Apakah semua hal yang menimbulkan rasa takut dapat disebut masalah brainly

Halodoc, Jakarta – Saat harus tampil dan berbicara di depan banyak orang, sangat wajar jika muncul rasa gugup atau grogi. Namun, umumnya rasa gugup akan berangsur berkurang terutama jika kamu menguasai apa yang harus disampaikan. Berbeda dengan grogi atau gugup, ternyata ada kondisi yang membuat seseorang merasa takut sehingga tidak bisa bicara di depan orang banyak. Apa itu?

Dalam dunia medis, rasa takut yang dialami seseorang ketika harus berbicara di depan umum disebut dengan istilah glossophobia. Fobia ini dapat terjadi pada siapa saja, dari berbagai rentang usia, dan kelas sosial. Lebih lanjut, glossophobia dijelaskan sebagai salah satu jenis fobia sosial yang membuat pengidapnya memiliki ketakutan yang kuat, ketika harus berbicara di depan umum. Tingkat keparahan gejala yang dialami satu pengidap dengan yang lainnya dapat berbeda-beda. Ada yang masih bisa menahannya, dan ada pula yang cukup parah, sehingga mengganggu proses berpikir dan mengolah kata-kata.  

Baca juga: 4 Trik Ini untuk Mengenali & Atasi Fobia

Hal yang Dialami oleh Pengidap Glossophobia

Ketika dihadapkan pada situasi yang mengharuskan diri untuk berbicara di depan banyak orang, seperti pidato, debat, atau memberikan presentasi, pengidap glossophobia akan mengalami respons pertarungan dalam dirinya. Ini sebenarnya adalah mekanisme alami tubuh yang tidak dapat dicegah. Bisa dibilang, respons ini adalah cara tubuh bersiap untuk membela diri terhadap ancaman yang dirasakan.

Perasaa terancam itu yang kemudian mendorong otak melepaskan adrenalin dan steroid. Hal itu kemudian menyebabkan kadar gula darah, atau tingkat energi, meningkat. Selanjutnya, tekanan darah dan detak jantung pun akan ikut meningkat, mengirimkan lebih banyak aliran darah ke otot-otot.

Baca juga: Hai Gengs, Mengganggu Temanmu yang Phobia Sama Sekali Tidak Lucu. Ini Alasannya

Gejala yang umum dirasakan oleh pengidap glossophobia, di antaranya:

  • Detak jantung yang cepat.
  • Gemetaran.
  • Berkeringat berlebihan.
  • Mual atau muntah.
  • Sesak napas atau hiperventilasi.
  • Pusing.
  • Ketegangan otot.
  • Memiliki keinginan untuk pergi menyendiri.

Mengapa Orang Bisa Mengalami Glossophobia?

Belum bisa dikatakan secara pasti, tetapi ada banyak hal yang dapat memicu seseorang mengalami glossophobia. Kebanyakan dari mereka yang memiliki ketakutan kuat ketika berbicara di depan umum takut dihakimi, dipermalukan, atau ditolak. Mereka mungkin memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan sebelumnya, seperti memberikan laporan di kelas yang tidak berjalan dengan baik, atau diminta tampil di tempat tanpa persiapan.

Baca juga: Punya Fobia Parah Sering Dianggap Aneh, Wajarkah?

Jika rasa takut berbicara di depan umum sangat parah atau mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk membicarakannya dengan psikolog atau psikiater. Salah satu solusi yang mungkin akan ditawarkan adalah psikoterapi atau terapi perilaku kognitif.

Bersama dengan terapis, pengidap glossophobia akan diajak untuk mengeksplorasi ketakutan dan pikiran negatif yang selama ini menghantui. Terapis akan mengajari cara untuk mengelola pikiran negatif, dengan berbagai cara, seperti:

  • Jangan berpikir "Saya tidak bisa membuat kesalahan," cobalah untuk menerima bahwa semua orang membuat kesalahan atau memiliki kelalaian saat bicara di depan umum. Tidak masalah. Sebagian besar audiens mungkin saja tidak menyadarinya.
  • Hindari berpikir "Semua orang akan berpikir saya tidak kompeten," fokus pada fakta bahwa audiens ingin kamu sukses. Kemudian, ingatkan diri bahwa materi yang dipersiapkan sudah cukup baik dan dikuasai.
  • Setelah mengidentifikasi ketakutan, berlatihlah mempresentasikan kepada kelompok-kelompok kecil yang mendukung. Saat kepercayaan diri tumbuh ketika bicara di depan kelompok kecil, bukan tidak mungkin jika rasa percaya diri itu juga terbangun untuk audiens yang lebih besar.

Itulah sedikit penjelasan tentang glossophobia. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter, psikolog, atau psikiater di aplikasi Halodoc. Lebih mudah menghubungi ahli melalui Chat atau Voice/Video Call, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Referensi: Glossophobia. Diakses pada 2020. DO YOU SUFFER FROM GLOSSOPHOBIA? Psycom. Diakses pada 2020. Glossophobia (Fear of Public Speaking): Are You Glossophobic? Healthline. Diakses pada 2020. Glossophobia: What It Is and How to Treat It.

Merasa cemas ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan adalah hal yang normal. Namun, jika Anda merasakan kecemasan berlebihan tanpa sebab yang jelas, mungkin saja Anda mengalami gangguan kecemasan. Kenali apa saja gejalanya, agar bisa segera ditangani.

Rasa cemas yang normal biasanya akan mereda sendiri ketika faktor pemicu kecemasannya hilang. Misalnya seseorang yang merasa cemas saat menghadapi ujian akan merasa tenang kembali setelah ujiannya selesai.

Namun, berbeda dengan rasa cemas yang normal, orang yang mengalami kecemasan berlebihan biasanya akan terus merasa cemas tanpa sebab yang jelas. Munculnya rasa cemas berlebihan ini sering kali disebabkan oleh gangguan kecemasan.

Orang yang mengalami kecemasan berlebihan kerap kali merasa khawatir dan takut yang berlebihan secara terus-menerus. Seiring berjalannya waktu, gangguan kecemasan ini bisa bertambah parah dan mengganggu kualitas hidup penderitanya.

Apabila tidak mendapatkan penanganan, penderita gangguan kecemasan yang merasakan kecemasan berlebihan bisa mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, menurunnya performa kerja atau prestasi belajar di sekolah, dan juga kesulitan untuk menjalani interaksi sosial dengan orang lain.Terkadang, rasa cemas juga bisa muncul akibat Fear of Missing Out (FOMO).

Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan dan Gejalanya

Rasa cemas berlebihan yang muncul akibat gangguan kecemasan bisa disebabkan oleh beberapa jenis gangguan kecemasan, yaitu:

1. Gangguan kecemasan umum

Generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum ditandai dengan perasaan cemas, khawatir, atau takut berlebihan yang berlangsung setidaknya selama 6 bulan.

Orang yang mengalami gangguan kecemasan umum dapat merasa cemas kapan saja, bahkan tanpa ada faktor pemicu stres yang jelas.

Selain rasa cemas berlebihan, orang yang menderita gangguan kecemasan umum dapat merasakan gejala lain, seperti:

  • Susah tidur
  • Sulit berkonsentrasi
  • Khawatir berlebihan terhadap hal-hal kecil
  • Dada berdebar-debar
  • Keringat dingin
  • Mudah lelah
  • Otot terasa kaku dan tegang

2. Gangguan panik

Gangguan panik atau serangan panik adalah gangguan cemas yang ditandai dengan munculnya kecemasan berlebihan atau rasa takut yang sangat intens secara tiba-tiba.

Ketika serangan panik muncul, orang yang menderita kecemasan berlebihan ini akan merasa tidak berdaya, tidak dapat berpikir dengan tenang, dan juga merasakan gejala fisik tertentu, seperti nyeri dada, berdebar-debar, sesak napas, pusing, atau sakit perut, atau merasa seperti akan pingsan.

3. Fobia

Fobia merupakan ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu, misalnya darah, laba-laba, ketinggian, atau ruangan sempit. Rasa takut yang dialami bahkan bisa sampai membuat penderitanya menghindari objek atau situasi tersebut.

Orang yang menderita fobia akan merasa sangat ketakutan atau panik ketika berhadapan dengan hal yang menyebabkan fobianya atau bahkan sekadar memikirkan tentang hal tersebut.

4. Gangguan kecemasan sosial

Gangguan yang sering juga disebut sebagai fobia sosial ini ditandai oleh rasa cemas yang berlebihan terhadap kondisi sosial sehari-hari, seperti berbicara di depan orang banyak atau menyapa orang lain.

Penderita gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder bahkan sering kali menghindari interaksi sosial karena merasa takut dipermalukan atau dinilai oleh orang lain.

5. Gangguan stres pascatrauma

Post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma dapat terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa atau kejadian yang menyebabkan trauma psikologis berat, seperti kecelakaan, kekerasan seksual, atau bencana alam.

Penderita PTSD biasanya akan mengalami kecemasan berlebihan dan sering mengingat peristiwa yang dialami, mimpi buruk, serta rasa takut yang muncul terus-menerus.

6. Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan kecemasan yang juga disebut obsessive-compulsive disorder (OCD) ini membuat penderitanya harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Misalnya, penderita OCD harus mencuci tangan sebanyak 3 kali, karena bila tidak ia akan merasa bahwa tangannya tetap kotor dan dapat membahayakannya.

Penyebab Munculnya Kecemasan Berlebihan dan Cara Mengatasinya

Penyebab munculnya rasa cemas berlebihan akibat gangguan kecemasan hingga kini belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang lebih berisiko terkena gangguan cemas, yaitu:

  • Faktor genetik
  • Stres berat yang berkepanjangan, misalnya akibat tekanan batin, masalah keluarga, atau kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi
  • Riwayat trauma psikologis di masa kecil

Berbeda dengan rasa cemas yang normal dan dapat mereda sendiri, kecemasan berlebihan akibat gangguan cemas tidak akan menghilang tanpa penanganan dari psikolog atau psikiater.

Oleh karena itu, jika Anda merasakan kecemasan berlebihan yang tidak kunjung menghilang, Anda sebaiknya berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.

Untuk membantu menenangkan perasaan Anda dan meredakan kecemasan berlebihan yang Anda rasakan, psikolog atau psikiater akan memberikan penanganan berupa:

Psikoterapi

Saat menjalani psikoterapi, Anda dapat menceritakan dan meluapkan apa yang Anda rasakan. Selain itu, psikolog atau psikiater akan memberi saran tentang bagaimana cara untuk memahami dan mengatasi kecemasan berlebihan yang Anda alami.

Dalam sesi psikoterapi, Anda juga akan dibimbing untuk mengurangi stres, misalnya dengan melakukan relaksasi atau meditasi.

Teknik psikoterapi yang dijalani ada bermacam-macam, tergantung apa penyebab kecemasan berlebihan yang Anda rasakan. Namun, beberapa teknik psikoterapi yang umum dilakukan adalah terapi perilaku kognitif.

Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan untuk meredakan kecemasan hanya bisa dilakukan oleh psikiater. Untuk meredakan gangguan cemas yang Anda rasakan, psikiater dapat meresepkan obat-obatan penenang dan antidepresan.

Kiat Sehat Mengendalikan Kecemasan Berlebihan

Selain dengan penanganan medis oleh psikolog atau psikiater, Anda juga bisa melakukan langkah-langkah berikut untuk mengendalikan atau mengatasi kecemasan berlebihan:

  • Hindari konsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, atau minuman berenergi, karena dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan.
  • Lakukan olahraga secara teratur, seperti joging, senam aerobik, dan bersepeda, untuk membantu mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati.
  • Cukupi waktu istirahat selama 7–9 jam setiap malam.
  • Coba untuk curhat atau bercerita kepada orang terdekat mengenai perasaan Anda dan masalah yang Anda hadapi.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, dan merokok karena bisa memperparah gangguan kecemasan yang dialami.

Kecemasan berlebihan tidak bisa hilang begitu saja tanpa adanya penanganan medis. Oleh karena itu, Anda perlu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, jika Anda merasakan kecemasan berlebihan yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari atau kehidupan sosial Anda, terlebih jika perasaan tersebut muncul beserta pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA