Apakah kalian tertarik untuk mengembangkan usaha bidang konversi energi ini berikan alasannya

11 Januari 2019

#LiveSmart

Tahukah kamu kalau pengembangan manfaat energi terbarukan sangat penting? Pemerintah Indonesia menyebutkan ada dua alasan penting yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan energi baru terbarukan.

Pertama: Energi fosil makin lama makin habis dan tidak bisa digantikan.

Kedua: Penggunaan energi fosil berlebihan dapat menimbulkan dampak baru, yakni pemanasan global.

Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan energi, Indonesia menggunakan sumber energi fosil sebanyak 94%, dan baru sisanya yang 6% menggunakan manfaat energi terbarukan. Masih banyak ruang potensial untuk perkembangan energi terbarukan di Indonesia. Semoga niat baik pemerintah berjalan lancar ya. Oh iya, apakah kamu sudah mengetahui apa saja sumber energi terbarukan yang ada di Indonesia? Jika belum, yuk simak di bawah ini!

1. TENAGA AIR

Energi air adalah satu diantara sekian banyak sumber energi terbarukan yang telah banyak dimanfaatkan untuk menggantikan energi fosil. Air sifatnya terus-menerus bergerak. Tiap gerakan air menghasilkan energi alami yang sangat besar. Energi ini datang baik air dari sungai yang mengalir atau gelombang air yang berupa ombak di lautan. Energi yang dihasilkan oleh air dapat dimanfaatkan dan dikonversikan menjadi listrik.  Tidak seperti tenaga matahari dan angin, manfaat energi terbarukan dari air ini dapat menghasilkan tenaga terus menerus selama 24 jam setiap harinya.

Saat ini, 20% dari total energi dunia didapat dari pemanfaatan tenaga air atau yang sering disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Selain lewat PLTA, energi air juga dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Mini Hidro (PLTMH). Beda keduanya ada pada besarnya listrik yang dihasilkan.

2. PANAS BUMI

Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi. Inti planet kita sangat panas- estimasi saat ini adalah 5,500 celcius (9,932 F). Tiga meter teratas permukaan bumi suhunya konstan sekitar 10-16 Celcius (50-60 F) sepanjang tahun.  Sumber energi terbarukan yang berasal dari dalam inti atom bumi ini memiliki tenaga yang sangat kuat dan jumlahnya pun sangat melimpah. Pembangkit Listrik tenaga geothermal biasanya menggunakan sumur dengan kedalaman sampai 1.5 KM atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi.

3. BIOMASSA

Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang berasal dari organisme yang ada di bumi seperti tumbuhan, hewan, dan juga manusia.  Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Biomassa cukup umum digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar).

Pengembangan biomassa ini jadi penting karena manfaatnya sangat besar. Pertama, kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.

4. TENAGA SURYA

Energi surya atau matahari telah cukup banyak dimanfaatkan di banyak negara. Jika dimanfaatkan dengan tepat, sumber energi terbarukan yang melimpah ini akan mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi harian dunia. Potensi energi surya pada suatu wilayah sangat bergantung pada posisi antara matahari dengan kedudukan wilayah tersebut di permukaan bumi. Indonesia yang berada dalam wilayah khatulistiwa mempunyai potensi energi surya yang cukup besar sepanjang tahunnya. Pemanfaatan energi terbarukan ini dapat dilakukan secara langsung dengan membiarkan objek pada radiasi matahari, atau menggunakan peralatan yang mencakup kolektor dan konsentrator surya (panel surya),

5. TENAGA ANGIN

Angin dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi menggunakan kincir angin. Energi mekanik yang dihasilkan oleh kincir angin dapat dimanfaatkan secara langsung atau dikonversi menjadi energi listrik. Ramah lingkungan adalah keuntungan dari tenaga angin. Sumber energi terbarukan ini bebas dari polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir. Untuk mendapatkan energi yang stabil, penempatan turbin angin disarankan dilakukan pada daerah yang memiliki kecepatan angin yang relatif konstan, dan dengan arah angin yang tak berubah-ubah.

Konservasi energi adalah pengguanaan energi dengan efisiensi dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya konseravsi energi diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, mulai dari pemanfaatan, mulai dari pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan terakhir, dengan menggunakan teknologi yang efisien, dan membudayakan pola hidup hemat energi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Ir. Sasongko Pramonohadi saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Penghematan Energi Listrik Dan Pemanfaatan Energi Alternatif yang Terbarukan di Pascasarjana UGM (Senin, 28 Februari 2005).

Menurut Dosen Teknik Elektro UGM ini, potensi konservasi energi di semua sektor memiliki peluang penghematan sangat besar, yaitu antara 10% -35%. Penghematan dapat direalisasikan dengan cara mudah, dapat mencapai 10-15%, sedangkan penghematan dengan investasi dapat meraih sampai 30%.

“Pemanfaatan energi dengan lebih efisien dapat dicapai melalui: (i) penggunaan teknologi hemat energi; (ii) penerapan budaya hemat energi; (iii) penerapan konversi energi meliputi perencanaan, pengoperasian, dan pengawasan pemanfaatan energi,” ungkapnya.

Dr. Sasongko mengemukakan, keberhasilan program penghematan energi tentu saja akan berdampak positif dalam proses penyediaan energi. Potensi penghematan energi di industri misalnya berkisar antara 10% (industri semen, kapur, batu bata, keramik) sampai dengan 35% (industri kertas, besi, baja). Penghematan ini bergantung pada: (i) proses utama: pembakaran, peleburan, pemanasan/uap; (ii) utilitas: panas langsung, mekanis, panas uap; (iii) alat dapur-burner, listrik-diesel, boiler-burner; (iv) teknik konservasi: waste heat recovery, perbaikan isolasi panas, co generation. “Pada umumnya, penghematan melalui cara teknis lebih memberikan hasil yang memadai. Bila program konservasi dilakukan dengan sungguh-sungguh, secara nasional, jumlah penyediaan energi dapat dikurangi secara berarti, cadangan energi dapat digunakan dalam waktu lebih panjang,” katanya.

Dr. Sasongko juga menambahkan, konservasi energi sudah menjadi bagian penting dalam KUBE, perlu dilaksanakan guna penghematan dapat diilakukan di beberapa jenis pemanfaatan energi, pada pemanfaatan energi, pada pemanfaatan di industri, penghematan signifikan dapat diraih dengan teknik co genartion.

Sedangkan menurut Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D dalam jumpa pers (28/02/2005), naikknya listrik merupakan hambatan yang harganya berdasarkan harga pasar internasional. Jadi kalau itu naik dengan sendirinya biaya di konsumen juga harus naik. Kalau tidak, berarti harus disubsidi dari pajak. Upaya penghematan ini adalah kesadaran supaya walaupun listrik ini bisa diaplikasikan dalam jumlah yang besar, kalau kita bisa hemat itu bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Hal ini sebenarnya sasarannya kesana. “Karena di sektor pembangkitan energi listrik, kita masih belum mengikuti laju pertumbuhan yang cukup bersaing,” tegas Ir. Tumiran. (Humas UGM)

Pemanfaatan Energi Angin Sebagai Energi Baru & Terbarukan Pembangkit Listrik di Kampung Bungin

27/12/2016 16:00 Authored By: Administrator

Wilayahnya jauh dari pusat kota dan tepat berada di pesisir pantai Laut Jawa. Itulah sedikit gambaran tentang Kampung Bungin, Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

Akses yang cukup sulit dan memakan waktu lama membuat desa itu kerap mengalami pemadaman listrik dalam waktu cukup lama. Apalagi jika memasuki musim penghujan, bisa sampai satu minggu warga sekitar tidak bisa menggunakan energi listrik yang disalurkan perusahaan negara.

Di balik kendala listrik, desa itu memiliki potensi yang tidak dimiliki dae­rah lain. Ya, Kampung Bungin memiliki sumber angin yang banyak dan belum termanfaatkan. Melihat hal tersebut, Head of Fluid and Thermodinamycs Research Center, Tropical Renewable Energy Center (TREC), Adi Surjosatyo segera mengaplikasikan idenya untuk membangun turbin angin sekaligus instalasi penyaluran energi listriknya. September 2014, tiang turbin angin beserta instalasinya terpasang dengan bantuan ruang penyimpanan baterai di rumah ketua rukun tetangga (RT) setempat, Basir.

“Ada saja angin, mungkin karena di pesisir dan tidak terlindung sehingga laju angin cukup besar. Kalau ba­terainya enggak lemah, bisa dipakai terus energi listriknya, tetapi kalau tegangannya sudah mencapai angka 20 volt, saya charge dulu hingga 10 jam,” kata Ketua RT 01 Kampung Bungin, Basir, saat dihubungi melalui telepon dengan suara gemuruh angin yang cukup besar, Kamis (30/7).

Sebelumnya, energi listrik yang tersimpan pada baterai akan disalurkan ke rumah menggunakan inverter. Namun, karena masih dalam skala kecil, hanya rumah Basir dan dua tetangga lain yang mendapat aliran listrik, ditambah dengan dua lampu penerangan jalan.

Basir mengaku sangat terbantu oleh energi baru terbarukan itu dan berharap agar masuk turbin angin dengan skala lebih besar lagi. Pekerjaan warga yang sebagian besar nelayan butuh melakukan pengisian ulang baterai kapal.

Kecepatan angin di Kampung Bungin yang mencapai angka 12 meter per detik membuat Adi yakin untuk memanfaatkannya menjadi energi listrik. Dua tahun mondar-mandir mengurusi kemantapan teknologi tersebut menghasilkan satu simpulan, tak hanya eksekusi tetapi juga perawatan dan juga pelayanan harus tetap diperhatikan.

Adi yang kini dibantu Andrie Novera dari Research Center for Climate Change (RSCCC) Universitas Indonesia (UI) ingin mengembangkan turbin angin lainnya dengan dana bantuan yang didapat dari Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF).

“Kira-kira pasang sekitar empat tower lagi dan penempatannya dicoba yang agak jauh dari permukiman. Kalau sekarang ini, kapasitas energi listrik yang didapat 500 wattpeak (saat maksimum). Ingin berikan terang lebih banyak. Bentangan instalasi listrik mungkin bisa sampai jarak 15 meter,” tukas Adi.

Tak sekadar memberi jalan keluar, pihaknya yang juga bekerja sama dengan dua lembaga lainnya ingin memberikan efek domino bagi masyarakat sekitar. Salah satunya dengan penyebarluasan keterampilan teknologi sehingga masyarakat sekitar mampu mengawasi dan memberikan perawatan kepada aset tersebut. Saat kapasitas yang dihasilkan lebih besar, dapat membantu ketersediaan energi yang digunakan nelayan saat melaut.

Teknologi yang dikembangkan UI itu rupanya banyak dilirik pemerintah daerah, salah satunya dari Timor Tengah Selatan yang tertarik me­ngumpulkan angin di wilayah mereka supaya bisa membuat masyarakat sekitar menjadi produktif.

“Energi alternatif itu kan sebenarnya melihat kearifan lokal yang lalu diolah menjadi lebih bermanfaat,” tambah Andrie.

Terlebih teknologi itu tidak membutuhkan perawatan yang rumit. Hanya berupa pengecekan untuk mengetahui kelayakan tiang menara yang dapat dilakukan sebulan sekali. (Wnd/M-3)

Artikel yang dimuat dalam web ini adalah bagian dari Program Insentif Promosi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat oleh Dosen FTUI di Media Massa.

Sumber: mediaindonesia.com

Penulis: Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M.Eng.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA