Deskripsikan pertempuran yang terjadi di front Timur pada Perang Dunia 1

JAKARTA, iNews.id - Tanggal 11 November diperingati sebagai berakhirnya Perang Dunia I, ditandai dengan kesepakatan gencatan senjata sekaligus memastikan kemenangan pasukan sekutu Inggris cs atas Jerman cs. Peringatan tahun ini menjadi spesial karena bertepatan dengan 100 tahun.

Tak heran jika puluhan pemimpin dunia, baik dari negara yang menang dan kalah, hari ini berkumpul di Paris untuk memperingatinya.

Lantas, bagaimana PD I terjadi? Berikut sekilas kisahnya, seperti dikuti dari AFP:

Perang Dunia (PD) I dicatat sejarah sebagai pertempuran paling mematikan dan paling menentukan di Eropa. Titik utama perang yang dimulai sejak 1914 ini adalah Front Barat yakni di Prancis utara dan Belgia.

Garis depan medan pertempuran membentang lebih dari 700 kilometer dari Laut Utara ke pegunungan Vosges di Prancis, dekat Swiss.

Perang besar juga terjadi di Rusia, Balkan, dan Italia, lalu menyebar dengan cepat ke Timur Tengah, serta wilayah jajahan Afrika dan Asia. Jepang, saat itu negara dengan kekuatan militer kuat, memihak sekutu dan merebut pulau-pulau Jerman pada 1914. Sementara itu Amerika Serikat hadir terlambat yakni pada 1917.

Hanya beberapa pekan setelah perang diumumkan, pasukan Jerman yang berbaris ke Belgia menghancurkan pertahanan negara itu pada 17 Agustus 1914 sehingga mendorong arus pengungsian besar-besaran. Pasukan Jerman lalu bergerak ke Paris.

Perang dengan Jerman harus dibayar mahal oleh Prancis. Bersamaan dengan mundurnya Prancis hingga ke barat daya Bordeaux, pasukan terdesak mundur. Sekitar 27.000 tentara tewas hanya dalam satu hari yakni pada 22 Agustus. Peristiwa itu tercatat sebagai perang paling mematikan dalam sejarah militer Prancis.

Seorang panglima perang Prancis, Joseph Joffre, lalu menyusun kembali pasukan yang sempat mundur untuk melawan Jerman. Pada 5-12 September terjadi Perang Marne 1 yang berhasil menghambat laju pasukan Jerman.

Dari titik itu, konflik itu menjadi perang selama tiga tahun yang berakhir dengan kekalahan Jerman.

Sementara itu, di Front Timur, pertempuran terjadi dalam kondisi berbeda dengan di Prancis dan Belgia. Setelah perang pecah, Kesultanan Utsmani yang bersekutu dengan Jerman, Austria, serta Hongaria, menutup Selat Bosphorus untuk mengisolasi Rusia. Saat itu, Rusia berperang bersama Inggris dan Prancis.

Rusia melancarkan serangan besar ke Prusia Timur pada 15 Agustus tetapi berakhir dengan dua kekalahan besar pada bulan berikutnya, yakni di Tannenberg dan Danau Mazurian.

Pasukan Rusia lalu mundur ke selatan, kekalahan yang terus berlanjut sampai Revolusi Bolshevik pada 1917. Setahun kemudian, tepatnya Maaret 1918, Rusia meneken perjanjian Brest-Litovsk, Moskos harus kehilangan wilayah barat dan sepertiga penduduknya.

Di Front Barat, pada 1915 terjadi serangkaian perang besar ditandai dengan penyebaran senjata modern dalam skala besar, termasuk senapan mesin dan artileri berat. Pasukan Jerman juga menggunakan gas beracun untuk pertama kalinya di dekat Ypres, Belgia.

Pada musim semi, pasukan sekutu yang dipimpin Inggris, meluncurkan serangan angkatan laut dan angkatan darat ke Dardanelles untuk membuka Selat Bosphorus.

Pertempuran itu berakhir dengan kekalahan pahit bagi sekutu. Perang ini mengangkat peran Australia dan Selandia Baru dengan pujian bagi prajurit muda atas keberanian mereka.

Kemenangan itu juga menular ke Rusia yang menikmati banyak keberhasilan melawan pasukan Utsmani dengan memukul mundur mereka di Kaukasus dan Armenia. Ratusan ribu orang Armenia tewas dalam pembunuhan massal antara 1915 dan 1917 karena dituduh memihak Rusia.

Sementara itu, angkatan laut Inggris dan Jerman berhadapan di Laut Utara dan Samudra Atlantik. Untuk melawan blokade maritim, pada 1915 Jerman meluncurkan serangan kapal selam.

Namun penggunaan torpedo dalam perang disesalkan Amerika Serikat karena mengganggu kapal-kapal sipil hingga Amerika Serikat akhirnya ikut serta dalam perang pada 1917.

Di Timur Tengah, pada 1914, pasukan Inggris menyerbu wilayah Turki di selatan. Mereka lalu mendorong masyarakat Arab untuk bangkit melawan kekuasaan Utsmani yang pengaruhnya membentang ke berbagai wilayah dunia.

Pada 1916, Inggris dan Prancis meneken perjanjian Sykes-Picot, di mana mereka menentukan bentuk masa depan Timur Tengah.

Pada Juli 1917, Inggris melancarkan serangan besar-besaran di Flanders, Belgia. Prancis melakukan hal yang sama pada April di Chemin des Dames, meskipun gagal dan harus dibayar mahal dengan pemberontakan di kalangan tentara Prancis.

Pada Oktober, pasukan Italia mengalami kekalahan telak di Caporetto, menyebabkan 300.000 pasukan menjadi tawanan pasukan Jerman dan Austria.

Lalu pada Desember, jenderal Inggris, Edmund Allenby, memasuki Yerusalem setelah Deklarasi Balfour diteken. Isi perjanjian ini, Inggris mendukung migrasi orang-orang Yahudi Eropa ke Palestina meskipun ada kaminan tak akan mengganggu warga Arab.

Di lain tempat, pasukan Jerman meluncurkan serangan habis-habisan untuk menerobos garis sekutu sebelum kedatangan pasukan Amerika pada musim semi 1918.

Namun keberadaan pasukan Jerman di Paris justru menjadi sasaran empuk pasukan sekutu. Mereka dipukul mundur oleh pasukan sekutu yang ditempatkan pada April di bawah komando Jenderal Ferdinand Foch dari Prancis.

Jerman, yang tampaknya siap untuk meraih kemenangan, ambruk selama musim panas saat sekutu merebut kembali Prancis utara dengan serangkaian serangan balasan yang memuncak pada Perang Marne 2 pada Juli.

Pada saat yang sama, kekaisaran Austro-Hongaria, Bulgaria, dan kekaisaran Utsmani menderita serangkaian kekalahan yang memaksa mereka menyerah.

Pada 9 November 1918, Kaiser Jerman Wilhelm II turun takhta atau dua hari sebelum kesepakatan gencatan senjata ditandatangani, sekaligus memastikan kemenangan pasukan sekutu pada Perang Dunia I.

Editor : Anton Suhartono

TAG : jerman sekutu perang dunia i

Bagikan Artikel:




Buku Neraka di Front Timur menjadi rangkuman kisah mengenaskan salah satu sejarah kehidupan manusia. Jutaan nyawa manusia melayang sia-sia akibat peperangan.

Grid.ID - Perang Dunia II telah menorehkan sejarah kelam bagi kemanusiaan.

Bagaimana tidak, dalam peperangan tersebut, sekitar 70 juta jiwa melayang akibat kekejaman, penghancuran besar-besaran, kelaparan, dan pembantaian.

Sebanyak 70 juta nyawa tersebut bukanlah sekadar angka. Mereka adalah manusia, yang memiliki kehidupan: keluarga, aspirasi, perasaan, dan cita-cita.

Tak heran, Perang Dunia II lantas dianggap sebagai salah satu pertempuran yang paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.

Selama Perang Dunia II, terdapat pertempuran yang merupakan konfrontasi militer terbesar dalam sejarah, yakni peperangan di Front Timur.

Kehancuran dan penderitaan yang disebabkan oleh pertempuran di antara dua rezim totaliter dunia ini—Nazi pimpinan Adolf Hitler dan Komunis pimpinan Joseph Stalin—telah mengorbankan 30 juta nyawa manusia. 

Pertempuran ini bahkan layak disebut sebagai “neraka” versi dunia, sebab kekejaman yang secara dahsyat berdampak pada kemanusiaan dan angka kematian yang tinggi karena kelaparan, wabah penyakit, dan cuaca ekstrem nan ganas.

Namun sayangnya, pertempuran di Front Timur kerap kali terlupakan, tak seperti pertempuran-pertempuran dahsyat di Moskow, Stalingrad, Kursk, ataupun Berlin yang jauh lebih terkenal.

Lantas, di mana sajakah pertempuran Front Timur terjadi?

Baca Juga: 4 Cara Memecahkan Masalah ala Sherlock Holmes, Dijamin Bisa Lalui Masalah Tanpa Keluh Kesah

Page 2

Page 3

Dok. Gramedia.com

Buku Neraka di Front Timur menjadi rangkuman kisah mengenaskan salah satu sejarah kehidupan manusia. Jutaan nyawa manusia melayang sia-sia akibat peperangan.

Grid.ID - Perang Dunia II telah menorehkan sejarah kelam bagi kemanusiaan.

Bagaimana tidak, dalam peperangan tersebut, sekitar 70 juta jiwa melayang akibat kekejaman, penghancuran besar-besaran, kelaparan, dan pembantaian.

Sebanyak 70 juta nyawa tersebut bukanlah sekadar angka. Mereka adalah manusia, yang memiliki kehidupan: keluarga, aspirasi, perasaan, dan cita-cita.

Tak heran, Perang Dunia II lantas dianggap sebagai salah satu pertempuran yang paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.

Selama Perang Dunia II, terdapat pertempuran yang merupakan konfrontasi militer terbesar dalam sejarah, yakni peperangan di Front Timur.

Kehancuran dan penderitaan yang disebabkan oleh pertempuran di antara dua rezim totaliter dunia ini—Nazi pimpinan Adolf Hitler dan Komunis pimpinan Joseph Stalin—telah mengorbankan 30 juta nyawa manusia. 

Pertempuran ini bahkan layak disebut sebagai “neraka” versi dunia, sebab kekejaman yang secara dahsyat berdampak pada kemanusiaan dan angka kematian yang tinggi karena kelaparan, wabah penyakit, dan cuaca ekstrem nan ganas.

Namun sayangnya, pertempuran di Front Timur kerap kali terlupakan, tak seperti pertempuran-pertempuran dahsyat di Moskow, Stalingrad, Kursk, ataupun Berlin yang jauh lebih terkenal.

Lantas, di mana sajakah pertempuran Front Timur terjadi?

Baca Juga: 4 Cara Memecahkan Masalah ala Sherlock Holmes, Dijamin Bisa Lalui Masalah Tanpa Keluh Kesah

  • Perang dunia ii
  • Kiev
  • Belarus
  • Buku Peperangan di Front Timur
  • Kharkov
  • Hongaria

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA