Apa yang sebaiknya kita lakukan atas karunia Allah bagi bangsa Indonesia tersebut

Ilustrasi Cara Mensyukuri Nikmat yang Telah Diberikan Tuhan Yang Maha Esa dalam Kehidupan. Sumber: unsplash.com

Tuhan Yang Maha Esa memberikan kita banyak karunia dalam kehidupan. Berbagai macam bentuk karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita seperti kesehatan, rezeki, kebahagiaan dan lain sebagainya. Karunia yang telah diberikan itu hendaknya selalu kita syukuri dalam kehidupan. Lantas, bagaimana cara kita mensyukuri karunia tersebut? Mari simak artikel ini

Memelihara Kesehatan Tubuh

Tubuh yang sehat tanpa kekurangan apapun merupakan salah satu karunia yang Tuhan berikan pada kita. Oleh karena itu cara kita mensyukuri karunia tubuh yang sehat adalah memelihara kesehatan tubuh. Caranya antara lain dengan terus menjaga kesehatan baik itu dengan berolahraga, makan makanan sehat, tidak mengkonsumsi hal-hal yang merugikan tubuh dan kesehatan seperti alkohol, rokok dan lain sebagainya. Selain itu menjaga kebersihan sekitar kita juga merupakan salah satu cara menjaga kesehatan.

Memelihara dan Menyayangi Makhluk Ciptaan-Nya Yang Lain

Manusia tidak hidup sendiri di dunia. Selain itu kita juga bergantung dengan ciptaan-Nya yang lain. Cara mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah dengan memelihara makhluk-Nya yang lain seperti memelihara binatang, merawat tumbuhan. Selain itu tidak menyakiti binatang dan tidak merusak tumbuhan juga salah satu cara menghargai dan menyayangi ciptaan Tuhan.

Selalu Berdoa dan Pasrah Pada Tuhan Yang Maha Esa

Dalam situasi apapun selalu berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan hanya untuk meminta namun juga untuk menunjukkan rasa syukur atas apapun yang telah Tuhan berikan pada kita. Selain itu berdoa dapat membuat kita menjadi lebih dekat pada Tuhan dan memberikan kita ketenangan dalam situasi apapun.

Tidak Merasa Iri dan Dengki Berlebihan Pada Orang Lain

Salah satu cara bersyukur adalah selalu menghindari sifat iri dan dengki. Dengan begitu kita juga ikut bersyukur atas rezeki orang lain. Tiap orang mendapatkan rezeki yang berbeda. Cara setiap orang dalam mendapatkan rezeki juga berbeda-beda. Tidak semua orang mendapatkannya dengan cara yang gampang, ada yang penuh perjuangan dan kita tidak tahu apa yang sedang dialaminya. Oleh karena itu sebisa mungkin kita harus menghindari rasa iri dan dengki yang berlebihan.

Salah satu cara menghindari rasa iri dan menunjukkan rasa syukur adalah selalu merasa cukup. Memang kita sering memiliki keinginan akan sesuatu namun ingatlah bahwa kita akan selalu dicukupkan pada Tuhan. Tidak perlu merasa memiliki segala sesuatu secara berlebihan. Selalu merasa cukup juga menghindarkan kita dari rasa ingin bersaing dengan milik orang lain.

Demikian artikel mengenai cara mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda semua.(IND)

Di awal tulisan ini, saya menyinggung tentang Gereja Lake Avenue Congregational Church di Pasadena, di mana Dr. Wagner menjadi anggota Jemaat sejak tahun 1972. Gereja Lake merupakan contoh bagaimana dalam gereja yang Injili, berteologia Reformed dan bersifat Konservatif (Tradisional), karunia-karunia adikodrati bukan saja disambut melainkan juga dimanfaatkan tanpa menjadi Gereja Pentakosta atau Karismatik, serta tak menimbulkan keresahan dan perpecahan dalam Jemaat. Dari Gereja tersebut dan observasi yang telah saya lakukan melalui peninjauan beberapa gereja serta kepustakaan, dapat saya sarankan beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh pemimpin-pemimpin gereja Injili, Reformed dan Tradisional untuk melibatkan karunia-karunia adikodrati dalam pelayanan gereja masing-masing.

1. Sikap keterbukaan pendeta/pemimpin gereja

Dr. Peter Wagner, dalam bukunya yang sangat terkenal Your Church Can Grow, mengungkapkan tujuh tanda penting bagi gereja yang bertumbuh. Tanda yang pertama dan utama adalah seorang pendeta yang berpikiran serba mungkin dan kepemimpinan yang dinamis digunakan untuk menggerakkan seluruh jemaat ke dalam aktivitas yang menuju pertumbuhan.43 Peranan pendeta atau gembala sidang dan pemimpin gereja sangat penting bagi pertumbuhan gereja, terutama sikap keterbukaan terhadap ide-ide dari anggota jemaat. Para pendeta/pemimpin gereja harus menyadari bahwa gereja adalah Tubuh Kristus yang mempunyai banyak anggota, yang masing-masing memiliki karunia sesuai dengan yang diberikan Tuhan kepada mereka (I Kor. 12:11-12). Kepada tiap anggota jemaat seharusnya diberikan kesempatan untuk menemukan, mengembangkan dan memanfaatkan karunia masing-masing. Oleh karena itu pendeta/pemimpin gereja yang terbuka dan berpikiran positif perlu membimbing atau menyediakan sarana bagi anggota jemaatnya untuk menemukan karunia masing-masing. Dalam bahagian terakhir tulisan ini akan diberikan saran-saran bagaimana menolong anggota jemaat menemukan karunia mereka. Sikap keterbukaan bukan saja dalam hal menolong anggota jemaat menemukan, mengembangkan dan memanfaatkan karunia mereka, tetapi juga pengakuan terhadap karunia yang dimiliki orang lain, serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk memanfaatkan karunia tersebut. Sayang sekali sering terjadi bahwa tidak sedikit hamba Tuhan yang berhati terlalu sempit, bukannya mereka bersukacita bila ada anggota jemaat atau rekan lain yang memiliki karunia yang tidak dimilikinya, sebaliknya malah iri hati dan dengan tipu muslihat menyingkirkan orang tersebut. Inilah sikap atau karakter yang harus dibuang.

Gembala Sidang Gereja Lake Avenue, Dr. Paul Cedar, adalah seorang hamba Tuhan yang rendah hati, sekalipun beliau memiliki beberapa karunia seperti kepemimpinan, berkhotbah, dan mengajar. Kerendahhatiannya dinyatakan pula dengan menerima kenyataan bahwa ia tidak memiliki karunia-karunia adikodrati, namun ia tidak menutup kesempatan bagi rekan dan anggota jemaatnya untuk menyalurkan karunia-karunia mereka demi pertumbuhan gerejanya. Itulah sebabnya Lake Avenue makin pesat bertumbuh di bawah kepemimpinan Gembala Sidang yang demikian.

Para pendeta/pemimpin gereja perlu sekali terbuka bagi karunia-karunia adikodrati yang dimiliki anggota jemaat, sambil memberikan batasan-batasan yang wajar dan sehat. Kita harus mengakui dan tak perlu melarang masih berlakunya karunia-karunia adikodrati tersebut. Namun semua berita yang diperoleh melaluinya tidak boleh mempunyai wibawa yang sama dengan Alkitab serta tidak untuk keuntungan diri sendiri atau sekelompok tertentu dalam Jemaat.

Kerendahan hati bagi mereka yang memiliki karunia-karunia adikodrati

Suatu kenyataan yang tak dapat disangkal bahwa kebanyakan gereja-gereja Injili, Reformed dan Tradisional sangat tertutup terhadap karunia-karunia adikodrati. Itu dikarenakan sebagian dari saudara yang memiliki karunia tersebut menganggap diri mereka termasuk "kelas istimewa", bahkan menganggap diri lebih "suci dan rohani" daripada saudara seiman yang tidak memiliki karunia tersebut, atau sampai-sampai menganggap rendah para hamba Tuhan yang tidak memiliki karunia adikodrati tersebut. Sikap ini perlu diubah. Kita harus rendah hati karena tahu bahwa "ketrampilan" tersebut adalah karunia Tuhan, bukan karena ada sesuatu yang istimewa atau kita lebih suci daripada orang lain. Sebagai anggota jemaat bila kita memiliki karunia tersebut, kita masih dan tetap harus menghormati pemimpin-pemimpin kita dalam gereja, sekalipun mereka tidak memiliki karunia adikodrati (Ibrani 13:17). Di Gereja Lake Avenue terdapat satu kelas Sekolah Minggu Dewasa yang diberi nama "120. Fellowship" dipimpin oleh Dr. Wagner. Kebanyakan anggota kelas tersebut mempunyai karunia adikodrati, namun mereka tidak menganggap bahwa saudara mereka, yang ada di kelas-kelas lain sebanyak 2.500 orang, lebih rendah daripada mereka. Dengan demikian keharmonisan dalam gereja dapat terpelihara. Satu hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa pelayanan dengan karunia adikodrati, seharusnya tidak secara demonstratif dan sensasional, agar kita dikenal dan dipuji. Untuk melakukan hal tersebut cara yang terbaik dan simpatik ialah melakukannya secara kelompok. Bila ada seseorang yang perlu didoakan maka sebaiknya kita mengajak juga pendeta/pemimpin gereja kita atau saudara lain yang sebeban untuk turut melayani. Bila pelayanan kita berhasil maka kelompok itulah yang dikenal dan bukan pribadi kita. Namun sayang sekali, sangat sedikit orang yang mempunyai karunia demikian rela melakukan pelayanan kelompok. Tidak demikian yang terjadi di Gereja, Lake Avenue. Kebanyakan pelayanan adikodrati yang dilakukan adalah secara berkelompok, hingga yang dikenal bukan pribadi, tetapi gerejanya. Inilah sikap positif yang seharusnya dimiliki oleh semua mereka yang mempunyai karunia adikodrati!

Francis MacNutt, dalam bukunya Healing, menulis bahwa setelah Tuhan Yesus menyembuhkan orang-orang, Ia memerintahkan mereka untuk tidak membicarakan kesembuhan mereka kepada orang lain. Ia tidak mencari publikasi, melainkan semata-mata Ia terdorong oleh kasih yang berkelimpahan untuk menolong mereka yang sakit, sekalipun Ia harus mempertaruhkan hidup-Nya sendiri. Karena tujuan utama pelayanan adikodrati tersebut ialah Allah menghendaki agar manusia tahu bahwa Dia nyata dan ingin agar umat manusia datang dekat pada-Nya.44 Pernyataan di atas sangat penting diperhatikan sebab hal tersebut menunjukkan kemurnian motif dan maksud pelayanan adikodrati. Pelayanan adikodrati, khususnya dalam kesembuhan, tidak boleh menjadi keuntungan pribadi yang melakukannya, sebab Yesus sendiri sangat menantang sensasionalisme. Oleh karena itu, dalam pelayanan adikodrati kita harus berhati-hati, jangan Iblis dibiarkan mencobai kita dan merebut kemuliaan Allah. Pelayanan adikodrati harus menjadi tanda kemurahan dan kuasa Allah terhadap mereka yang membutuhkan dan melaluinya kita memberitakan Injil keselamatan Yesus Kristus kepada mereka. Satu hal lagi yang perlu kita perhatikan sebelum saya mengakhiri bahagian ini, yaitu perlunya terus diadakan komunikasi dengan pendeta/pemimpin gereja kita mengenai semua pelayanan yang kita lakukan. Jangan sampai terjadi bahwa ada pelayanan adikodrati yang kita lakukan di luar pengetahuan pendeta/pemimpin gereja kita. Maksudnya adalah untuk menghindari kesalahpahaman bahwa kita melakukan pelayanan yang "tertutup" dan "rahasia". Selama kita bergabung dan bernaung dalam suatu Jemaat, maka sudah' seyogyanya pendeta/pemimpin gereja kita mengetahui dan mengikuti kegiatan/pelayanan kita baik secara aktif maupun pasif. Keharmonisan tersebut terwujud dalam pelayanan Dr. Wagner di Gereja Lake, sehingga tercipta sikap yang saling menghargai dengan pendeta/pemimpin gerejanya. Tidak terbetik sedikitpun ekses dari pelayanan adikodrati yang dilakukan oleh "ll 20 Fellowship" tersebut. Kunci daripada semua itu adalah kerendahan hati semua pihak, baik para pemimpin gereja dan terutama sekali mereka yang memiliki karunia-karunia adikodrati.

