Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagaimana disyarahkan oleh Syekh Muhammad Nawawi Banten mengutip keterangan ulama yang menyebutkan 10 sifat paling dibenci Allah SWT pada karyanya Nashaihul Ibad. Karya Imam Al-Asqalani menyebut 10 sifat buruk yang patut dijauhi.
Syekh M Nawawi Banten dalam karyanya Nashaihul Ibad pada halaman 63 mengatakan bahwa sifat-sifat buruk yang dibenci Allah sebenarnya lebih dari sepuluh. Hanya saja 10 sifat ini merupakan sifat yang
paling dibenci Allah.
أكبر بغضا من غيرهم
Artinya, “Tetapi 10 hal ini paling dibenci (dibandingkan hal lainnya),” (Syekh M Nawawi Banten, Nashaihul Ibad, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 63).
Imam Al-Asqalani menyebut secara rinci 10 sifat-sifat buruk yang perlu dijauhi:
1. Kebakhilan orang kaya.
Sifat bakhil melenyapkan sifat kemanusiaan dan menetapkan sifat kebinatangan.
2. Kesombongan orang fakir miskin.
3. Ketamakan ulama.
4. Kehilangan rasa malu kalangan perempuan.
Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Ad-Dailami yang artinya, “Orang yang tidak memiliki rasa malu, maka tidak ada agama padanya. Siapa saja yang tidak malu di dunia, niscaya ia tidak masuk surga.”
5. Cinta duniawi (hubbud duniya) orang-orang tua setengah baya ke atas.
6. Kemalasan anak-anak muda.
7. Kezaliman
penguasa.
Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Al-Hakim yang artinya, “Siapa saja yang meridhai penguasa dengan sesuatu yang membuat Allah murka, niscaya ia telah keluar dari agama Allah.”
8. Rasa takut para tentara/militer dalam menghadapi musuh.
Rasa takut adalah kelemahan jiwa yang merintangi tentara untuk berhadapan dengan tentara musuh.
9. SIkap ujub ahli zuhud.
Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Abu Nu'aim yang artinya, “Siapa saja
yang memuji dirinya sendiri atas sebuah amal saleh, maka pujiannya itu salah jalan dan gugurlah (pahala) amalnya.”
10. Sikap riya para hamba Allah yang ahli ibadah/ubbad.
Syekh Nawawi Banten mengutip hadits riwayat Ad-Dailami yang artinya, “Waspadalah kalian mencampur ketaatan kepada Allah dengan menyukai pujian manusia karena dapat mengugurkan amal kalian.”
Syekh Nawawi Banten menambahkan catatan pengecualian atas pujian orang lain tanpa ia sendiri
menyukainya karena hal itu tidak termasuk riya. Syekh Nawawi Banten mengutip hadits riwayat Imam Muslim dari sahabat Abu Dzar RA yang mengisahkan pertanyaan sahabat, “Bagaimana pendapatmu wahai Rasul tentang seseorang yang berbuat baik dan orang lain memujinya?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Demikian itu adalah kabar gembira yang cepat bagi orang beriman.’”
Semua ini patut menjadi catatan agar masing-masing orang dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kapasitasnya dan menjauhkan sifat-sifat
tercela. Wallahu a’lam.
Penulis: Alhafiz Kurniawan
Editor: Abdullah Alawi
Waspada.co.id – Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam sebuah hadits:
إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ صَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ , جِيفَةٍ بِاللَّيْلِ , حِمَارٍ بِالنَّهَارِ , عَالِمٍ بِالدُّنْيَا , جَاهِلٍ بِالْآخِرَةِ
“Sesungguhnya Allah benci kepada setiap orang yang sombong dan kasar, dan suka berteriak-teriak seperti di pasar. Diwaktu malam bagaikan bangkai, dan diwaktu siang bagaikan keledai. Dia berilmu tentang dunia tapi bodoh tentang kehidupan akhirat.” (HR. Al-Baihaqi. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1878)
Inilah orang-orang yang Allah benci. Yaitu yang mempunyai sifat seperti itu. Allah membenci yang pertama, yaitu:
1. Orang-orang yang sombong
Orang-orang yang sombong; sombong kepada Allah dan sombong kepada
makhluk-makhluk Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menafsirkan makna sombong:
“Sombong itu artinya menolak kebenaran dan menganggap remeh manusia.” (HR. Muslim)
2. Kasar
Yang kedua ia kasar di dalam ucapannya, kasar di dalam perbuatannya. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang kasar, sebaliknya Allah cinta kepada orang-orang yang lembut. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu lembut dan cinta kelembutan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Suka berteriak-teriak
“Suka berteriak-teriak seperti di pasar.”
Di mana lisannya itu pedas, lisannya suka menyakiti hati orang lain, dia tidak peduli apakah orang itu akan marah atau tidak, dia tidak peduli. Dan sifat ini tentunya sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Diwaktu malam bagaikan bangkai, dan diwaktu siang
bagaikan keledai
Ia lewati malam sama sekali tidak untuk shalat malam, dia tidak membutuhkan shalat malam, dia lebih senang dengan hal-hal yang sia-sia, dia sibuk dengan ngobrol ataupun bergadang ataupun melihat dan menonton acara-acara yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Atau ia lewati hanya sebatas dengan tidur saja, tidak ada keinginan di hatinya untuk berdiri kepada Allah walaupun satu rakaat di waktu malam.
Di waktu siang bagaikan keledai, ia malas, tidak ada semangat kepada kebaikan. Di waktu siang ia bagaikan keledai, tidak ada semangat untuk berbuat ketaatan. Di waktu siang ia bagaikan keledai, ia habiskan waktunya untuk hal-hal yang sia-sia.
5. Seseorang berilmu tentang dunia dan dia bodoh tentang kehidupan akhirat
Dia berilmu tentang berbagai macam pengetahuan dunia, tentang berita-berita dunia, yang ia semangat padanya adalah mengikuti berita-berita hangat tentang kehidupan dunia, tapi ia malas, dia tidak mau untuk mendalami
ilmu akhirat. Ilmu agama dia pandang sebagai ilmu yang remeh dimatanya. Sehingga kemudian ia menjadi orang yang jahil terhadap kehidupan akhirat.
Mereka lebih senang mempelajari dan mengikuti dunia, tapi mereka malas untuk mengikuti akhirat, untuk memeriksa tentang hatinya, tentang agamanya, tentang kebaikan akhiratnya, dia pun tidak ada keinginan untuk bersiap-siap untuk kematiannya.
Inilah sifat-sifat yang dibenci oleh Allah. Maka kewajiban kita, jadilah kita hamba-hamba yang dicintai oleh Allah, hamba hamba yang tawadhu, hamba-hamba yang lembut di dalam sikap dan ucapannya, hamba-hamba yang senantiasa tidak berusaha menyakiti hati orang lain ataupun manusia. Demikian pula menjadi hamba yang senantiasa semangat di dalam ketaatan dalam setiap waktunya. Seorang hamba yang senantiasa semangat dalam menuntut ilmu agama Allah Jalla wa ‘Ala. (berbagai sumber/d2)