Jakarta -
Berdasarkan konsep tes IQ, skor 100 yang dianggap sebagai nilai rata-rata akan selalu didapatkan, jika seseorang punya usia mental yang sama dengan usia fisiknya. Jika usia mental orang tersebut di atas usia fisiknya atau skornya lebih dari 100, maka mereka dinilai memiliki skor IQ di atas rata-rata, begitu juga sebaliknya.
Disebutkan dalam Science ABC, dua tes IQ yang paling banyak dipakai saat ini adalah Stanford-Binet dan Wechsler Intelligence Scales. Dan oleh sebab tes IQ menjadi alat pengukur yang paling terkenal, maka dihasilkanlah rentang skala IQ untuk mengkategorikan skor yang didapat.
Walau begitu, rentang-rentang tersebut sifatnya tidak statis. Setiap tes IQ bisa memiliki rentang berbeda. Rentang atau jenis tes juga bisa terus diperbarui.
Kategori Kecerdasan Berdasarkan Hasil Tes IQ
A. Tes Stanford-Binet
Tes IQ Stanford-Binet didesain untuk memahami kemampuan siswa dan menganalisis kenapa sebagian dari mereka cenderung tertinggal dari sebayanya. Berdasarkan versi tes edisi ke-5, kategori rentang IQadalah di bawah ini:
- Skor 176-225: teramat sangat berbakat (profoundly gifted)
- Skor 161-175: sangat berbakat (extremely gifted)
- Skor 130-144: berbakat (gifted)
- Skor 120-129: superior
- Skor 110-119: di atas rata-rata (high average)
- Skor 90-109: rata-rata (average)
- Skor 80-89: di bawah rata-rata (low average)
- Skor 70-79: batas tertinggal (borderline delayed)
- Skor 55-69: sedikit tertinggal (mildly impaired)
- Skor 40-54: cukup tertinggal (moderately delayed)
B. Wechsler Intelligence Scales
Donald Wechsler merancang tes IQ untuk orang dewasa pada tahun 1939 dengan skala Wechsler-Bellevue Intelligence. Sejak itu, tes ini sudah diperbarui tiga kali.
Tes ini pertama kali dirilis tahun 1955, lalu direvisi pada 1981, dan ketiga pada 1997. Ketiganya sama-sama digunakan untuk mengukur IQ orang dewasa umur 16 tahun ke atas.
Kemudian, tes tersebut kembali direvisi dan hasilnya diterbitkan tahun 2008. Berikut ini kategori terbaru hasil tes IQ versi Wechsler Intelligence Scales:
- Skor 130 dan di atasnya: sangat superior
- Skor 120-129: superior
- Skor 110-119: di atas rata-rata
- Skor 90-109: rata-rata
- Skor 80-89: di bawah rata-rata
- Skor 70-79: ambang batas
- Skor 79 dan di bawahnya: sangat rendah
Meski demikian, mengutip dari laman BPK Penabur, seorang psikolog klinis dan pengajar dari Universitas New South Wales Tony Florio menuturkan, tes IQ saat ini hanya menguji bidang tertentu saja. Menurutnya tes tersebut tidak beradaptasi dengan kerja otak manusia saat ini.
Dalam tes IQ, yang diuji adalah kemampuan berbahasa, pengetahuan umum, dan pemecahan masalah. Jadi, tidak mengukur kreativitas, motivasi, dan kepribadian.
Pada awalnya, tes IQ digunakan untuk mendeteksi keterbelakangan mental. Zaman dahulu, IQ di bawah 70 dinilai sebagai keterbelakangan mental.
Di samping itu, ada berbagai faktor yang bisa mempengaruhi hasil tes IQ, seperti nutrisi, stres, kondisi sosial ekonomi, serta dukungan dan perilaku sosial. Sebuah studi juga mengungkap, skor IQ bisa berubah seiring bertambahnya usia sosialnya. Sebab, semakin tua seseorang, wawasan dan pendidikannya juga semakin bertambah.
Maka dari itu, skor IQ bisa saja mengalami naik atau bahkan turun karena faktor tertentu.
Simak Video "Polisi Ringkus Otak Begal Warga Pakai Samurai di Medan"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/lus)
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)
Liputan6.com, Jakarta - Meski intelligent quotient atau IQ bukan satu-satunya indikator untuk menentukan kecerdasan seseorang, tak dapat dipungkiri bahwa IQ masih 'didewakan'.
- Awas, Ini 5 Pertanda Kekasih Anda Sudah Minta Putus
- Gempa Berkekuatan Magnitudo 6,3 Guncang Oregon Amerika Serikat
- 5 Kota di Dunia yang Memiliki Boneka Menyeramkan
Tak mengherankan bila beberapa sekolah kerap mengadakan tes IQ untuk mengukur kecerdasan para siswanya. Mereka yang ber-IQ tinggi pun langsung dicap sebagai siswa cerdas.
Namun menurut sejumlah studi, sebenarnya mengukur tingkat IQ seseorang tak harus melalui serangkaian tes. Pasalnya, sejumlah ciri dapat menggambarkan tingkat kecerdasan seseorang.
Meski demikian, beberapa ciri yang terkait dengan tingginya IQ seseorang tak selamanya baik. Bahkan beberapa di antaranya mungkin membuat dahi Anda berkernyit.
Seperti dikutip dari Indy100, Minggu (1/9/2019), berikut 6 ciri orang dengan IQ tinggi:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beberapa artis K-Pop ini ternyata memiliki otak cemerlang. Siapa saja mereka? Saksikan hanya di Starlite!
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Penyendiri
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)
Jika berkata soal bahagia, mungkin sebagian orang membayangkan soal bersenda gurau bersama kawan-kawan. Namun, bersosialisasi justru membuat orang yang ber-IQ tinggi menderita.
Menurut penelitian, jika seorang yang ber-IQ tinggi bersosialisasi, maka tingkat kepuasan mereka terhadap hidup semakin kecil.
2. Tak Memiliki Hubungan Romantis saat Remaja
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)
Stereotipe yang menyebut bahwa orang jenius biasanya tak beruntung dalam percintaan, ternyata terbukti dalam sebuah studi.
Ketika teman-teman mereka sudah memiliki kekasih, mereka justru kebalikannya. Mungkin hal itu didorong dengan sikap penyendiri orang-orang yang ber-IQ tinggi.
3. Menderita Gangguan Kesehatan Mental
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)
Sejumlah penelitian mengindikasi bahwa anak-anak dengan IQ tinggi, biasanya terkait dengan gangguan kesehatan mental, salah satunya bipolar.
Menurut studi lain, orang-orang yang ceras juga biasanya lebih mudah gelisah.
4. Berpandangan Politik Liberal
Ilustrasi tumor otak (iStockphoto)
Orang-orang yang memiliki pandangan politik liberal diduga memiliki IQ yang lebih tinggi.
Alasannya, keyakinan liberal cenderung melawan naluri evolusioner. Kekuatan tersebut membuat seseorang lebih mungkin untuk mengatasi perubahan.
5. Tidur Larut Malam
Ilustrasi tentang otak dan kecerdasan. (Sumber Pixabay)
Meski tidur larut malam telah terbukti tak berdampak baik bagi kesehatan, sebuah studi mengungkap bahwa kebiasaan itu tak berlaku bagi mereka yang ber-IQ tinggi.
Dalam studi tersebut, orang-orang ber-IQ tinggi cenderung tidur larut malam dan bangun siang.
6. Malas
Ilustrasi Kanker Otak (sumber: iStockphoto)
Penelitian terbaru menyebut jangan mudah menuduh bahwa orang-orang 'pemalas' tak bekerja keras. Pasalnya, otak mereka yang bekerja dengan keras.
Orang-orang yang malas lebih senang berpikir. Sementara mereka yang tidak, lebih suka melakukan aktivitas fisik.