Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi: Show (1-5) Ini mempakan nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kaum Quraisy, karena Allah telah menyelamatkan mereka dari serangan tentara bergajah, yang sejak semula telah bertekad akan merobohkan Ka’bah dan meratakannya dengan tanah hingga tiada bekas-bekasnya lagi. Mereka adalah kaum Nasrani, dan agama mereka saat itu lebih mirip keadaannya dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy, yaitu menyembah berhala. Berikut ini adalah kisah tentara bergajah secara ringkas,
padat, tetapi mendekati kebenaran. Daus melarikan diri dan meminta
pertolongan kepada Kaisar raja di negeri Syam, yang juga seagama dengannya, yaitu pemeluk agama Nasrani. Maka Raja Najasyi mengirimkan dua orang panglima perangnya— yaitu Aryat dan Abrahah ibnus Sabah Abu Yaksum— dengan membawa pasukan yang sangat banyak jumlahnya. Dan Habsyah menjadikan negeri Yaman sebagai negeri yang berdiri sendiri di bawah pimpinan kedua panglima tersebut, yaitu Aryat dan Abrahah. Di suatu kesempatan Aryat berhasil menebaskan pedangnya dan mengenai hidung dan mulut
Abrahah, dan hampir saja membelah wajahnya. Raja Najasyi (Negus) berkirim surat kepadanya, yang isinya mencela perbuatannya itu dan mengancamnya serta bersumpah bahwa dirinya benar-benar akan
menginjak-injak negeri Yaman dan membelah ubun-ubunnya. Di dalam suratnya Abrahah mengatakan, Maka Abrahah membangun sebuah gereja yang sangat besar
di kota San’a, bangunannya tinggi sekali lagi dipenuhi dengan berbagai ukiran dan pahatan; Kemudian Abrahah menginstruksikan kepada Asyram agar memalingkan para peziarah dari kalangan orang-orang Arab untuk mengunjunginya sebagaimana Ka’bah di Mekah dikunjungi
mereka. Ketika para pelayan
gereja melihat peristiwa tersebut, mereka melaporkan kepada rajanya (yaitu Abrahah) dan mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya yang melakukan peristiwa tersebut tiada lain adalah kaki tangan orang-orang Quraisy, karena mereka marah dan tidak suka dengan adanya gereja ini yang dianggap menyaingi kepunyaan mereka. Muqatil ibnu
Sulaiman menyebutkan bahwa ada seorang pemuda dari kalangan Quraisy memasuki gereja besar di Yaman itu, lalu ia membakarnya, sedangkan di hari itu cuaca sangat panas, maka dengan mudahnya gereja itu terbakar hingga ambruk. Gajah tersebut akan dijadikan sebagai sarana untuk merobohkan Ka’bah, misalnya mengikat semua sisi Ka’bah dengan rantai, lalu mengikatkannya pada leher gajah, maka gajah akan menariknya dan tembok Ka’bah akan runtuh sekaligus dalam waktu yang singkat. Ketika orang-orang Arab mendengar keberangkatan Abrahah dengan pasukannya yang bergajah itu, maka mereka merasakan adanya bahaya yang amat besar akan menimpa diri mereka. Maka bangkitlah seorang lelaki dari kalangan penduduk Yaman yang terhormat dan
terbilang sebagai pemimpin mereka untuk mengadakan perlawanan terhadap Abrahah. Seruannya itu mendapat sambutan yang hangat dari mereka, lalu mereka berperang melawan Abrahah dipimpin oleh Zu Nafar, tetapi pada akhirnya Zu Nafar kalah. Dan ketika perjalanan Abrahah sampai di tanah orang-orang Khas’am, ia dihalangi oleh Nufail ibnu Habib Al-Khas’ami bersama kaumnya, yang memeranginya selama dua bulan. Ketika perjalanan Abrahah sampai di dekat Taif, maka para penduduk Taif datang menyambutnya dan bersikap diplomatis dengannya karena takut dengan rumah peribadatan mereka yang mereka beri nama Al-Lata, karenanya Abrahah menghormati mereka. Ketika perjalanan Abrahah sampai di
Al-Magmas —yaitu di suatu tempat yang terletak tidak jauh dari Mekkah— ia turun beristirahat, sedangkan bala tentaranya merampas semua ternak penduduk Mekah dan sekitarnya atas perintah Abrahah sendiri. Abrahah mengirimkan Hannatah Al-Himyari ke Mekah dan memerintahkan kepadanya supaya kembali membawa orang Quraisy yang paling terhormat. Hannatah berkata kepada Abdul Muttalib, Abrahah berkata kepada juru terjemahnya untuk mengatakan kepada Abdul Muttalib
mengenai keperluannya hingga datang menghadap kepadanya. Abrahah terkejut dan mengatakan kepada juru terjemahnya bahwa katakanlah kepadanya, Abdul Muttalib menjawab, Menurut suatu pendapat, sesungguhnya bersama Abdul Muttalib terdapat segolongan orang-orang terhormat dari kalangan orang-orang Arab. Abdul Muttalib kembali ke Mekah dan menemui orang-orang Quraisy, lalu memerintahkan kepada mereka agar keluar dari Mekah dan berlindung di atas puncak-puncak bukitnya karena takut akan serangan bala tentara Abrahah. Abdul Muttalib dalam doanya itu mengatakan seraya memegang pegangan pintu Ka’bah: Ya Allah, sesungguhnya seseorang itu diharuskan membela ternak unta miliknya, maka belalah kepemilikan-Mu. Janganlah sekali-kali Engkau biarkan salib dan kekuasaan mereka selamanya menang atas tempat-Mu ini. Setelah itu Abdul Muttalib melepaskan pegangan pintu Ka’bah, lalu ia bersama orang-orang Quraisy lainnya keluar menuju ke daerah perbukitan,
berlindungdi puncak-puncaknya. Muqatil ibnu Sulaiman menyebutkan bahwa mereka meninggalkan di dekat Baitullah seratus ekor unta budnah yang telah dikalungi (untuk dikurbankan), dengan tujuan mudah-mudahan sebagian tentara Abrahah ada yang berani mengganggunya dan menyembelih sebagiannya tanpa hak, maka akibatnya Allah akan menghukum mereka. Dan pada pagi harinya Abrahah bersiap-siap untuk memasuki kota Mekah, lalu menyiapkan gajahnya yang diberi
nama Mahmud dan ia menyiapkan pula bala tentaranya. Maka gajah
itu duduk, dan Nufail lari dengan kencangnya menuju ke daerah perbukitan dan berlindung di puncaknya. Dan Allah mengirimkan kepada mereka sejumlah besar burung dari arah laut yang bentuknya seperti burung walet dan burung balsan; Akhirnya mereka melarikan diri dan lari tunggang langgang ke arah semula mereka datang seraya mencari Nufail ibnu Habib untuk menunjukkan kepada mereka jalan pulangnya. Ke manakah tempat untuk berlari dari kejaran Tuhan yang mengejar; Al-Waqidi meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa mereka bersiap-siap untuk memasuki Mekah dan gajahnya telah mereka persiapkan pula, tetapi manakala mereka mengarahkannya ke salah satu tujuan dari
tujuan yang lain, maka gajah itu mau bergerak. Sedangkan Abdul Muttalib dan segolongan orang dari para pemuka penduduk Mekah —antara lain Mut’im ibnu Adiy, Amr ibnu Aid ibnu Imran ibnu
Makhzum, dan Mas’ud ibnu Amr As-Saqafi— berada di Gua Hira menyaksikan apa yang dilakukan oleh tentara Habsyah itu, dan apa yang dialami mereka dengan gajahnya yang membangkang itu; Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba Allah mengirimkan kepada tentara habsyah yang bergajah itu burung Ababil, gelombang demi gelombang yang warna bulunya kuning, lebih kecil daripada merpati, sedangkan kakinya berwarna merah; Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa tentara Habsyah datang dengan membawa dua ekor gajah; Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa mereka membawa banyak gajah, sedangkan gajah
Mahmud adalah kendaraan raja mereka, Mahmud mendekam dengan tujuan agar gajah lainnya mengikuti jejaknya. Ata ibnu Yasar dan lain-lainnya mengatakan bahwa tentara bergajah itu tidak semuanya binasa oleh azab seketika itu juga, bahkan di antara mereka ada yang segera mati, dan di antaranya ada yang
tubuhnya rontok anggota demi anggota dalam pelariannya, yang pada akhirnya binasa juga. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa lalu mereka melarikan diri, sedangkan anggota tubuh mereka rontok satu demi satu, dan di setiap jalan mereka mati bergelimpangan. Muqatil ibnu Sulaiman menceritakan bahwa orang-orang Quraisy memperoleh harta yang banyak dari jarahan harta benda pasukan Abrahah itu, sehingga disebutkan bahwa pada hari itu Abdul Muttalib mendapat emas yang jumlahnya dapat memenuhi suatu galian sumur. Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya’kub ibnu Utbah yang menceritakan kepadanya bahwa penyakit cacar dan lepra di tanah Arab mula-mula terjadi pada tahun itu. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak mengutus Nabi Muhammad ﷺ, maka
termasuk di antara karunia dan nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada kaum Quraisy ialah terusirnya tentara Habsyah dari mereka, demi menjaga tetapnya kekuasaan dan masa keemasan mereka (Quraisy). Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Dan juga firman-Nya: Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Yakni agar tiada sesuatu pun yang mengubah keadaan mereka dari kebiasaannya, yang hal tersebut tiada lain karena Allah berkehendak baik terhadap mereka, sekiranya mereka mensyukurinya. Ibnu Hisyam mengatakan bahwa ababil artinya berbondong-bondong, dalam bahasa Arab kata ini tidak ada bentuk tunggalnya. Ibnu Hisyam mengatakan bahwa sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa keduanya merupakan kata yang berasal dari bahasa Persia, lalu oleh orang Arab dijadikan menjadi satu. Ibnu Hasyim mengatakah bahwa al-‘asfu artinya daun tanaman yang belum diketam, bentuk tunggalnya adalah ‘asfah; Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Amir, dari Zurr, dari Abdullah dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman sehubungan dengan makna firman-Nya: Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sebagian darinya mengiringi sebagian yang lainnya. Al-Hasan Al-Basri dan Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ababil ialah yang banyak jumlahnya. Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ababil ialah berpencar-pencar, ada yang datang dari arah ini dan arah itu, yakni mendatangi mereka dari segala penjuru. Al-Kisa-i mengatakan bahwa ia pernah mendengar sebagian ulama Nahwu mengatakan bahwa bentuk tunggal ababil ialah ibil. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A’la, telah menceritakan kepadaku Daud, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal yang mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Ibnu Aun, dari Ibnu Sirin, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Husain, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah menceritakan pula kepada kami ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, dari Sufyan, dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Ubaid ibnu Umair sehubungan dengan makna firman-Nya: Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa burung itu berwarna hijau, sedangkan paruhnya berwarna kuning. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami
Ubaidillah ibnu Muhammad ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa ketika Allah berkehendak akan membinasakan tentara bergajah, maka Dia mengirimkan kepada mereka pasukan burung yang dikeluarkan dari laut yang gesitnya sama dengan burung walet. Burung-burung itu
datang berbaris bersaf-saf di atas mereka, lalu mengeluarkan suaranya dan menjatuhkan batu-batu yang ada pada paruh dan kedua kakinya. As-Saddi
telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa batu-batuan dari sijjil, makna yang dimaksud ialah tanah liat yang telah berubah menjadi batu. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pakan
hewan ternak yang dikenal oleh bahasa pasaran dengan istilah habur. Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-’asfu artinya daun tanaman dan daun sayuran bilamana telah dimakan oleh ternak,
maka kelihatan hanya tangkainya saja. Kemudian Saif ibnu Zi Yazin Al-Himyari berangkat menemui Kisra (Raja Persia) dan meminta bantuan kepadanya untuk menghadapi tentara Habsyah. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Bukair, dari Amrah binti Abdur Rahman ibnu As’ad ibnu Zurarah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa
sesungguhnya ia sempat melihat bekas pawang gajah dan pemegang kendalinya di Mekah dalam keadaan telah tuna netra lagi cacat, tak dapat berjalan, dan meminta-minta (menjadi pengemis). Menurut hemat saya, nama pemegang kendali gajah Abrahah bernama Anis. Menurut riwayat yang benar, Abrahah Al-Asyram Al-Habsyi datang ke Mekah sebagaimana yang ditunjukkan oleh konteks riwayat yang lainnya dan juga yang disebutkan dalam syair orang-orang dahulu. Dalam pembahasan yang lalu pada tafsir surat Al-Fath telah
disebutkan bahwa di hari perjanjian Hudaibiyah ketika Rasulullah ﷺ berada di atas lereng yang darinya dapat ditempuh jalan menuju ke tempat orang-orang Quraisy, unta beliau mendekam, lalu mereka menghardiknya, tetapi unta kendaraan beliau ﷺ tetap menolak. Qaswa tidak mogok, karena mogok bukan merupakan pembawaannya, tetapi ia ditahan oleh Tuhan Yang telah menahan pasukan bergajah. Setelah itu beliau ﷺ menghardik untanya, maka untanya bangkit dan meneruskan perjalannya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda di hari jatuhnya kota Mekah: Sesungguhnya Allah telah menahan pasukan bergajah dari Mekah, dan menguasakannya kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan sesungguhnya kini telah kembali kesuciannya pada hari ini juga, sebagaimana kesuciannya di waktu sebelumnya. Bagaimana bunyi AlBerikut surat Al-Fil ayat 1-5:
3. Artinya: "dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong." 5. Artinya: "lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)."
Apa artinya surat AlArtinya: "Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?" A lam yaj'al kaidahum fī tadlīl. Artinya: "Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?"
Bagaimana bunyi ayat terakhir surat AlJawaban: فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍۭ fa ja'alahum ka'aṣfim ma`kụl 5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Bagaimana bunyi surat Al1. Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?
|