Page 2

Penulis: Rev. DR. Jonathan Chao, Ph.D

Rev. Dr. Jonathan Chao lahir pada tahun 1938 di Tiongkok bagian utara. Beliau, anak seorang pendeta Presbyterial, mendapatkan gelar Master dalam bidang teologia dari Westminster Theological Seminary. Kemudian ia melanjutkan studi doktoral dan mendapat gelar Ph.D. dari Universitas of Pennsylvania U.S.A. Beliau sekarang menjabat sebagai President of Chinese Mission Seminary, Director of Chinese Church Research Center, Hongkong, dosen teologia di China Graduate School of Theology (Hongkong), juga menjadi dosen tamu dari beberapa Perguruan Tinggi di Amerika Serikat.

Kali ini beliau datang ke Indonesia atas undangan Pdt. Dr. Stephen Tong untuk melayani retreat alumni SAAT. Juga ia melayani di beberapa kota di Indonesia selama satu minggu dari tanggal 14-20 September 1987. Karena terbatasnya waktu dan padatnya pelayanan beliau di Indonesia, maka wawancara dilakukan pada beberapa kesempatan baik secara formal maupun informal oleh Pdt. Henry Efferin, bahkan tatkala makan bersama, melalui telpon dsb. Selanjutnya Pdt. Henry Efferin yang mewakili Pelita Zaman disingkat PZ, sedangkan Pdt. Jonathan Chao disingkat JC.

PZ: Dalam waktu 20 tahun terakhir ini di luar negeri, sedangkan di Indonesia +/- baru 10 tahun yang terakhir, muncul satu aliran baru yang sangat populer yaitu Gerakan Karismatik. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa ini adalah suatu bencana yang besar bagi gereja-gereja pada zaman ini. Sedangkan ada sekelompok orang lain yang mengatakan justru ini merupakan suatu berkat yang besar bagi gereja-gereja, yaitu suatu cara yang Allah pakai untuk membangkitkan gereja-gereja ortodoks pada akhir zaman ini. Bagaimana pendapat Bapak dalam hal ini?

JC: Di dalam hal ini kita perlu meninjau sedikit latar belakang dari gereja-gereja di Barat sejak zaman Reformasi. Pada waktu itu gereja-gereja memang diperbaharui, dibangkitkan dalam dasar iman kepercayaan mereka, dalam mengakui kedaulatan Allah, dan juga dalam penekanan terhadap kehidupan yang kudus. Nah, sesudah memasuki periode abad ke-18 muncul beberapa tokoh-tokoh kebangunan rohani yang Tuhan pakai secara luar biasa. Mereka juga menekankan tentang pekabaran Injil dan juga menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat, antara lain: John Wesley, George Whitefield, di Amerika Jonathan Edwards. Lalu kita melihat bahwa karena timbulnya gerakan-gerakan ini, maka orang di Barat memasuki satu era zaman misi modern yang dimulai dari William Carey (abad ke-19). Banyak hal yang mereka capai dari gereja Reformasi, tetapi mereka belum sampai kepada suatu pengembangan atau suatu penghargaan yang. penuh terhadap karya Roh Kudus. Jadi mereka belum juga mengembangkan theologianya secara penuh dalam doktrin Roh Kudus maupun dalam manifestasi dari Roh Kudus. Hal ini baru dikembangkan secara maksimal sampai abad ke-20, yaitu dengan munculnya gereja-gereja Pentakosta. Tetapi sebetulnya Gerakan Karismatik sendiri dengan gereja-gereja Pentakosta sedikit berbeda. Orang-orang Pentakosta mendirikan gereja. Sedangkan Gerakan Karismatik tidak mendirikan gereja dan mereka menganggap bahwa penekanan terhadap karunia-karunia adikodrati di dalam gerakan Pentakosta masih kurang. Karena itu mereka memunculkan Gerakan ini dengan tujuan supaya mereka bisa menyusup ke dalam gereja dan mereka mau menjadikan gereja-gereja tersebut sama dalam cara berbakti ataupun dalam pandangan theologianya dengan mereka. Dalam hal ini kita perlu meninjau beberapa segi.

Ada sebagian orang yang dibangkitkan di dalam Gerakan Karismatik ini, karena mereka mempunyai suatu pengalaman rohani tertentu. Mereka yang dahulu begitu suam-suam, tiba-tiba mereka mendapatkan karunia - apakah benar atau tidak berbahasa Roh. Nah, apa yang terjadi adalah orang itu begitu memutlakkan pengalaman rohani mereka, menggeneralisir atau menguniversalkan pengalaman ini, dan kemudian mengatakan bahwa kalau orang tidak berbahasa lidah berarti orang itu belum menerima Roh Kudus. Bagi orang-orang yang demikian ini jelas pandangan theologia mereka tidak benar dan tidak alkitabiah. Karena Alkitab mengatakan, "Barang siapa yang percaya, bertobat maka mereka akan menerima Roh Kudus" Dia akan berkarya di dalam kehidupan mereka. Kita melihat disini bahwa setiap gerakan biasanya ada hal-hal positif. Mereka mencoba menekankan, membangkitkan kembali beberapa hal yang dilalaikan oleh gereja. Tetapi seringkali dalam penekanan tersebut mereka jatuh dalam ekstrim yang lain.

Namun Gerakan ini kemudian mendapatkan suatu perlawanan yang keras dari gereja-gereja ortodoks yang mengatakan bahwa mereka menyimpang dari ajaran Alkitab, sehingga perlawanan yang menentang gerakan ini kemudian menyatakan bahwa mujizat itu sudah berakhir dengan ditutupnya kanon Alkitab. Mereka mengatakan bahwa tidak ada lagi karunia-karunia adikodrati pada zaman ini. Bagi orang-orang yang menentang Gerakan Karismatik, mereka berpandangan demikian. Saya kira mereka juga tidak benar, karena mereka tidak melihat realita karya Roh Kudus dan juga konsep Alkitab tentang karunia Roh Kudus. Secara menyeluruh mereka juga lupa bahwa Roh Kudus itu adalah pribadi yang bebas, Oknum yang ketiga dari Allah Tritunggal, yang tetap sanggup berkarya dari dulu sampai sekarang dan tidak dibatasi oleh konsep manusia yang mengatakan bahwa manifestasi Roh Kudus itu sudah berakhir dengan ditutupnya kanon. Alkitab tidak menyebutkan hal itu, bagaimana mereka bisa sampai kepada kesimpulan tersebut?

Jadi Saudara melihat disini kita perlu hati-hati. Kalau kita bisa menarik beberapa pelajaran dengan mengintrospeksi diri terhadap munculnya Gerakan Karismatik ini tetapi juga tetap dengan suatu pandangan theologia yang menyeluruh dan seimbang, maka kita bisa menarik manfaat dari munculnya Gerakan tersebut. Tetapi kalau kita langsung menerimanya secara bulat-bulat, itu juga langkah yang terlalu sembrono.

PZ: Sejalan dengan Gerakan Karismatik dalam beberapa tahun terakhir ini, muncul suatu istilah yaitu Theologia Sukses atau ada yang mengatakan Theologia Kekayaan. Apakah ini sama dengan Gerakan Karismatik atau bagaimana menurut bapak tentang Theologia Sukses ini?

JC: Theologia Sukses mirip dalam penekanan-penekanan mereka dengan Gerakan Karismatik. Tapi ada satu hal yang istimewa ditekankan dalam theologia ini, jadi tidak mirip 100%, yaitu tentang berkat yang Allah janjikan kepada manusia. Yang mereka maksudkan adalah berkat yang kelihatan yaitu berkat materi yang berkelimpahan, kesehatan tubuh. Jadi mereka ini menafsirkan semua ayat-ayat, yang sebetulnya tidak mengatakan dan juga memang tidak dimaksudkan sebagai berkat materi, dalam konsep materi. Misalnya Yesus menjanjikan hidup berkelimpahan, maksudnya itu berkelimpahan secara materi. Allah kita ini adalah Allah yang kaya, lalu mereka juga mengatakan bahwa kita sebagai anak-anak Tuhan harus menyatakan kekayaan Allah kita melalui kehidupan kita yang juga kaya raya. Mereka biasanya memberikan suatu pandangan yang optimis, yang berlebih-lebihan kepada pendengarnya atau kepada orang yang ikut dalam aliran ini.

Nah, menurut saya, pandangan theologia ini benar dari satu segi bahwa berkat itu adalah janji Tuhan. Seseorang yang sudah bertobat, baik secara rasio, emosi maupun kehendaknya, sudah dikuduskan dan diperbaharui. Seharusnya memang orang-orang demikian itu bisa sukses karena mereka sudah mempunyai motivasi, konsep dan juga semangat hidup yang baru. Kita dapat melihat daerah-daerah yang sudah dipengaruhi oleh Kekristenan, mereka mempunyai kemampuan-kemampuan yang luar biasa dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, politik, dan sebagainya. Kita melihat dalam PL (Perjanjian Lama) Abraham percaya maka ia diberkati oleh Allah. Juga di dalam Firman Tuhan ada banyak janji-janji. Mazmur 37 misalnya mengatakan bahwa orang benar, yang sungguh beribadah kepada Allah, bukan hanya dia saja tetapi juga anak cucunya akan dicukupkan oleh Allah.

Ini tidak salah. Tetapi masalah timbul kalau hanya menekankan kekayaan materi, hidup berlebihan secara lahiriah. Lalu mereka mengatakan bahwa orang yang tidak kaya itu berarti mereka kurang beriman, kalah oleh tipuan iblis; atau orang yang sakit tidak disembuhkan, pasti ada dosa yang belum dibereskan atau orang itu kurang beriman. Nah kalau mereka hanya menekankan segi-segi ini, mereka jadi ekstrim. Karena mereka lupa bahwa di dalam Alkitab yaitu dalam Filipi 1:29 dikatakan "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia". Menderita bagi Kristus adalah karunia juga. Lalu mereka juga mengabaikan jalan salib yang begitu ditekankan di dalam Alkitab. Berkat memang adalah inisiatif Allah, tetapi Dia menuntut ketaatan dan kerendahan hati kita. Kalau dengan cara kita sendiri terus memaksa Allah menuntut kesuksesan secara materi dan itu dijadikan patokan - apakah seseorang itu diberkati Allah atau tidak - jelas tidak alkitabiah. Di dalam Perjanjian Lama Ayub juga menderita dan sebagian orang punya konsep ini. Teman-temannya menuduh dia menderita karena dosa. Padahal Alkitab mengatakan tidak. Ayub adalah orang benar. Jadi kita melihat ada satu kepincangan-kepincangan di sini yang perlu kita telusuri sekali lagi secara seimbang. Itulah sebabnya juga kali ini saga datang ke Indonesia membawakan satu konsep atau pandangan yaitu Theologia Penderitaan. Mudah-mudahan ini bisa memberikan suatu keseimbangan bagi orang-orang di Indonesia terhadap Theologia Sukses yang belakangan ini begitu subur tumbuh di Indonesia.

Kalau dengan cara kita sendiri terus memaksa Allah menuntut kesuksesan secara materi dan itu dijadikan patokan - apakah seseorang itu diberkati Allah atau tidak - jelas tidak alkitabiah.

PZ: Bapak mengatakan bahwa Bapak datang ke Indonesia ini juga untuk memberikan imbangan terhadap Theologia Sukses dengan membawa suatu Theologia Penderitaan. Apakah bisa dijelaskan maksud Theologia Penderitaan itu?,

JC: Yang pertama, perlu saya jelaskan terlebih dahulu bahwa yang saya maksudkan Theologia Penderitaan bukan berarti kita sebagai orang percaya harus mencari-cari penderitaan dengan mengada-ada sendiri, bukan itu maksudnya. Penderitaan itu sendiri ada beberapa macam. Ada penderitaan yang diakibatkan karena dosa dari manusia pertama yaitu Adam, bisa juga karena dosa kita sendiri, atau bisa juga karena kita dianiaya oleh orang lain, dirugikan oleh orang lain. Tetapi yang ingin saya bicarakan dan yang saya maksudkan dengan Theologia Penderitaan ini adalah penderitaan jenis lain. Orang menderita karena Yesus Kristus merupakan hal yang memang diijinkan Allah untuk menguji, menguatkan, bahkan mendatangkan berkat yang besar bagi kita. Sebagaimana salah satu buku yang saya tulis yaitu "Penderitaan Adalah Berkat Yang Terselubung".

Konsep tentang Theologia Penderitaan ini tidak bisa hanya diperoleh melalui suatu studi akademi saja atau diperoleh melalui gerakan-gerakan yang sedang popular belakangan ini. Tetapi konsep ini saya peroleh setelah mengadakan penelitian yang bertahun-tahun terhadap kehidupan gereja-gereja di bawah tanah dan juga kehidupan orang-orang percaya yang berada di Tiongkok. Mereka begitu bertumbuh, didewasakan di dalam kerohanian mereka berdasarkan pada satu fakta bahwa Yesus itu sudah mati dan bangkit dan mereka mengikuti jalan salib seperti yang Yesus lakukan. Memang selama beberapa tahun ini saya menyelidiki, mengapa Allah membiarkan gereja-gereja di RRC mengalami penderitaan yang begitu panjang. Apakah hikmah dan relevansinya bagi kita, apakah guna penderitaan bagi orang percaya? Bagi saya setelah saya pelajari, ini merupakan suatu penemuan yang baru, yang begitu indah bahwa di dalam Alkitab ada satu jalan yang indah yaitu jalan salib yang sudah ditempuh oleh Yesus sendiri. Banyak sekali murid pada waktu itu mengikut Yesus. Mereka membayangkan akan mendapatkan suatu kedudukan yang tinggi di dalam konsep-konsep duniawi mereka. Mereka berebut siapa yang akan menjadi yang terutama dan sebagainya. Tetapi mereka tidak mengerti bahwa Mesias itu harus menderita dan mereka yang mengikuti Dia juga perlu siap sedia mengikuti jalan salib yang sudah diteladankan kepada kita oleh Yesus sendiri. Sebagaimana kedua murid yang sedang berjalan ke Emaus, ketika itu mereka belum mengerti bahwa Mesias itu memang harus menderita, harus melalui jalan salib, mati dan bangkit kembali. Di sanalah letak kemuliaan Yesus, sehingga mereka perlu dibukakan pikiran mereka dan Yesus sampai menegur mereka, mengatakan, "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya, lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam Kitab Suci mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi" (Lukas 24:25-27). Jadi kita melihat di sini bahwa penderitaan adalah titik tolak untuk masuk ke dalam kemuliaan Tuhan. kita semua adalah anak-anak kemuliaan, kita semua adalah anak-anak Allah yang mulia. Tetapi kita harus menempuh jalan salib sebagaimana jalan yang Yesus sudah tempuh. Dia yang tidak berdosa harus menempuh jalan salib tersebut untuk masuk ke dalam kemuliaan Allah, apalagi kita sebagai pengikutnya.

Saya menyaksikan banyak sekali orang-orang di daratan Tiongkok yang menderita begitu besar, tetapi justru kita melihat gereja bertumbuh dengan luar biasa di sana. Kalau Saudara tahu bahwa pada tahun 1958 gereja di Shang Hai, yang dulunya berjumlah 226, pada waktu itu tinggal hanya 8 saja. Tetapi apakah Saudara tahu ada berapa banyak orang percaya sekarang ini di daratan Tiongkok? +/- 10 kali lipat ganda dari sebelum Revolusi Kebudayaan. Apa lebih dari pada 200.000 tempat-tempat kebaktian rumah tangga, dan orang Kristen disana dari hasil penelitian saya berkisar antara 50-70 juta orang. Banyak di antara mereka merupakan generasi muda. Dari manakah gereja-gereja di Tiongkok mendapatkan pelajaran? Iman mereka lebih kuat dan mereka lebih bertumbuh dari suatu penderitaan yang Tuhan izinkan selama bertahun-tahun terjadi dalam kehidupan mereka. Sering kita memberitakan Injil yang murah, kalau engkau percaya kepada Yesus Kristus engkau akan diselamatkan, diberkati. Ini memang benar, tetapi ini kebenaran yang hanya setengah. Karena kita percaya kepada Dia, kita juga siap untuk menderita bagi Dia. Beberapa kali saya masuk ke daratan Tiongkok memberitakan Firman, di sana saya keliling. Kadang-kadang saya juga dibutuhkan untuk membaptiskan orang-orang percaya di sana, yang sudah mau menerima Yesus Kristus. Tetapi setiap kali sebelum saya membaptis mereka, saya selalu menanyakan kesungguhan iman mereka dan saya mengingatkan apakah engkau sudah tahu bahwa mengikut Yesus itu engkau harus pikul salib, engkau harus menderita bagi Dia. Mereka mengatakan, "Ya!" Baru saya baptiskan. Saya tidak membohongi mereka. Karena sangat mungkin hari ini mereka dibaptis, esok hari mereka akan masuk penjara.

Satu kali pada tahun 1982 - pada waktu itu gereja-gereja rumah tangga mengutus para penginjil pergi berdua-dua - salah satu diantara mereka berkotbah sehingga terkumpul banyak orang. Orang yang datang sebanyak 5000 lebih sehingga lalu lintas pada waktu itu macet. Lalu akhirnya mereka ditangkap oleh orang-orang komunis. Tangan mereka diikat ke lehernya dan mereka disuruh berlutut, di jemur selama beberapa hari dari pagi sampai malam. Seorang gadis kecil yang berusia 14 tahun, bersama dengan kedua penginjil ini, juga dihukum dengan cara yang sama. Setelah tiga hari tiga malam gadis kecil itu tidak kuat dan dia akhirnya pingsan. Lalu para pasukan komunis itu juga ketakutan kalau-kalau gadis kecil itu mati, maka anak itu dibebaskan. Tetapi kedua penginjil yang lain, yang berusia 18-19 tahun, masih kuat. Mereka di jemur lagi sampai delapan hari delapan malam baru dibebaskan. Anak kecil yang berusia 14 tahun ini menangis. Lalu orang bertanya kenapa dia menangis. Dia mengatakan bahwa ia menangis karena kedua penginjil yang lain itu diberikan hak untuk menderita selama delapan hari bagi Tuhan, sedangkan dia hanya tiga hari tiga malam. Jadi dia menangis karena tidak mendapatkan bagian penderitaan yang sama dengan kedua penginjil itu. Kita melihat di sini bahwa anak yang begitu kecil sudah mengerti, menemukan kedalaman dan juga konsekuensi yang harus dipikul bagi para pengikut Yesus. Jadi kita melihat di sini bahwa gereja bertumbuh secara luar biasa dengan adanya penderitaan yang diizinkan oleh Tuhan. Mereka dimurnikan, dikristalisasikan. Semangat mengabarkan Injil justru lebih dari pada kita-kita yang tidak mengalami hal tersebut.

Ada lagi sebuah kesaksian seorang penginjil muda dari Shang Hai, yang dulunya begitu sukses, begitu bertalenta. Kalau dia memimpin kebaktian-kebaktian bisa sampai 500 orang bertobat. Pada tahun 1960 orang ini ditangkap, dipenjara, dikerjapaksakan selama sepuluh tahun. Karena wataknya yang baik, maka dia dibebaskan pada tahun 1970. Sesudah dibebaskan dari tahun 1970-1974 dia keliling lagi dan akhirnya ditangkap lagi dan masuk penjara selama 6 tahun. Pada tahun 1980 dia dilepaskan. Suatu kali istri saya mempunyai kesempatan bertemu dengan penginjil itu lalu dia bertanya, "Setelah engkau mengalami penderitaan di dalam penjara selama 16 tahun dengan kerja paksa itu, pelajaran apakah yang kau terima dari Tuhan?" Dia mengatakan bahwa pelajaran yang pertama yaitu Allah itu suci dan tidak berkompromi. Yang kedua yaitu melalui kesengsaraan tersebut dia belajar taat secara mutlak. Dia mengatakan bahwa dulu ia merasa dirinya sangat bermanfaat, ia merasa dirinya seperti sebuah botol yang sangat indah dan bernilai, yang keharuman Kristus dipancarkan melalui botol yang wangi tersebut. Tetapi ia tidak mau kalau botol itu dipecahkan karena botol itu juga begitu indah menurutnya. Namun melalui penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupannya tersebut, Tuhan telah meremukkan si aku yang lama. Botol yang dulu begitu sangat disayangi, sekarang Tuhan sudah hancurkan dan dengan demikian keharuman Kristus bisa terpancar lebih luas lagi.

Percaya adalah hak istimewa, tetapi menderita bagi Dia juga merupakan hak istimewa bagi kita.

Inilah hal yang perlu kita pelajari dan inilah yang saya maksudkan dengan Theologia Penderitaan. Percaya adalah hak istimewa, tetapi menderita bagi Dia juga merupakan hak istimewa bagi kita. Justru melaluinya seringkali kita didewasakan dan dapat lebih mengerti makna mengikut Yesus. Inilah hal-hal yang tidak bisa dipelajari oleh kita yang berada di seminari atau yang tidak siap untuk sungguh-sungguh memikul salib bagi Dia.

PZ: Dari beberapa hari ceramah yang bapak sampaikan, kami banyak mendengarkan kesaksian-kesaksian, mujizat yang terjadi di daratan Tiongkok. Ada orang mengatakan bahwa rupa-rupanya mujizat itu memang lebih banyak terjadi di daerah dari pada di kota besar. Apakah sebabnya? Apakah orang-orang di kota besar itu kurang beriman, mereka terlalu mengandalkan kepada teknologi atau bagaimana?

JC: Ya, di daratan Tiongkok kami bisa melihat banyak sekali mujizat yang Tuhan pakai untuk membuktikan kuasa dari InjilNya sendiri dan contohnya adalah sebagai berikut. Di Tiongkok ada beberapa desa yang seluruh penduduknya +/- 40.000 orang menjadi Kristen. Nah, mengapa terjadi demikian? Satu kali ada seorang penginjil tua yang ditangkap oleh seorang komunis, lalu dikumpulkan orang banyak untuk mempermalukan orang Kristen ini (penginjil tua ini). Kemudian ada seorang pengawal komunis yang berteriak-teriak di sana sambil menghujat Allah, mengatakan bahwa Allah itu tidak ada, kalau ada coba buktikan suruh Dia bunuh saya. Ketika orang ini kemudian pulang ke rumahnya, baru dia menginjak kakinya di rumah, dia tersungkur mendadak dan nyaris mati seketika itu juga. Dia tahu bahwa dia akan mati, lalu istrinya dipanggil dan berkata, "Wah, rupanya Allah mereka itu benar! Cepat beritahukan kepada orang-orang di desa ini bahwa Allah mereka itu benar!" Nah, dengan demikian berita Injil tersebar luas. Sesudah itu ada seorang komunis lain yang masih tetap mengeraskan hati dan dia berkata. "Itu adalah hal yang kebetulan." Dia mengatakan, "Di rumah saya ada sembilan orang, coba kalau memang itu bukan suatu kebetulan silahkan buktikan lagi. Bunuh siapa saja yang ada di dalam rumah saja!" Ketika ia pulang ke rumah betapa hatinya terkejut sekali ketika dia mendengar bahwa anak tunggalnya yang baru lulus SMA, yang sangat pandai, juara pertama, tiba-tiba meninggal.

Kita melihat di sini bahwa prinsipnya adalah waktu Firman Tuhan menemui suatu hambatan, maka Tuhan sendiri akan memberi kekuatan untuk menerobosnya. Tuhan sendiri akan membuktikan kuasa InjilNya itu. Tatkala Injil diberitakan, maka kuasa Allah akan menyertainya. Prinsip ini sama berlaku di mana-mana baik di desa maupun di kota. Sedangkan yang terjadi sekarang seringkali kita melihat di dalam kelompok orang-orang yang menekankan mujizat mereka menjadikan mujizat itu sebagai pamer. Allah bukan "show man". Dia tidak akan melakukan mujizat murahan hanya untuk mengisi keingintahuan saudara. Roh Kudus datang dan diutus hanya untuk menyaksikan Yesus Kristus. Jadi kalau saudara mau mengalami kuasa Allah, menginjillah. Maka saudara akan melihat kuasa Tuhan itu akan menyertai saudara. Ini kira-kira pandangan saya tentang mujizat.

PZ: Bagaimanakah seharusnya sikap gereja Injili atau yang dari latar belakang Reformed dan sebagainya terhadap gerakan-gerakan Karismatik yang cukup menggelisahkan gereja bahkan ada anggota-anggota yang tertarik ke sana dan tidak kembali lagi? Kami ingin satu masukan dari bapak. Sikap yang bagaimanakah seharusnya diambil oleh gereja secara keseluruhan?

JC: Saya akan memberikan beberapa hal sehubungan dengan ini.

Pertama, kita perlu discern the spirit (membedakan roh). Jangan kita terlalu cepat mengatakan roh dari setan atau dari manusia, tapi kita harus mencoba menilainya berdasarkan seluruh pandangan Alkitab yang seimbang. Itu langkah pertama yang perlu kita ambil.

Kedua, kita perlu melihat juga bagaimana dengan buah-buah dari orang-orang yang mengikuti gerakan ini. Karena Alkitab sendiri mengatakan bahwa pohon diketahui dari buahnya. Ketiga, kita juga jangan asal langsung menerjunkan diri dan menerima atau mengikuti gerakan yang populer ini, saya kira ini juga tidak benar. Keempat, kita perlu hati-hati, jangan terlalu cepat mengutuki gerakan ini, do not speak against. Kalau mereka buahnya benar dan yang mereka beritakan Yesus yang bangkit, maka kita perlu hati-hati. Jangan-jangan kita akan menghujat Roh Kudus dalam hal tersebut.

Kelima, kita sungguh-sungguh mempelajari cara kerja Roh Kudus di dalam Alkitab. Mengenai prinsip-prinsip manifestasi Roh Kudus, misalnya yang terdapat di dalam Yohanes 14-16, Kisah 1:8 dan sebagainya. Roh Kudus datang untuk menyaksikan Yesus Kristus, itu yang penting. Inilah kira-kira beberapa sikap yang bisa saya berikan. Jadi kita harus hati-hati, bijaksana, tidak langsung ikut gerakan yang populer ini, tapi juga jangan terlalu gegabah untuk mengutuk, lihat dahulu buahnya.

Ada sedikit tambahan dalam hal ini. Sesudah kita pelajari suatu konsep secara menyeluruh di dalam Alkitab, maka kita menyadari bahwa rupa-rupanya dalam gereja kita dari kalangan Reformed atau Ortodoks memang ada beberapa hal yang kita lalaikan. Saya usulkan saudara jangan terlalu gegabah juga untuk kemudian mengundang beberapa tokoh dari kelompok ini berbicara di gereja saudara untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan yang saudara tidak punya. Karena ini mempunyai efek yang panjang. Saudara sudah membina jemaat saudara dengan iman dan doktrin yang terarah baik. Lalu satu kali jemaat mendengar orang-orang yang demikian, yang punya sedikit kelebihan dalam hal yang lain, tetapi secara keseluruhan pandangan theologia mereka tidak seimbang. Jemaat itu akan mudah goncang keseimbangannya. Nah, saudara akan susah untuk mengembalikan mereka kepada satu pandangan yang seimbang. Jadi saran yang terbaik, saya kira sebagai pemimpin gereja kalau saudara menyadari adanya kekurangan-kekurangan yang tidak saudara miliki, lebih baik lagi saudara minta dirimu sendiri atau di dalam gerejamu ada orang yang mempunyai pandangan theologia yang kuat dan mereka juga diberikan karunia-karunia ini. Saya kira hal ini jauh lebih baik dari pada hanya sekedar mencomot sana sini, memanggil orang-orang untuk mengisi kebutuhan gerejamu. Ingat hal ini!

PZ: Apakah ada himbauan atau pengharapan khusus yang ingin Bapak sampaikan kepada generasi muda Indonesia?

JC: Pertama, saya harap generasi muda Indonesia akan berakar sungguh-sungguh di dalam Firman. Karena di dalam FirmanNya terletak sumber segala penyataan yang Allah ingin berikan, sumber segala rencana Allah terhadap zaman dan dunia kita ini.

Kedua, bukan hanya berakar dan mempelajari tetapi melaksanakannya di dalam kehidupan kita, memberitakannya.

Ketiga, kenalilah konteks di sekitar dunia tempat engkau hidup. Sebab kalau engkau hanya melihat dari satu segi, dalam arti hanya melihat Alkitab, maka itu seperti engkau melihat suatu itu hanya dari garis vertikalnya saja. Engkau menatap itu dari atas ke bawah, tetapi kalau engkau mempunyai keseimbangan dengan mengenali konteks dunia sekitarmu, maka engkau juga mempunyai garis yang horisontal. Engkau menatapnya dari samping dan dengan melingkar. Nah, pada waktu garis vertikal dan horisontal itu bertemu disitu engkau akan menemukan suatu titik keseimbangan yang baik, dan engkau akan menjadi orang yang dipakai Tuhan untuk zaman ini. Satu ayat yang ingin saya berikan kepada generasi muda yaitu Yohanes 14:12, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa."

Di dalam bagian yang terakhir ini kami juga ingin menyisipkan satu pesan yang disampaikan oleh Pdt. Stephen Tong dalam acara ceramah khusus di GKA Gloria. Dia berharap bahwa gereja-gereja, generasi muda, orang Kristen di Indonesia hendaknya mempunyai suatu kebangunan yang seimbang, bukan hanya kebangunan dalam satu sisi saja. Kebangunan yang seimbang itu mencakup 4 segi:

1. Kebangunan di dalam dasar iman kepercayaan yang benar (doctrinal revival). Kalau orang mempunyai dasar kepercayaan yang benar, maka mereka tidak akan goyah tatkala menghadapi tantangan atau ancaman-ancaman dari siapa juga.

2. Kebangunan etika, kebangunan di dalam perbuatan, kehidupan yang nyata dari orang-orang percaya.

3. Kebangunan dalam semangat pelayanan dan dalam PI. Prinsip pertumbuhan gereja ialah setiap orang percaya terlibat dalam pelayanan, bukan hanya pendeta atau penginjil. Maka gereja itu akan berakar, mengalami kebangunan doktrin, kebangunan etika, kebangunan di dalam pelayanan dan akan menjadi gereja yang sangat berpengharapan.

4. Kebangunan gereja tersebut juga harus dirasakan, mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat di sekitar kita. Kita bisa mempengaruhi konsep cara berpikir dari masyarakat dan memberikan warna kristiani kita kepada mereka. Kebangunan dari empat segi ini adalah satu kebangunan yang sesungguhnya, yang seimbang, yang perlu dimiliki oleh gereja, dan yang harus dijalankan oleh generasi muda zaman sekarang ini. Bukan hanya ditekankan berlebih-lebihan satu sisi saja. Sebab orang yang dihasilkan dari sistim pekabaran Injil yang demikian itu tidak akan berubah, tidak akan bertahan lama, kecuali mereka mempunyai kebangunan dari empat sisi yang seimbang ini. Terima kasih, Tuhan memberkati!

Page 3

Sejarah Gereja menjadi saksi bahwa Gereja selalu berayun dari kutub yang satu ke kutub yang lain. Jarang sekali ada suatu periode panjang, yang di dalam waktu itu Gereja hidup dalam keseimbangan. Keseimbangan memang hal yang amat langka. Karena ketidakseimbangan ini maka Gereja mengalami kekurangan-kekurangan baik yang relatif kecil maupun yang sangat mendasar.

Bagaimana dengan Gereja di abad ke-20 ini? Gereja harus membayar hutang-hutangnya yang menumpuk. Kehadiran Roh Kudus dalam ajaran dan kehidupan Gereja sudah dilalaikan secara tidak disadari. Gereja perlu terkejut atas terbukanya kenyataan ini. Gereja sudah terbuai dalam formalisme, ritualisme, denominasionalisme, dan intelektualisme. Kenyataan bahwa Allah (baca: Roh Kudus) itu hidup dan terus masih berkarya di dalam dan melalui dunia ini mulai luput dari perhatian umat Allah. Gairah seperti yang bisa ditemui dalam kehidupan Gereja purba sudah memudar. Kehidupan Gereja dan umat individual menjadi beku.

Tetapi Gereja perlu terkejut untuk kedua kalinya. Ternyata realita Roh Kudus dan manifestasi dari karunia-karunia Roh begitu kaya dan beraneka ragam. Koq ada yang begini? Model apa ini? Pengaruh sugestikah? Banyak tanda tanya dilontarkan. Namun pada intinya Gereja diam-diam mengakui bahwasanya kenyataan Roh Kudus melampaui ajaran tradisi dan kehidupan Gereja yang begitu-begitu saja. Selama ini Pribadi Roh Kudus sering disinggung dalam kaitanNya dengan hakekat ke-Tritunggal-an Allah. Namun karya-karyaNya yang berdimensi adikodrati, terutama di dalam karunia-karunia Roh, kurang dipersoalkan dan apalagi digumulkan.

Di tengah-tengah keheranan dan rasa bakti orang percaya, karena keterkejutan tadi, justru muncul gejala-gejala ekstrim yang baru. Terlalu menekankan Pribadi Roh Kudus dan pelbagai manifestasiNya malahan telah membuka jalan baru bagi munculnya manifestasi "Roh Kudus" yang asli namun palsu. Artinya, secara sepintas memang manifestasi Roh sulit dibedakan antara mana yang asli dan mana yang palsu. Umat kristiani dilanda kebingungan. Alangkah sayangnya kalau kekayaan kristiani ini diwarnai dengan kepalsuan!

Dalam kancah seperti itulah jurnal kali ini hadir di tangan sidang pembaca. Dengan harapan bahwa tulisan-tulisan di dalamnya akan menambah wawasan yang baru tentang Pribadi dan Karya Roh Kudus. Ajaran dan kehidupan Gereja harus diberitakan dan dihayati dengan seimbang. Dengan demikian hutang yang dibayar nanti mudah-mudahan bisa seminimal mungkin.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA