Bukankah kami yang menjadikan bumi itu sebagai hamparan Kalimat di atas merupakan terjemahan dari ayat?

Terima kasih atas dukunganmu

Situs Surah Alquran didirikan sebagai inisiatif rendah hati dengan tujuan mengabdi pada Al-Qur'an dan sunnah yang suci, merawat santri ilmu, dan memfasilitasi ilmu-ilmu Islam dalam kurikulum Al-Qur'an dan Sunnah, dan kami senang atas dukungan Anda untuk kami dan kami mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menerima kami dan menganugerahkan kami keikhlasan.
Unduh Alquran kareem

Setelah pada pembahasan sebelumnya berbicara mengenai alasan-alasan diturunkannya surah an-Naba, Tafsir Surah an-Naba’ Ayat 6-12 berbicara mengenai tanda-tanda kekuasaan Allah swt. Salah satu tanda kekuasaanNya adalah menjadikan bumi sebagai tempat hidup yang layak dan nyaman.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah an-Naba’ Ayat 1-5 


Selain itu tanda-tanda lainnya yang disebutkan dalam Tafsir Surah an-Naba’ Ayat 6-12 adalah menjadikan gunung sebagai pasak, menciptakan manusia berpasang-pasangan, menciptakan siang sebagai aktifitas dan malam sebagai waktu istirahat dan lain sebagainya.

Ayat 6

Pertama, bukankah Allah telah menjadikan bumi sebagai hamparan yang mudah didiami oleh manusia dan hewan ternak yang berguna bagi manusia. Sebetulnya bumi ini bundar seperti bola, tetapi karena begitu besarnya, maka permukaannya tampak datar seperti hamparan.

Ayat 7

Kedua, Allah jadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk mengokohkan bumi, sehingga tidak bergoyang karena guncangan-guncangan yang ada di bawahnya.

Ayat 8

Ketiga, yang tidak kalah hebatnya Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan, agar timbul kecintaan dan kesayangan di antara suami-istri untuk menempuh hidup bahagia dan memelihara keturunan yang baik, mempertahankan kelangsungan jenis manusia sehingga tidak punah.

Ayat ini sejalan dengan maksud firman Allah:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ  ٢١

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. (ar-Rµm/30: 21)

Ayat 9

Keempat, Allah menjadikan tidur pada malam hari untuk beristirahat dari kesibukan pekerjaan pada siang hari, agar menghasilkan berbagai mata pencaharian. Dengan istirahat waktu tidur itu, manusia dapat mengembalikan daya dan kekuatan untuk melangsungkan pekerjaan pada keesokan harinya. Seandainya tidak diselingi oleh istirahat tidur tentu kekuatan siapa pun akan merosot sehingga tidak dapat melangsungkan tugas sehari-hari.


Baca juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 37: Siang dan Malam Sebagai Tanda Kekuasaan Allah Swt


Ayat 10

Kelima, Allah menjadikan malam sebagai pakaian. Maksudnya malam itu gelap menutupi permukaan bumi sebagaimana pakaian menutup tubuh manusia. Hal itu berarti bahwa malam itu berfungsi sebagai pakaian bagi manusia yang dapat menutupi auratnya pada waktu tidur dari pandangan orang-orang yang mungkin melihatnya.

Demikian pula sebagai pakaian, maka gelap malam itu dapat melindungi dan menyembunyikan seseorang yang tidur dari bahaya atau musuh yang sedang mengancam.

Ayat 11

Keenam, Allah menjadikan siang untuk berusaha dan mencari rezeki yang diperlukan dalam kehidupan dan untuk hidup bermasyarakat.

Ayat 12

Ketujuh, Allah membangun di atas manusia tujuh langit yang kokoh tanpa memiliki tiang dan tunduk kepada hukum Allah.

Secara ilmiah, tujuh langit yang kokoh kemungkinan dapat diartikan dengan lapisan-lapisan atmosfer yang dekat dengan bumi ini, seperti: (1) Troposphere (Troposfer), (2) Tropopause (Tropopaus), (3) Stratosphere (Stratosfer), (4) Stratopause (Stratopaus), (5) Mesosphere (Mesosfer), (6) Mesopause (Mesopause), dan (7) Thermosphere (Termosfer). Pembagian ini berdasarkan temperatur (suhu) dari lapisan-lapisan atmosfer dan jaraknya dari permukaan bumi.

Kekokohan lapisan-lapisan tersebut, dalam pengertian kokoh dalam menyelimuti bola bumi kita, karena adanya gaya gravitasi bumi. (lihat pula telaah ilmiah dalam Surah ar-Ra’d/13:2, Juz-13). Pada telaah ilmiah Surah ar-Ra’d/13: 2 tersebut, pembagian lapisan atmosfer sedikit berbeda dengan yang dijelaskan pada telaah ilmiah ini, di mana Ionosfer dan Eksosfer disatukan dalam Termosfer.


Baca juga: Mengenal Tafsir Ilmi, Tafsir Jawahir Karangan Thanthawi Jauhari


Namun apabila pengertian tujuh langit ini dikaitkan dengan Mi’raj Rasulullah Muhammad saw, tampak kurang tepat. Tujuh langit dalam Surah an-Naba’/78: 12 ini mungkin dapat diartikan sebagai Tujuh Dimensi Ruang-Waktu dalam Kaluza-Klein Theory (KKT). Seperti dinyatakan dalam fisika bahwa terdapat empat (4) Gaya Fundamental yang ada di jagad raya ini, yaitu Gaya Elektromagnetik, Gaya Nuklir Lemah, Gaya Nuklir Kuat, dan Gaya Gravitasi.

Jika keempat gaya ini terbentuk dari Ledakan Besar (Big Bang) dari suatu Singularity, maka mestinya keempat gaya ini dahulunya menyatu sebagai Satu Gaya Tunggal (Grand Unified Force), ini yang dikenal dalam Grand Unified Theory (GUT, Teori Ketersatuan Agung?).

KKT menjelaskan bahwa untuk dapat menerangkan ketersatuan gaya-gaya yang empat itu, maka adanya geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini tidaklah cukup. Geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini hanya mampu menjelaskan sedikit tentang gaya-gaya Elektromagnetik dan dalam beberapa hal Gaya Gravitasi.

Untuk bisa menjelaskan keempat gaya tersebut, maka KKT  menyatakan harus ada tujuh dimensi ruang-waktu (time-space dimensions) yang lain. Dengan demikian bersama empat dimensi yang sudah dikenal, yaitu: garis, bidang, ruang dan waktu; maka total dimensi ada sebelas (11) dimensi.

Pernyataan ini berbasiskan pada perhitungan Matematika-Fisika. Berbasiskan pada KKT ini, para saintis telah mampu pula menghitung garis tengah salah satu dimensi ruang-waktu itu, yaitu sebesar 10-32 cm, jadi dimensi itu sangat kecil sekali. Dengan demikian, tidaklah mungkin dengan instrument yang ada sekarang ini kita dapat menembus tujuh dimensi ruang-waktu yang lain itu.

Kaluza-Klein Theory telah memberikan gambaran adanya Tujuh Dimensi Ruang-Waktu, yang kesemuanya ini akan mengokohkan geometri jagad-raya dengan empat gaya-gaya fundamentalnya. Mungkinkah tujuh langit yang kokoh tersebut adalah tujuh dimensi ruang-waktu menurut Kaluza-Klein Theory ? Wallahu a’lam bis-sawab.


Baca setelahnya: Tafsir Surah an-Naba’ Ayat 13-20


(Tafsir Kemenag)

Tafsir Tahlili

Tafsir Surah As-Sajdah Ayat 29-30

Redaksi - 01/12/2022 0

Tafsir Surah As-Sajdah Ayat 29-30 menjelaskan mengenai hari kemenangan kaum muslimin adalah hari kiamat. Di hari kiamat itu orang kafir tidak diberi kesempatan bertobat...

Lebih lanjut

Tafsir Tahlili

Tafsir Surah As-Sajdah Ayat 27-28

Redaksi - 01/12/2022 0

Tafsir Surah As-Sajdah Ayat 27-28 ini menjelaskan tentang kebutaan orang kafir akan kebesaran dan kekuasaan Allah. Mereka mengejek dan memperolok atas keyakinan kaum muslimin...

Lebih lanjut

Tafsir Tahlili

Tafsir Surah As-Sajdah Ayat 24-26 ini membicarakan mengenai balasan Allah yang setimpal untuk yang menentang dan mengingkari ajaran Nabi. Dan Allah membrikan pahala untuk... Bukankah Kami menjadikan bumi sebagai hamparan adalah arti dari ayat?

QS. An-Naba' Ayat 6 6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan, Share.

Apa arti surah An Naba ayat 8?

8. Dan bukankah Kami telah menciptakan kamu, wahai manusia, berpasang-pasangan; lelaki dan perempuan agar kamu beranak pinak untuk terus mendiami bumi dan memakmurkannya?

Apa arti dari QS An Naba ayat 3?

yang dalam hal itu mereka berselisih. Itulah berita besar yang dalam hal itu mereka berselisih. Sebagian dari mereka mengingkarinya dan sebagian yang lain menyangsikannya. Mereka tidak percaya jasad manusia yang sudah hancur akan hidup kembali.

Apa bunyi ayat ke 7 dalam surah An Naba?

7. dan gunung-gunung sebagai pasak? Dan bukankah Kami telah pancangkan gunung-gunung sebagai pasak supaya bumi tidak bergoncang sehingga manusia dapat hidup tenang di atasnya?