin organisasi Jong Sumatranen Bond. Melalui pidatonya, Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang, Yamin “menyodorkan” bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu,” demikian pidato Yamin, seperti dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru (2003).

Namun, ceramah-ceramah yang diberikan dalam kongres masih belum membuahkan hasil. Ini karena masih banyak ego kedaerahan dan kesukuan yang kental dari setiap peserta.

Kongres Pemuda II.

 Menyadari hal ini, para pemuda kemudian mengadakan Kongres Pemuda II yang digelar pada 27 hingga 28 Oktober 1928. Kongres ini mulai menyatukan pemikiran para pemuda dari berbagai daerah untuk satu tujuan bersama yakni berjuang melawan penjajahan. Kongres yang berjalan selama dua hari tersebut akhirnya melahirkan sebuah deklarasi yang dikenang hingga saat ini. Tokoh yang kembali berjasa dalam merumuskan deklarasi tersebut adalah Muhammad Yamin.

Saat kongres tengah berlangsung, Yamin mulai menuliskan gagasan “Sumpah Pemuda” tersebut dalam suatu kertas. Kertas itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres. “Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan),” kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003).

Deklarasi bernama Sumpah Pemuda itu lahir setelah para peserta menyatakan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda. Adapun istilah Sumpah Pemuda sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya, berikut isinya:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

(Penulis : Stevi K.S Mononimbar, S.Pd.,M.Pd)

Pemalang-Hari Sumpah Pemuda yang diperingati tiap tanggal 28 Oktober merupakan tonggak sejarah penting dalam perjalanan panjang Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Pada 28 Oktober 1928 atau 93 tahun lalu, para pemuda Indonesia yang berasal dari berbagai daerah berkumpul untuk mengucapkan ikrarnya. Mereka berikrar untuk bertumpah darah, berbahasa, dan berbangsa Indonesia.

Pertemuan itu diikuti 9 perkumpulan pemuda yaitu,  Jong Java, Jong Soematera (Poemoeda Soematera), Poemuda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Batakbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi,  dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia. Susunan panitia Kongres Pemuda yang dalam ejaan lama Bahasa Indonsia bernama Congres  Pemoeda–pemoeda Indonesia itu ternyata mencerminkan keterwakilan 9 organisasi pemuda tersebut, yaitu:

Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI), Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java), Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond), Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond), Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond), Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia), Pembantu III : Senduk (Jong Celebes), Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon), Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi).

Kongres Pemuda Indonesia tersebut diikuti oleh 71 peserta. Salah satu peserta itu adalah Wage Rudolf Soepratman, yang kemudian menggubah lagu Indonesia Raya. Puncak  Congres  Pemoeda–pemoeda Indonesia adalah lahirnya Sumpah Pemuda dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Berikut isi lengkap sumpah yang diucapkan para pemuda tersebut :

Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sebelum tercetus sebagai Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, ada sejarah di balik perjalanannya. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, sumpah Pemuda merupakan hasil rumusan dalam Kongres Pemuda II Indonesia. Kongres tersebut merupakan pertemuan besar pada 1928.

Dalam pertemuan itu hadir para pelajar dari seluruh wilayah Nusantara yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres Pemuda II itu digelar tiga sesi di tiga tempat berbeda. Organisasi kepemudaan yang hadir saat itu di antaranya Jong Java, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Islamieten Bond. Sesi pertama dilakukan pada 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) yang sekarang bernama Lapangan Banteng. Ketua PPPI, Sugondo Djojopuspito saat itu berharap Kongres Pemuda II diharapkan dapat mempererat semangat persatuan di antara para pemuda. Sesi kedua digelar pada 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop. Dalam sesi itu dibahas masalah pendidikan yang sangat penting untuk anak.

Sejarah Sumpah Pemuda – Sumpah Pemuda merupakan tonggak penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Janji ini dilihat sebagai kristalisasi dari semangat penegasan cita-cita hari berdirinya negara Indonesia.

Makna Sumpah Pemuda ditentukan oleh Kongres Pemuda II yang diselenggarakan selama dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (sekarang Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan tersebut juga harus menjadi dasar bagi setiap “perhimpunan nasional Indonesia” dan “diterbitkan di berbagai surat kabar dan dibacakan sebelum rapat-rapat perserikatan”.

Istilah “sumpah pemuda” itu sendiri tidak muncul dalam keputusan Kongres, tetapi diperkenalkan setelahnya. Di mana sumpah pemuda muncul setelah Kongres Pemuda II. Namun, sebelum itu Pemuda I tentunya juga menjadi pendorong adanya sumpah pemuda setelah Kongres pemuda II.

Pada kesempatan kali ini, Gramedia akan membahas mengenai sejarah dari sumpah pemuda. Bagi kalian yang ingin tahu lebih lanjut mengenai sejarah sumpah pemuda, kalian bisa simak ulasan di bawah ini.


Atlas sejarah adalah atlas yang menampilkan informasi spasial wilayah dari suatu sejarah pada periode waktu tertentu. Buku yang ada di hadapan Anda ini adalah sebuah atlas (kumpulan peta) sejarah tentang sejarah-sejarah yang terjadi di Indonesia maupun yang terjadi di dunia. Peristiwa-peristiwa besar yang selalu dikenang oleh manusia tersaji dalam buku ini.

Kongres Pemuda I

Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Lapangan Banteng, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa hal, mulai dari susunan badan pusat, gagasan persatuan, peran perempuan, peran agama, hingga peran bahasa dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1908, organisasi gerakan nasional pertama lahir dengan nama “Budi Utomo”. Sejak Budi Utomo berdiri, muncul pula berbagai organisasi pemuda berkarakter daerah, seperti Tri Koro Dharmo atau Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan lain-lain.

Seiring berjalannya waktu, lahirlah organisasi yang lebih luas seperti Perhimpunan Indonesia, yang kemudian menjadi organisasi politik. Banyak pemikiran atau ide lain juga datang dari banyak organisasi kepemudaan yang muncul namun memiliki satu tujuan, yaitu tercapainya cita-cita nasional.
Salah satu upaya untuk mencapai mufakat adalah dengan mengadakan pertemuan besar, yang kemudian disebut Kongres Pemuda I. Kongres Pemuda I ini untuk membangkitkan semangat kerja sama antar organisasi kepemudaan.

Kongres Pemuda I diketuai oleh Mohammad Tabrani dan Soemarmo ditetapkan sebagai wakilnya. Sedangkan posisi sekretaris diisi oleh Djamaluddin Adinegoro dan Soewarso ditunjuk sebagai bendahara. Selain itu, ada pula anggota Kongres Pemuda I yang terdiri dari Bahder Djohan, Jan Toule Soulehwij, Paul Pinontoan, Achmad Hamami, Sanusi Pane, dan Sarbani.

Pelaksanaan Kongres Pemuda I

Dalam pelaksanaannya, Kongres Pemuda I berlangsung selama tiga hari. Selama tiga hari ini tentunya memiliki pembahasan yang berbeda-beda dalam rapatnya. Berikut adalah pelaksanaan dari Kongres Pemuda I.

Pertemuan Pertama

Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April 1926 di gedung Vrijmetselaarsloge (sekarang gedung Bappenas), pada pukul 20.00. Kongres hari pertama dibuka dengan pidato ketua kongres, yaitu Mohammad Tabrani. Ia membicarakan bahwa ada cara untuk menyingkirkan penjajah. Karena itu, Tabrani meminta seluruh peserta kongres yang hadir menjadi pilar kekuatan bagi kemerdekaan Indonesia.

Mengenai Kongres, Tabrani juga mengatakan bahwa tujuan Kongres adalah untuk meningkatkan semangat kerja sama di antara asosiasi-asosiasi Indonesia. Usai pembukaan Kongres, perwakilan masing-masing asosiasi diundang untuk berbicara. Setelah semuanya berjalan lancar sesuai dengan tujuan, kongres hari pertama berakhir pada pukul 00.15.

Pertemuan Kedua

Pada hari Senin, 1 Mei 1926, kongres dilaksanakan kembali pada pukul 20.00. Topik utama yang diangkat adalah posisi perempuan yang dibawakan oleh tiga pembicara yaitu Bahder Djohan, Stientje Ticoalu-Adam, dan Djaksodipoera. Pada kongres hari kedua, Tabrani mengangkat diskusi tentang perempuan karena, menurutnya perjuangan kemerdekaan tidak hanya dipimpin oleh laki-laki. Bahder Djohan mengatakan topik perempuan sama pentingnya untuk dibahas, seperti cita-cita politik dan ekonomi.

Dalam sebuah keluarga, seorang wanita yang berperan sebagai seorang ibu dapat mulai mengajar anak-anaknya untuk mencintai tanah air mereka. Oleh karena itu, gagasan persatuan bangsa dapat digagas oleh perempuan di lingkungan keluarga.

Selain itu, Ibu Stientje juga mengemukakan bahwa meskipun kedudukan perempuan di Indonesia tidak sama, namun ada satu kesamaan yaitu dorongan batin untuk memperoleh kebebasan. Begitu juga Nona Adam, yang mengatakan wanita dapat memilih mana yang terbaik untuk dikampanyekan. Kemudian dari pembicara ketiga, Djaksodipoera memberikan sambutannya yang bertajuk “Rapak Lumuh”.

Dalam sambutannya dikatakan bahwa kedudukan perempuan sangat lemah dalam perkawinan, karena sewaktu-waktu dapat diceraikan, tetapi tidak dapat menceraikan suaminya. Oleh karena itu, Djaksodipoera mewajibkan istri memiliki hak yang sama dengan suaminya. Setelah menyampaikan pendapat yang berbeda, terjadi diskusi tentang isu perempuan. Setelah pelaksanaan hari kedua ini berjalan lancar, kongres hari kedua berakhir pada pukul 24.00.

Kongres Pemuda I hari ketiga diadakan pada tanggal 2 Mei 1926 dan dilaksanakan pada pukul 09.00. Agenda kongres hari ketiga adalah mendengarkan ceramah dari dua pembicara, Moh.Yamin dan Pinontoan. Moh. Yamin memberikan sambutan tentang bahasa-bahasa yang ada di Indonesia salah satunya bahasa Melayu yang menurutnya mudah dipelajari dan dapat diadaptasi untuk digunakan secara luas. Oleh karena itu, Moh. Yamin menyarankan agar bahasa Melayu dapat digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia.

Selain itu, Pinontoan juga berbicara tentang pentingnya Islam dan Kristen di Indonesia. Ia berpendapat bahwa, untuk mendapatkan persatuan bangsa di Indonesia, umat Islam dan Kristen harus melepaskan kefanatikan mereka terhadap agama. Pinontoan mengatakan bahwa dalam gerakan solidaritas, agama tidak boleh berperan langsung. Setelah selesai, kongres hari ketiga berakhir pada pukul 12.30 WIB.

Hasil Kongres Pemuda I

Setelah Kongres Pemuda I dilaksanakan dalam tiga hari maka telah ditemukan hasil atau poin penting yang telah dibicarakan dalam kongres tersebut. Berikut adalah hasil dari Kongres Pemuda I.

  • Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita seluruh pemuda Indonesia
  • Seluruh perkumpulan pemuda berupaya untuk menggalang persatuan organisasi pemuda dalam suatu wadah
  • Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia

Hasil tersebut tentunya dapat mendukung kemajuan bangsa Indonesia dalam hal kesatuan dan kesatuan pemuda di Indonesia. Di mana peran pemuda Indonesia tentu sangat penting sekali untuk membuat Indonesia menjadi negara yang bebas dari penjajahan pada saat itu.

Buku ini, yang mengurai tentang Pancasila sebagai filsafat Indonesia di satu pihak dan tentang roh revolusi mental yang bisa disumbang olehnya di lain pihak, sungguh berharga bagi khazanah studi terkait Pancasila dalam konteks hidup bangsa kita saat ini. Kontribusi berharga dari buku ini terletak dalam upaya mendeskripsikan Pancasila dengan gambaran-gambaran tentang revolusi mental sehari-hari bangsa kita

Kongres Pemuda II

Kongres Pemuda II dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta yang dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres tersebut dibagi menjadi tiga rapat, di mana pada sesi kedua Kongres Pemuda II membahas masalah pendidikan.

Kongres Pemuda II adalah hasil dari kegagalan Kongres Pemuda I pada tahun 1926 untuk mewujudkan cita-cita persatuan pemuda. Selain itu, alasan dilaksanakannya Kongres Pemuda II adalah untuk menumbuhkan ide-ide politik terbuka di kalangan anak muda melalui berbagai acara.

Misalnya, pemberontakan KPI yang gagal, munculnya gerakan-gerakan pemuda yang kooperatif dan non-kooperatif, kembalinya anggota Perhimpunan Indonesia dari Belanda, dan pembentukan partai politik setelah tahun 1927. Pada Kongres Pemuda I yang diadakan di Clubgebouw Jalan Kramat Raya pada tanggal 2 Mei 1928, para mahasiswa muda bertemu dan sepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda II.

Kongres Pemuda II ini tentunya memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanannya. Kongres ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita dari semua organisasi pemuda di Indonesia, membahas mengenai masalah perkumpulan pemuda Indonesia, dan memperkuat dalam kesadaran kebangsaan serta persatuan Indonesia.

Panitia Kongres Pemuda II

Pada 12 Agustus 1928, para pemuda dari berbagai kalangan bertemu kembali. Pada pertemuan ini, panitia kongres, waktu, tempat, dan tugas konferensi pemuda kedua diputuskan. Setelah diskusi panjang, diputuskan untuk mengadakan Kongres Pemuda II dari 27 hingga 28 Oktober 1928 di tiga gedung yang berbeda.

Kongres Pemuda II dipimpin oleh Sugondo Joyopuspito dan didampingi R.M. Joko Marsaid sebagai pemain wakil. Sementara itu, Moh. Yamin terpilih menjadi sekretaris dan Amir Sjarifuddin terpilih menjadi bendahara. Selain itu, panitia Kongres Pemuda II adalah Joham Mohammad Tjaja (pembantu I), R Kaca Sungkana (pembantu II), RCL Senduk (pembantu III), Johanes Leimena (pembantu IV), dan Rochjani Soe`oed (pembantu V).

Pelaksanaan Kongres Pemuda II

Lebih dari 700 orang dari berbagai kelompok dan agama berpartisipasi dalam Kongres Pemuda II. Organisasi kepemudaan yang mengikuti Kongres Pemuda II ini dibagi menjadi tiga kategori.

Kategori pertama memiliki karakter kedaerahan, seperti Jong Java dan Jong Sumatranen Bond. Kategori kedua didasarkan pada klub belajar seperti Klub Studi Indonesische. Yang ketiga didasarkan pada banyak nasionalisme dan agama, seperti Perhimpunan Indonesia, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain. Kongres Pemuda II dilaksanakan selama dua hari di 3 kongres dan 3 gedung yang berbeda sebagai berikut.

Pertemuan Pertama

Pada tanggal 27 Oktober 1928, pertemuan pertama dilaksanakan di Gedung Pemuda Katolik pada pukul 19.30 sampai 23.30. Pada pertemuan ini, para peserta membahas pentingnya bahasa Melayu sebagai bahasa politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, dibahas gagasan untuk menjadi tuan rumah gerakan perjuangan dalam bentuk organisasi nasional.

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dari pukul 08.00 sampai 12.00 di gedung Oost Java Bioscoop (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara). Para peserta membahas tentang pentingnya peran pendidikan dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pembicara pada kongres tersebut adalah Sarmidi Mangoensarkoro, Sarwono, dan Ki Hajar Devantoro yang menekankan pentingnya pendidikan nasional yang harus diberikan kepada seluruh anak Indonesia.

Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari yang sama dengan pertemuan kedua, yaitu pada 28 Oktober 1928 pada pukul 17.30 sampai 23.30 di Gedung Indonesische Clubgebouw. Kongres ini membahas mengenai lima hal, arak-arakan pandu, penyampaian dari Ramelan untuk kepanduan, penyampaian dari Pergerakan Pemuda Indonesia dan Pemuda di Tanah Luaran oleh Soenario, pengambilan keputusan dan penutupan kongres.

Hasil Kongres Pemuda II

Pada hari Minggu, 28 Oktober 1928, sekitar pukul 10.00 WIB, semua peserta Kongres Pemuda II berkumpul untuk merangkum hasil kongres selama dua hari tersebut. Saat itu, Moh. Yamin meminta waktu untuk membacakan teks resolusi yang dia ambil.

Selain itu, pada tanggal 28 Oktober 1928, ketua membacakan keputusan Kongres Pemuda II dan memperoleh persetujuan dari para peserta. Saat dibacakan, keputusan kongres tersebut disebut sebagai Ikrar Pemuda, yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda. Dengan demikian, Kongres Pemuda II menghasilkan Sumpah Pemuda, yang dimulai pada tahun 1959, dan diperingati setiap tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Isi Sumpah Pemuda

Berikut adalah isi dari Sumpah Pemuda yang merupakan hasil dari Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928.

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Grameds, demikianlah artikel mengenai sejarah Sumpah Pemuda yang membahas mengenai Kongres Pemuda I, Kongres Pemuda II, serta isi dari Sumpah Pemuda itu sendiri. Jika kalian ingin mengetahui sejarahnya lebih dalam lagi, tentu kalian bisa menemukannya di Gramedia,

Selain itu, kalian juga bisa menemukan buku-buku lainnya yang tersedia di Gramedia. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas telah menyediakan berbagai buku yang bisa kalian miliki. Yuk Grameds, beli bukunya sekarang juga!

Rosihan Anwar mengenal secara pribadi tokoh-tokoh yang ditulis dalam e-book ini. Dengan penuh empati melukiskan semuanya dari sudut pandang personal agar tampil lebih utuh, lengkap, dan manusiawi. Bahkan yang lebih menarik lagi dituliskan berbagai peristiwa yang melatarbelakangi para tokoh semasa hidupnya, sehingga e-book ini melantunkan sisi lain sejarah Indonesia

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA