Ayu Ma'as Minggu, 17 Juli 2022 | 08:30 WIB
Kebudayaan Hindu-Buddha berpengaruh besar pada bidang pendidikan, yaitu dibangun asrama untuk mempelajari agama Buddha.
GridKids.id - Pada penjelasan materi sebelumnya kamu sudah belajar tentang pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Sebelumnya kamu sudah mengetahui pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada kehidupan masyarakat di bidang agama, politik, dan sosial.
Pada buku tematik Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7 SMP terbitan Kemdikbud halaman 46-47.
Tak hanya berpengaruh pada kehidupan sosial dan politik masyarakat, kebudayaan Hindu-Buddha juga membawa pengaruh pada bidang pendidikan, kesenian, hingga bangunan.
Berikut adalah penjelasan tentang pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masyarakat Indonesia di bidang pendidikan, sastra dan bahasa, hingga arsitektur.
Yuk, sama-sama simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, Kids.
Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha pada Masyarakat Indonesia
1. Bidang Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan seperti asrama merupakan salah satu bukti dari pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Baca Juga: Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha: Bidang Agama, Politik, dan Sosial, IPS Kelas 7 SMP Tema 1
Perkembangan Kebudayaan Masa Hindu-Buddha .... 71 Inskripsi Kitab Mahabharata yang asli ditulis oleh Resi Walmiki dan Resi Wyasa dari India. Konsep dan Aktualita Prasasti-prasasti di Indonesia yang berbahasa Sanskerta dan menggunakan huruf Pallawa 1. Prasasti Kutai. 2. Prasasti-prasasti Kerajaan Tarumanegara, yakni prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Tugu, Muara Cianten, dan Cidangiang. 3. Prasasti-prasasti dari Mataram Kuno dinasti Sanjaya, yakni prasasti Canggal dan Mantyasih Kedu. Prasasti-prasasti yang telah mengalami pengaruh budaya asli 1. Prasasti-prasasti Kerajaan Sriwijaya berbahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa, yakni prasasti- prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Berahi, dan prasasti Adityawarman yang ditemukan di Suroaso, Batusangkar, Sumatra Barat. 2. Prasasti Ritihang dari Mataram Kuno menggunakan bahasa Jawa Kuno dan huruf Pallawa. Setelah agama Buddha masuk, terjadi pergeseran budaya dalam penggunaan tulisan dan bahasa. Misalnya, prasasti-prasasti peninggalan dinasti Syailendra Mataram, yakni prasasti kalasan 778 M dan Kelurak, menggunakan bahasa Sanskerta dengan huruf Pranagari. Bahasa Sanskerta dari India juga masuk ke Nusantara dan dipergunakan dalam karya-karya sastra Indonesia lama. Contoh sastra lisan Hindu yang masuk ke Indonesia dapat digolongkan menjadi: a cerita yang langsung datang dari India, yaitu Mahabharata dan Ramayana ; b cerita yang masuk ke Indonesia melalui Persia, misalnya, Panca- tantra , Hitopadesa, dan Syakasap- tati , ketiganya merupakan jenis cerita berbingkai; c cerita yang tema atau motifnya mirip Hikayat Melayu dengan motif India bernama Dewa Hindu. Perkembangan bahasa lisan dan tertulis karya-karya sastra sangat beragam sifatnya. Pengaruh Hindu-Buddha pada kitab Ramayana Jawa Kuno yang ditulis pada masa Raja Balitung dari Mataram Hindu, kitab Mahabharata Jawa Kuno yang ditulis pada masa Raja Dharmawangsa, kitab Arjunawiwaha di zaman Airlangga, dan Bharatayudha di zaman Jayabaya, yang semuanya bersumber pada karya sastra asli India yang berbahasa Sanskerta. Selain itu, karya-karya sastra yang berisi ajaran agama juga banyak dikutip dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno, seperti kitab Sang Hyang Kamahayanikan di zaman Mpu Sindok yang berisi ajaran agama Buddha Mahayana, kitab Agastyapawa berisi ajaran agama Syiwa, kitab Brahmandapurana berisi ajaran agama Brahma Syiwa, kitab Sutasoma berisi ajaran agama Buddha, dan kitab Harimurti yang berisi ajaran agama Wisnu. Inskripsi Kita mengenal adanya cerita berbingkai, yaitu cerita yang di dalamnya mengandung cerita lagi. Contoh sastra kuno yang termasuk cerita berbingkai adalah 1. cerita-cerita yang dimaksudkan untuk menyelamatkan diri dari hukuman mati atau memberi peringatan, misalnya, Hikayat Seribu Satu Malam dan Hikayat Bayan Budiman; 2. cerita-cerita berbingkai untuk mendidik anak-anak raja, misalnya, Pancatantra, Hitopadesa, dan Syukasaptati. 72 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa Karya-karya sastra tersebut kemudian diolahkembangkan sesuai kondisi situasi Indonesia. Melalui proses akulturasi dan sinkretisasi budaya yang melahirkan budaya Indonesia-Hindu, terciptalah karya-karya sastra berikut. a Cerita Panji, berisi cerita perkawinan Panji Asmoro Bangun dan Galuh Candra Kirana yang menggambarkan persatuan Jenggala-Panjalu. b Cerita Damarwulan, berisi kisah peperangan Damarwulan melawan Minak Jinggo Raja Blambangan yang dimenangkan oleh Damarwulan berkat bantuan Waito dan Puyengan serta Anjasmara, putra Patih Logender. Dikisahkan bahwa akhirnya Damarwulan mempersunting Ratu Ayu Kencanawungu Raja Majapahit. c Cerita Aji Saka, merupakan contoh fakta perkembangan budaya India yang telah mengalami kemajuan perubahan di Nusantara menjadi Sastra kejawen. Cerita ini mengisahkan asal-usul huruf Jawa Carakan Jawa yang di dalamnya mengandung filsafat hidup manusia. d Kitab Gatotkacasraya yang ditulis pada zaman Jayabaya membuktikan adanya unsur Jawanisasi, yakni munculnya tokoh-tokoh dewa asli Jawa yang disebut Punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Konsep dan Aktualita Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid parwa. Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian juga disebut parwa yang digubah dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM sampai 400 M. Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid kanda dan di-gubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta Sita, yang diculik oleh Rahwana. Dalam perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana adiknya itu mendapat bantuan dari pasukan kera yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain itu, Rama juga dibantu oleh Gunawan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh kakaknya itu karena bermaksud membela kebenaran Rama. Perjuangan tersebut menimbulkan peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Di akhir cerita, Rahwana beserta anak buahnya gugur dan Dewi Sinta kembali kepada Rama.