Bagaimana aqidah NU dalam memandang qadha dan qadar

Seluruh alam semesta berada di bawah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya.

Jumat , 05 Apr 2019, 19:54 WIB

Foto : MgRol112

Ilustrasi Lafadz Allah

Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara umum, takdir diartikan sebagai putusan Allah SWT yang berlaku bagi seluruh mahluk-Nya, termasuk manusia. Berlakunya takdir atas dasar keyakinan akan adanya kekuasaan dan kehendak mutlak Sang Pencipta serta status manusia sebagai makhluk.

Menurut golongan Asy'ariyah, Tuhan berkuasa dan berkehendak mutlak. Seluruh alam semesta berada di bawah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya.

Manusia yang merupakan bagian dari alam ini juga berada di bawah kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Dalam menjelaskan kemutlakan Tuhan ini, Abu Hasan al-Asy'ary dalam kitab al-Ibanah an Usul ad-Dinayah (Uraian tentang Prinsip-Prinsip Agama) menyatakan bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun; di atas Tuhan tidak ada suatu zat lain yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa yang boleh dibuat oleh Tuhan dan apa yang tidak boleh dibuat.

Golongan Asy'ariyah membahas masalah takdir dalam kaitannya dengan qada, yang berarti 'jangka atau ukuran.' Bagi golongan ini qada merupakan ketentuan Tuhan yang didalamnya terdapat iradah-Nya untuk segala mahluk.

Sementara, qadar merupakan perwujudan dari ketentuan yang ada, yang tidak berubah sedikit pun. Karena qada, maka kehidupan manusia pada dasarnya adalah realisasi dari apa yang telah digariskan Tuhan pada azali (sejak permulaan zaman) baik di kehidupan yang menyangkut hal-hal baik maupun hal-hal jelek, beruntung atau rugi, senang atau menderita, dan lain sebagainya.

Baca Juga

Semuanya dijalani manusia sejak dia lahir hingga menghembuskan nafas terakhir. Adapun wujud qada atau ketentuan-ketentuan tersebut dalam bentuk yang sesuai dengan iradah Tuhan itu disebut qadar. Muhammad Abdul Karim Syahristani mengatakan bahwa semua nasib manusia telah ditetapkan tuhan sejak azali dan tertulis di Lauh Mahfuz (catatan tentang ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT). Semua itu akan terwujud sesuai dengan ketentuan yang telah ada, tanpa ada perubahan atau pergantian sedikit pun.

Sementara al-Ghazali mengatakan tidaklah akan terjadi pada alam nyata dan alam gaib, sedikit atau banyak, kecil atau besar, baik atau jelek, manfaat atau mudharat, iman atau kufur, pandai atau bodoh, beruntung atau rugi, bertambah atau berkurang, taat atau maksiat, kecuali dengan qada dan qadar Allah SWT. Hal tersebut karena hidup dan kehidupan manusia itu telah ditentukan Tuhan sejak azali dan ia hanya tinggal menjalaninya saja. Dalam hal ini al-Asy'ari mengutip sebiah hadist di dalam kitabnya, al-Ibanah, yang artinya "sesungguhnya seorang kamu telah dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibumu 40 hari.

Kemudian, masih berada di sana dalam bentuk segumpal daging. Setelah itu, Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk menulis empat kalimat, yaitu tentang ajalnya, rezekinya, pekerjaannya dan kesenangan atau kebahagiaannya. Kemudian ditiupkan kepadanya roh." (HR Bukhari Muslim, Abu Dawud, at-Tarmizi dan Ibnu Majah). Walaupun ajaran tentang takdir (qada dan qadar) ini tidak dikemukakan secara tegas dalam Alquran, tetapi dalam hadis banyak dijelaskan.

Menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Umar bin Khattab, pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW yang kemudian ternyata orang itu adalah Malaikat Jibril. Ia menanyakan arti iman, Islam, dan ihsan. Di dalam dialog antara Rasulullah dan Malaikat Jibril itu, Rasul memberikan pengertian tentang iman yang artinya, "Iman ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir serta engkau beriman kepada qadar (ketentuan Tuhan) baik dan buruk."

sumber : Pusat Data Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Ilustrasi berdoa. ©Shutterstock

JATIM | 24 Juni 2020 18:00 Reporter : Rakha Fahreza Widyananda

Merdeka.com - Qada dan Qadar merupakan dua kata yang memiliki perbedaan sangat jelas. Qada dan Qadar merupakan rukun iman dalam agama Islam yang wajib kita imani. Maka dari itu, beriman kepada Qada dan Qadar yang benar adalah mengimani dengan cara sepenuh hati akan adanya takdir Allah SWT.

Takdir tersebut menjadi bukti akan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Sehingga segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh Allah SWT. Takdir tersebut berlaku pada semua makhluk ciptaan-Nya.

Perbedaan dari Qada dan Qadar sebenarnya dapat dilihat dari pengertiannya baik menurut istilah ataupun menurut bahasa, meskipun keduanya sama-sama mengacu kepada takdir Allah SWT. Untuk mengetahui secara rinci, berikut kami telah rangkum 4 perbedaan Qada dan Qadar yang dilansir dari Yuksinau.id

2 dari 7 halaman

Sebelum kita mengetahui tentang perbedaan Qada dan Qadar, ada baiknya juga kita mengetahui terlebih dahulu pengertian keduanya. Berikut kami telah rangkum pengertian dari Qada dan Qadar.

1. Qada
Qada menurut istilah dapat diartikan sebagai ketetapan Allah SWT sejak zaman azali (dalam kandungan) tentang semua hal yang berhubungan dengan makhluk ciptaan-Nya. Sedangkan Qada yang diartikan menurut bahasa adalah suatu ketetapan, hukum, perintah, penciptaan, pemberitahuan, dan kehendak.

Qada akan mencakup semua hal baik ataupun buruk, hidup dan mati, serta masih banyak lagi. Qada itu ada setelah Qadar.

Qada masih dapat diubah dengan adanya usaha, ikhtiar, bertawakal dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang diinginkan oleh seseorang. Sesuai yang tercantum dalam kitab suci Allah SWT bahwasanya tidak ada yang dapat merubah nasib suatu kaum kecuali mereka yang mengubahnya sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa qada itu adalah ketetapan yang sudah terjadi (keputusan).

2. Qadar
Qadar menurut istilah dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari ketetapan Allah (qada) tentang semua yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang sudah ada sejak zaman azali (dalam kandungan).

Qadar menurut bahasa dapat diartikan sebagai suatu kepastian, dan praturan serta ukuran. Qadar akan mencakup takdir yang sudah terjadi, sudah terjadi, dan yang akan terjadi selanjutnya di kemudian hari.

Berbeda dengan qada, qadar sudah tidak dapat diubah lagi bagaimanapun caranya. Karena qadar telah tertulis di Lauhul Mahfuz sejak zaman azali (dalam kandungan) seperti ajal, jodoh, dan yang lainnya.

Tidak ada satu pun makhluk yang dapat mengetahui apa yang telah Allah tetapkan di Lauhul Mahfuz sehingga itu sudah tidak dapat diubah lagi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Qadar merupakan sebuah ketetepan Allah yang belum terjadi.

3 dari 7 halaman

©Shutterstock

Secara garis besar, perbedaan Qada dan Qadar dapat dibedakan ke dalam 4 garis besar, yaitu pengertian, ketetapannya, contoh dan ayat Alquran yang membahas tentang qada dan qadar.

4 dari 7 halaman

Perbedaan qada dan qadar akan dapat dilihat dari kedua pengertian dari kedua kata tersebut. Menurut istilah, Qada merupakan ketetapan Allah sejak zaman azali (dalam kandungan) tentang semua hal yang berhubungan dengan makhluk ciptaan-Nya. Sedangkan qadar adalah sebuah perwujudan dari ketetapan Allah (qada) tentang semua yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang sudah ada sejak zaman azali (dalam kandungan).

Sedangkan qada menurut bahasa dapat diartikan sebagai ketetapan, hukum, perintah, penciptaan, pemberitahuan, dan kehendak. Lalu qadar menurut bahasa adalah suatu kepastian, dan peraturan serta ukuran.

5 dari 7 halaman

Perbedaan qada dan qadar akan dapat dilihat dari ketetapannya. Allah SWT telah menetapkan bahwa apabila qadar merupakan takdir yang masih dapat diubah oleh umatnya dengan cara berikhtiar, berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencapai keinginannya.  Apabila Qadar merupakan sebuah ketetapan dari Allah SWT yang memang tidak dapat diubah.

6 dari 7 halaman

Perbedaan dari Qada dan Qadar juga dapat dilihat dari kedua contohnya dalam kehidupan manusia. Contoh dari Qada adalah jika seseorang menginginkan rezeki yang banyak dan berlimpah serta berkah maka ia harus berusaha dengan sungguh-sungguh ditambah berdoa, ikhtar, dan tawakkal untuk mengubah nasibnya sehingga ia bisa mendapatkan apa yang dia mau. Lalu orang yang bodoh akan menjadi pandai jika ia mau belajar dengan sungguh – sungguh disertai dengan doa.

Sedangkan apabila Qadar contoh yang paling jelas adalah ajal manusia. Seseorang tidak akan mengetahui kapan ia akan meninggal dunia dan itu merupakan ketetapan Allah SWT yang sudah tidak dapat diubah lagi bagaimanapun caranya. Karena sudah tertulis di Lauhuh Mahfuz yang tidak ada siapapun yang mengetahui kecuali Allah SWT. Lalu menetapkan jenis kelamin dan hari kiamat.

7 dari 7 halaman

Perbedaan qada dan qadar juga dapat dilihat dari ayat-ayat Alquran yang membahas keduanya. Qada telah dijelaskan dalam ayat-ayat Alquran antara lain :

  • QS. Al – Isra’ : 23 tentang perintah.
  • QS. Ali Imron : 47 tentang kehendak.
  • QS. Fussilat : 12 tentang menjadikan dan mewujudkan.
  • QS. An – Nisa’ : 65 tentang keputusan atau hukum.

Sedangkan apabila Qadar telah dijelaskan di dalam ayat Alquran yaitu sebagai berikut :

  • QS. Fussilat : 10 tentang mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas – batasnya.
  • QS. Al – Mursalat : 23 tentang kepastian dan ketentuan.
  • QS. Ar – Ra’du : 17 tentang ukuran.
  • QS. Al – Baqarah : 236 tentang kemampuan dan kekuasaan.
(mdk/raf)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA