Pekerja menyelesaiakan proyek konstruksi jalan layang tol akses Tanjung Priok di Jakarta, Selasa (5/5). BPS menilai realisasi proyek infrastruktur yang dananya cair pada Mei 2015 itu akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami perlambatan menjadi 4,71 persen pada triwulan I 2015. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Bareksa.com - Empat saham emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencuri minat investor. Peningkatan harga saham-saham sektor konstruksi tersebut sejalan dengan upaya pemerintah mengembangkan infrastruktur pada tahun ini.
Namun, dilihat sejak awal tahun ini atau secara year to date (YTD), kenaikan harga saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) paling kecil dibanding tiga BUMN konstruksi lainnya. Padahal WIKA berpeluang meraup lonjakan kontrak baru pada tahun ini. Hal tersebut didukung oleh keterlibatan secara aktif WIKA dalam membidik proyek pembangkit listrik swasta bernilai besar. Nilai proyek besar juga datang dari pengembangan kereta api cepat (high speed train/HSR) Jakarta-Bandung.
Menurut Head of Research NH Korindo Reza Priyambada, dari sisi fundamental, WIKA masih baik. Tapi harga sahamnya belum bisa naik cukup tinggi karena fokus proyek yang akan diambil oleh perusahaan ini terlalu banyak, sedangkan pendanaannya belum jelas dari mana saja. "Apalagi Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk WIKA hingga sekarang belum keluar sehingga investor masih menimbang-nimbang saham ini," katanya
Kanaikan paling besar ditorehkan oleh PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dengan kenaikan harga saham 24,64 persen. Selanjutnya PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencetak kenaikan saham sebesar 9,26 persen dan diikuti kenaikan harga saham PT PP Tbk (PTPP) sebesar 2,77 persen. Sementara kenaikan harga saham WIKA hanya 1,15 persen.
Grafik: Pergerakan Harga Saham WIKA, WSKT, dan PTPP Secara Year to Date (YTD)
Sumber: Bareksa.com
Menurut analis Buana Capital Michael Ramba, mengacu ke beberapa tender, total kontrak baru WIKA sebenarnya akan melonjak sekitar 60 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp 40.5 triliun. Nilai proyek kereta cepat diharapkan dapat memberi kontribusi sebesar 42 persen dari target pendapatan dan proyek listrik Jawa 5 dapat menyumbang sekitar 15 persen.
Sementara 43 persen lainnya diperkirakan akan berasal dari proyek pemerintah, seperti pembangkit listrik, jalan tol, jembatan,dan proyek konstruksi lainnya. Hal ini mendorong analis Buana memberi rekomendasi beli terhadap saham WIKA dengan target harga Rp3.300
Grafik: Target Perolehan Pendapatan WIKA Tahun 2016
Sumber: Riset Buana Capital
Analis Mandiri Sekuritas Aditya Sastrawinata dalam risetnya menyatakan laba bersih yang dapat diperoleh WIKA pada 2016 bisa mencapai Rp750 miliar jika tidak mendapat penanaman modal negara (PMN). Sementara jika memperoleh PMN, target laba bersih WIKA bisa lebih tinggi mencapai Rp1 triliun.
Menurut Aditya, laba bersih WIKA berpotensi lebih besar jika mendapatkan PMN. Jika tidak mendapat PMN, maka diproyeksi perlu mencari pinjaman eksternal guna mendanai proyek HSR sehingga, perseroan perlu mengeluarkan dana untuk membayar bunga pinjaman.
Presiden Direktur WIKA Bintang Perbowo telah memberikan konfirmasi bahwa pengerjaan kereta cepat (HSR) akan dilakukan oleh perusahaan sebesar 100 persen.
Artikel Terkait
Kasus Gagal Berangkat Umroh Masih Terjadi, Hindari dengan BareksaUmroh
Pengaduan masih didominasi masalah umum 83,9 persen dan gagal berangkat 4,6 persen
Reksadana Saham Syariah Ini Melonjak Terdongkrak Saham BRPT
Saham BRPT ditutup menguat 2,38 persen ke level Rp3.860 per saham pada perdagangan Senin kemarin
Berita Hari Ini : Pemerintah Kejar 12,5 Juta SPT, BMRI Dikabarkan Incar BNLI
ISAT rugi Rp2,4 triliun, ENRG refinancing utang US$50 juta, laba ADRO turun 13,5 persen, KKR lepas 385 juta saham JPFA