Bagaimana kehidupan masyarakat pada masa kolonial?

Abdullah, M. (2013). Konvergensi Santri-Abangan. Surakarta: IAIN Publisher.

Amin, S. M. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Audriana, S. (2018). Representasi Realitas Sosial dalam Novel Tan Karya Hendri Teja : Perspektif Realisme Sosialis Georg Lukacs Septian Audriana. Bapala, 5(1), 1–10.

Basid, A., Nur, I. J., & Zuhdy, H. (2018). Pola Kehidupan Masyarakat Pontianak dalam Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye Berdasarkan Perspektif Strukturalisme Genetik. Lingua, 14(21), 97–111.

Daliman, A. (2012). Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Djakariyah. (2014). Sejarah Indonesia II. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Endawarsana, S. (2012). Teori Pengkajian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: UNY Press.

Faiz, F. (2019). Ngaji Filsafat 151 : R. A Kartini - Feminisme. Retrieved May 19, 2019, from //www.youtube.com/watch?v=MdPk28cHxG4

Hafid, A. (2017). Diskriminasi Bangsa Belanda Dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis (Kajian Postkolonial). Kembara, 3(3), 123–134.

Kartodirjo, S. (2014). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Krismawati, Y. (2013). Falsafah “Nrimo ” dalam Budaya Jawa Ditinjau dari Tugas Pendidikan Kristen Berdasarkan Perspektif Psikologis. Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1(1), 22–34.

Mahayana, M. S. (2014). Kitab Kritik Sastra. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Mouton, & Co, S. (2017). Sejarah Perempuan Inondesia. Terjemahan:Elvira Rosa, Pramita Ayuningtyas, dan Dwi Istianti. Depok: Komunitas Bambu.

Purwandono, A. (2019). Tim Kisah Tanah Jawa Berkisah : Mahluk Tak Kasat Mata Juga Narsis. Retrieved September 19, 2019, from //krjogja.com/web/news/read/93509/Tim_Kisah_Tanah_Jawa_Berkisah_Mahluk_Tak_Kasat_Mata_Juga_Narsis

Ratna, N. K. (2013). Stilistika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ricklefs, M. C. (2012). Mengislamkan Jawa. Terjemahan oleh FX Dono Sunardi & Satrio Wahono. 2013. Jakarta: Anggota Ikapi.

Ridwan, I., Aries, W., & Yulianeta. (2016). Pandangan Pramoedya Terhadap Resistansi Perempuan dalam Novel Era Revolusi dan Reformasi. Adabiyyat, 15(1), 63–84.

Saputra, J. I., & Etmi, H. (2018). Jugun Ianfu dalam Dua Karya Novel Zaman Pendudukan Jepang (1942-1945). Jurnal Diakronika, Edisi Khus, 45–57.

Suaka, I. N. (2013). Analisis Sastra: Teori dan aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Wicaksono, A. (2016). Kearifan pada Lingkungan Hidup dalam Novel-Novel Karya Andrea Hirata ( Tinjauan Strukturalisme Genetik ). Jentera, 5(1), 7–21.

Yurnal. (2016). Pembangunan Negara Hukum Berbasis Human Developlemt Index: Sebuah Renungan Philosophy. AL-MURSHALAH, 2(2), 1–7.

Zidan, M. (2019). Pengalaman Membaca Buku Kisah Tanah Jawa - YouTube. Retrieved May 26, 2019, from //www.youtube.com/watch?v=6QPtQUsZkSk

Zidan, M., & Bonaventura, D. G. (2019). Kisah Tanah Jawa. Jakarta: GagasMedia.

Page 2

Ilustrasi sawah. Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial Barat, Simak Penjelasannya.

TRIBUNNEWS.COM - Pada perjalanan sejarah sejak masa kolonialisme VOC, pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Inggris, dan pendudukan Jepang, berdampak pada perubahan masyarakat Indonesia.

Dikutip dari Buku SMP/MTS IPS Kelas VIII (2017) oleh Mukminan, terjadinya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia menyebabkan berbagai perubahan masyarakat Indonesia dari berbagai aspek;

Yaitu dari segi aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan, maupun politik.

Lalu, perubahan apa saja yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada masa kolonial?

Baca juga: Mengenal Nilai Sosial: Pengertian, Ciri-ciri, Macam, dan Fungsinya

Baca juga: Mengenal Apa Itu Organisasi: Pengertian, Unsur, Ciri-Ciri, Prinsip, dan Manfaatnya

Perbandingan Jumlah Penduduk yang Tinggal di Desa dan di Kota (Buku IPS Kelas IX SMP/MTs)

1. Perluasan Penggunaan Lahan

Perkebunan di Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan.

Bangsa Indonesia telah memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai teknologi pertanian.

Di masa penjajahan, terjadi perubahan besar pada perkebunan di Indonesia.

Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.

Bukan hanya pemerintah kolonial yang mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga perusahaan-perusahaan swasta.

Masa penjajahan Indonesia oleh Belanda dan Jepang merupakan bagian dari sejarah yang sering kita dengar dan pelajari. Kolonialisme dan imperialisme yang diterapkan oleh pemerintah Belanda mengakibatkan perubahan masyarakat di berbagai bidang. Karena tujuan Belanda adalah untuk memperkaya bangsanya sendiri, banyak dari kebijakan yang berlaku sangat merugikan masyarakat Indonesia di masa penjajahan.

Ada beberapa hal yang mampu menarik bangsa Barat, termasuk Belanda, ke Indonesia. Pertama, tanah Indonesia yang subur dapat menghasilkan banyak rempah-rempah yang tidak mereka temukan di negara asal mereka. Kedua, Indonesia memiliki keindahan alam sebagai negara kepulauan.

Ketiga, iklim tropis dan suku hangat Indonesia sangat berbeda dengan negara-negara Eropa yang mengalami empat musim. Terakhir, hasil alam nonrempah Indonesia juga melimpah, seperti tebu, padi, minyak bumi, dan batu bara.

Selama masa penjajahan, Belanda melakukan monopoli perdagangan. Monopoli perdagangan dapat didefinisikan sebagai bentuk perdagangan di mana pasar dikuasai oleh satu penjual. Hal ini mengakibatkan penentuan harga yang dilakukan oleh penjual.

Meski begitu, ada beberapa dampak positif dari monopoli perdagangan di masa penjajahan. Pertama, aktivitas perdagangan di Indonesia semakin ramai. Kedua, masyarakat Indonesia mengetahui tata cara perdagangan. Ketiga, pedagang pribumi dapat membangun kerja sama dengan negara lain. Terakhir, masyarakat Indonesia dapat memperoleh informasi mengenai komoditas yang laku di pasaran.

Tapi, tentu saja monopoli perdagangan memiliki dampak negatifnya. Pendapatan rempah-rempah terus menurun karena harga ditentukan oleh VOC. Produksi pangan nonrempah pun ikut menurun hingga terjadi kelaparan. Akibatnya, angka kemiskinan meningkat dan membuat rakyat semakin menderita.

Selain monopoli perdagangan, ada pula kebijakan kerja yang dikeluarkan di masa penjajahan, beberapa di antaranya diterbitkan di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Kebijakan yang dikeluarkan meliputi tiga bidang, yaitu bidang pertahanan dan keamanan, bidang pemerintahan, dan bidang ekonomi sosial.

Kebijakan Belanda di bidang pertahanan dan keamanan termasuk pembangunan benteng pertahanan, pembangunan pangkalan Angkatan Laut di Anyer dan Ujung Kulon, pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan, pembangunan pabrik senjata, dan peningkatan jumlah tentara.

Di bidang pemerintahan, Belanda mengeluarkan kebijakan meliputi memperbaiki gaji pegawai, memberantas korupsi, membagi Pulau Jawa menjadi 9 daerah, merombak sistem pemerintahan feodal, dan menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahan.

Terakhir, di bidang sosial-ekonomi, terdapat empat kebijakan, yaitu contingenten, verplichte leverantie, preangerstelsel, dan kerja rodi. Contingenten merupakan penyerahan pajak hasil bumi kepada Belanda. Verplichte leverantie adalah kewajiban rakyat untuk menjual hasil panen kepada Belanda sesuai harga yang ditetapkan. Preangerstelsel merupakan kewajiban rakyat Priangan untuk menanam kopi. Terakhir, kerja rodi adalah sistem kerja paksa tanpa upah bagi rakyat Indonesia.

Selain Daendels, Van den Bosch selaku gubernur jenderal Hindia Belanda di Indonesia turut mengeluarkan kebijakan yang merugikan bangsa Indonesia di masa penjajahan, yaitu cultuurstelsel atau tanam paksa di tahun 1830. Sistem tanam paksa mewajibkan rakyat Indonesia untuk menanam tanaman pokok.

Tujuan utama tanam paksa adalah untuk mengisi kekosongan kas Belanda, tetapi terdapat berbagai penyimpangan dalam pelaksanaannya. Tanah yang wajib diserahkan seharusnya hanya 1/5, tapi kenyataannya, seluruh tanah wajib diserahkan. Tanah yang ditanami tanaman pun tetap dikenai pajak.

Selain itu, rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja sepanjang tahun, padahal seharusnya mereka hanya perlu bekerja selama 66 hari dalam setahun. Kelebihan hasil panen pun tidak dikembalikan ke rakyat. Terlebih, gagal panen ditanggung sendiri oleh petani.

Terjadinya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia tak dimungkiri sangat merugikan dan membuat kondisi bangsa Indonesia memprihatinkan. Sejarah kelam tersebut pun tak ayal  berdampak pada berbagai perubahan masyarakat Indonesia baik secara aspek geografis, budaya, ekonomi, pendidikan, maupun politik.

Secara umum, akibat adanya penjajahan berabad-abad lamanya di nusantara berdampak kepada perubahan masyarakat Indonesia. Ada perubahan yang memiliki dampak negatif dan adapula perubahan yang berdampak positif. Setidaknya ada 7 perubahan masyarakat Indonesia yang dirasakan akibat terjadinya kolonialisme dan imperialisme, diantaranya :

  1. Perluasan dalam Penggunaan Lahan

Keadaan Indonesia yang saat itu masih banyak hutan belantara dibuka untuk dijadikan perkebunan dan pemukiman. Berkat pembukaan hutan tersebut, wilayah Indonesia banyak ditanami tanaman ekspor yang bernilai tinggi.

Komoditas tanaman yang ditanam di perkebunan Indonesia tidak hanya tanaman asli Indonesia, banyak juga tanaman-tanaman baru yang dibawa dan bernilai tinggi. Berkat hal itu, wawasan rakyat Indonesia mengalami peningkatan dan bermanfaat dalam pengembangan perkebunan Indonesia.

  1. Persebaran Penduduk dan Urbanisasi

Kebijakan politik etis juga membawa dampak dan perubahan bagi masyarakat Indonesia. Banyak penduduk Jawa dikirim ke pulau-pulau lain seperti Kalimantan dan Sumatera untuk dijadikan pekerja murah. Meskipun begitu, persebaran penduduk di Indonesia menjadi lebih merata dan muncul daerah-daerah baru yang menjadi pusat industri dan ekonomi.

  1. Ditemukannya Tambang-tambang

Dalam pembukaan lahan pada masa penjajahan juga dilakukan untuk pertambangan batu bara, minyak bumi dan hasil pertambangan lainnya.

  1. Fasilitas Transportasi dan Komunikasi

Perubahan lain yang dirasakan masyarakat Indonesia adalah semakin banyaknya fasilitas transportasi dan komunikasi. Pembangunan jalan-jalan raya serta rel-rel kereta api menjadikan daerah-daerah yang jauh lebih mudah dan cepat untuk dicapai.

(Baca juga: Pengertian Perubahan Kebudayaan)

Selain itu, jaringan komunikasi yang semakin modern menjadikan komunikasi antar masyarakat menjadi lebih mudah, dengan begitu pergerakan nasional rakyat Indonesia menjadi semakin gencar.

Akulturasi budaya juga terjadi pada saat bangsa barat datang ke Indonesia. Budaya barat yang masuk ke Indonesia ini kemudian dipadukan dengan budaya asli Indonesia oleh masyarakat. Budaya barat yang masuk ke Indonesia banyak berpengaruh pada arsitektur bangunan, pakaian, kesenian, bahasa, teknologi, bahkan agama.

Perubahan politik juga dirasakan oleh masyarakat pada masa penjajahan bangsa barat. Sistem politik bangsa barat yang lebih modern membuat bangsa Indonesia mengenal sistem pemerintahan. Sebelum mengenal politik barat, Indonesia belum memiliki sistem pemerintahan seperti sekarang. Perubahan politik juga membuat banyak organisasi pergerakan nasional berdiri.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA