Apa yang dimaksud dengan konsinyasi

Untuk membangun usaha yang sukses, ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Termasuk bagaimana cara produk tersebut dijajakan. Salah satu yang cukup populer dipraktikkan, umumnya oleh industri rumahan/kecil, adalah konsinyasi.

Apa itu konsinyasi dan contohnya? Sistem ini kerap kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari–meski mungkin tidak menyadarinya. Saat ke warung tetangga, misalnya, kita mendapati ada produk kudapan yang ternyata bukan kepunyaan si pemilik warung. Saat berkunjung ke tempat makan, kita tahu bahwa kerupuk yang diletakkan di tiap-tiap meja tidak dibuat oleh para juru masak tempat tersebut.

Lazimnya praktik konsinyasi menandakan bahwa sistem ini memang memiliki kelebihan tersendiri dibanding menjual produk langsung kepada konsumen. Oleh karena itu, ia penting dipelajari bagi siapa saja yang hendak memulai bisnis. Bisa saja sistem ini yang kemudian dipakai untuk menjajakan produk.

Pengertian Konsinyasi

Jadi, apa yang dimaksud dengan konsinyasi? Berdasarkan beberapa kasus yang telah disinggung di atas, dapat dikatakan konsinyasi mudahnya adalah sistem jual titip.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutnya sebagai “penitipan barang dagangan kepada agen atau orang untuk dijualkan dengan pembayaran kemudian.” Sementara Investopedia menyebut konsinyasi sebagai pengaturan di mana barang diserahkan kepada pihak ketiga (pembeli) untuk dijual.

Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan ada dua pihak yang terlibat, selain pembeli, yaitu pemilik yang mengirimkan barang dan yang dititipkan barang. Pengirim disebut pengamanat atau consignor, sementara penerima adalah komisioner atau consignee. Seorang pengamanat bisa menjalin relasi dengan banyak komisioner.

Barang yang dititip dinamakan barang konsinyasi, sementara dari sisi komisioner disebut barang komisi. Dalam sistem ini, hak milik barang tetaplah milik pengamanat, bukan komisioner. Ingat bahwa ia hanya dititipi barang. Ia tidak membeli barang dari pengamanat lalu menjualnya lagi.

Lalu apa yang didapat komisioner? Tidak lain adalah komisi dari pengamanat yang jumlahnya telah disepakati di awal. Komisi ini didapat karena ia menyediakan jasa tempat sekaligus, dalam derajat tertentu, sebagai imbalan atas jasanya menjaga keamanan dan keselamatan barang.

Komisi dalam konsinyasi biasanya langsung dikurangkan dari hasil penjualan sebelum penyelesaian keuangan dengan pengamanat dilaksanakan. Karena itu pula kesepakatan juga termasuk berapa harga jual produk.

Dalam skema pembukuan, barang konsinyasi harus diakui sebagai persediaan oleh pengamat. Sampai dengan barang berhasil dijual, baik pengamat atau komisioner tidak boleh mencatatnya sebagai pendapatan.

Lalu, apa yang terjadi seandainya barang konsinyasi tidak terjual habis? Barang tersebut akan dikembalikan begitu saja ke pengamanat dan komisioner tidak menanggung risiko apa pun karena memang begitulah cara sistem ini bekerja.

(Baca: 5 Tips Memulai Bisnis Online yang Menguntungkan)

Keuntungan Konsinyasi

Apa tujuan konsinyasi? Sampai sini dapat dipahami bahwa menjual sesuatu secara konsinyasi adalah pilihan yang tepat untuk mereka yang tidak memiliki toko atau tempat berdagang secara fisik. Memberikan komisi untuk komisioner tentu lebih masuk akal ketimbang menyewa toko karena pasti lebih hemat.

Di samping itu, beberapa keuntungan lain yang bisa didapat adalah sebagai berikut:

  1. Menghemat biaya lain. Tak hanya biaya sewa toko, dengan sistem konsinyasi penjual juga bisa menghemat pos pengeluaran lain terutama pemasaran. Pengamanat pun dapat memilih komisioner yang paling populer.
  2. Fokus ke pengembangan produk. Ketika sisi pemasaran tidak perlu lagi dipikirkan, maka satu-satunya hal yang perlu dilakukan oleh pengamanat adalah mengembangkan produknya agar lebih baik.

Konsinyasi tak hanya menguntungkan pengamanat. Beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh komisioner adalah:

  1. Untung tanpa modal tambahan. Hanya dengan menyediakan tempat yang memang sudah ada, komisioner bisa mendapatkan komisi dari pengamanat.
  2. Minim risiko. Memang dalam perjanjian mungkin ada konsekuensi bagi komisioner jika, misalnya, barang hilang. Namun secara umum risiko bagi mereka relatif kecil. Bahkan saat barang tak laku pun tidak ada konsekuensi apa pun selain siap mengirim kembali.

Bagaimana Cara Memulai Konsinyasi

Setelah mengetahui makna dan keuntungan, maka pertanyaan yang pasti muncul adalah, bagaimana alur dari sistem konsinyasi?

Tentu saja pertama-tama Anda harus telah memiliki produk untuk dipasarkan. Pemilihan komisioner ditentukan dari produk tersebut. Misalnya Anda memiliki usaha konveksi, maka tentu saja calon komisionernya adalah toko-toko baju. Atau, jika yang hendak dipasarkan adalah lukisan, tentu komisioner yang tepat adalah galeri seni.

Semakin umum produk yang dijajakan, semakin mudah pula menentukan calon komisioner. Misalnya, jika yang hendak dijual adalah makanan, maka itu bisa dikirim ke semua warung atau toko kelontong.

Setelah menentukan tempat konsinyasi, tahap selanjutnya adalah menjalin kesepakatan dengan komisioner. Dalam tahap ini beberapa hal harus dibuat jelas.

Pertama terkait harga dan biaya. Anda harus menentukan berapa harga barang dan berapa komisi yang diberikan kepada komisioner. Agar komisioner setuju, tentu komisi tidak boleh terlalu kecil. Katakanlah, misalnya, 25 persen dari harga jual.

Tentukan pula kapan barang dipasok dan ketentuan lain terkait waktu seperti jangka waktu penyimpanan. Masukkan pula poin perjanjian apakah barang akan benar-benar dikembalikan jika tidak laku atau diperpanjang dengan pertimbangan tertentu.

Intinya, perjanjian terkait konsinyasi haruslah mencakup hak dan kewajiban antara pengamanat dan komisioner, termasuk laporan pertanggung jawaban dari komisioner kepada pengamat yang dilakukan secara berkala.

(Baca: 3 Jenis Bisnis yang Cocok dengan Modal Kartu Kredit)

Tips Sukses Konsinyasi

Meski banyak aspek menguntungkan, tetap saja ada beberapa faktor yang mungkin membuat skema konsinyasi tak berjalan sukses.

Contohnya diberikan oleh sebuah riset yang terbit pada 2019 lalu dengan studi kasus jual beli pakaian yang melibatkan supplier dan distro. Dikatakan bahwa pihak distro mengutamakan menjual produknya sendiri ketimbang barang konsinyasi karena keduanya adalah benda yang sama (pakaian dan aksesori).

Masalah lain adalah komisioner kerap menerima barang yang cacat dari pengamanat. Karena komisioner dan pengamanat tidak mengawasi betul produk, barang cacat itu terbeli oleh konsumen. Apa yang terjadi? Konsumen tidak puas dengan pelayanan distro. Distro pun terpaksa memberikan ganti rugi.

Dari contoh kasus ini, maka setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan agar konsinyasi sukses, yaitu:

  1. Upayakan menjual barang yang tidak dimiliki atau berbeda dari milik komisioner. Jika tidak bisa, maka masukkanlah dalam klausul perjanjian bahwa barang konsinyasi ditampilkan di tempat strategis; yang bisa dilihat konsumen.
  2. Lebih berhati-hati saat mengirim dan menerima produk. Cek lagi bahwa produk tersebut sempurna.

Selain itu, ada beberapa tips sukses lain yang patut dipertimbangkan, yaitu:

  1. Tentu saja hasilkan produk unggulan dan memang dicari masyarakat alias memenuhi permintaan pasar
  2. Kasih diskon atau bonus untuk pembelian dalam jumlah tertentu
  3. Pilih komisioner yang terpercaya dan telah memiliki nama
  4. Perbanyak pula komisioner–dengan mempertimbangkan kemampuan produksi sendiri
  5. Jalin hubungan baik dan tumbuhkan rasa saling percaya dengan toko

Penutup

Sistem konsinyasi yang dibicarakan dalam artikel ini memang lebih dari sudut pandang pengamanat. Namun tetap disinggung bahwa konsinyasi pun sebenarnya menguntungkan komisioner.

Dapat disimpulkan berbisnis dengan sistem konsinyasi adalah pilihan tepat bagi banyak orang yang hendak berdagang tapi tak punya cukup uang dan sumber daya untuk menjajakannya sendiri. Namun tetap ada beberapa hal lain yang perlu dilakukan agar sistem berjalan maksimal. Di antaranya adalah membuat kesepakatan yang jelas.

Pada akhirnya, banyak cara agar dapat sukses dalam berbisnis. Dan kuncinya adalah pintar memanfaatkan peluang, baik peluang dalam aspek produksi atau distribusi.

Sistem perekonomian mengalami perkembangan yang signifikan. Perubahan pola konsumsi, perilaku pasar, dan tingkat permintaan disinyalir menjadi beberapa faktor yang mendorong perkembangan tersebut. Dahulu, jika ingin menjalankan suatu bisnis, sang pelaku usaha harus mempersiapkan dan memiliki segala sumber dayanya, mulai dari modal, produk, tempat usaha, hingga strategi pemasarannya. Kini tak perlu lagi. Seorang pelaku usaha bisa hanya menyiapkan produknya saja, tanpa dipusingkan dengan penyediaan tempat usaha guna men-display produk-produknya. Demikian pula sebaliknya. Sebab, antara pengusaha yang satu dengan yang lain bisa menjalin kerjasama dalam penjualan produk dengan sistem konsinyasi.

Apa itu konsinyasi?

Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama dalam penjualan produk yang dilakukan oleh pemilik barang dengan penyalur, pedagang, atau pemilik toko. Dalam sistem kerjasama penjualan ini, pemilik barang menitipkan barang dagangannya kepada penyalur, pedagang, atau pemilik toko untuk dijual. Sederhananya, konsinyasi dipahami sebagai jual titip.

Sistem kerjasama konsinyasi dalam dunia bisnis sudah sangat umum digunakan. Konsinyasi melibatkan dua belah pihak yang saling mengikatkan diri dalam perjanjian penjualan barang, di mana salah satu pihak merupakan pemilik barang dan pihak lainnya adalah penjual. Dalam perjanjian konsinyasi, pihak pemilik barang yang menitipkan barang dagangannya disebut dengan konsinyor (consignor), sedangkan pihak pedagang yang menerima barang titipan untuk dijual disebut dengan konsinyi (consignee). Sementara barang yang dititipkan untuk diperdagangkan sebagai objek dalam perjanjian konsinyasi ini disebut dengan barang konsinyasi.

Dalam implementasinya, sistem penjualan konsinyasi mengikat kedua belah pihak yakni pemilik barang dan pedagang dalam perjanjian yang isinya disepakati keduanya, mulai dari syarat jual titip hingga penentuan harga penjualan. Kedua belah pihak harus mendapatkan keuntungan yang proporsional dan tidak merugikan salah satu pihak.

Keuntungan dan kerugian sistem konsinyasi

Sistem penjualan konsinyasi bisa menjadi strategi yang efektif untuk memaksimalkan keuntungan. Baik bagi pemilik barang maupun penjual, sistem konsinyasi mampu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Adapun keuntungan bagi pemilik barang atau konsinyor yakni sebagai berikut.

  • Mampu menjangkau pasar yang lebih luas dengan menghemat biaya promosi

Barang dari konsinyor bisa menjangkau pasar yang lebih luas di toko-toko yang sudah memiliki pelanggan. Untungnya lagi, konsinyor tak perlu menanggung biaya promosi untuk mengenalkan produknya kepada pasar sasaran.

  • Menghemat biaya pelayanan

Pemilik barang tidak direpotkan dengan pemberian pelayanan kepada konsumen atau pelanggan secara langsung dalam proses penjualan produknya. Berkenaan dengan itu, konsinyor bisa menghemat biaya pelayanan, sebab tak perlu merekrut karyawan untuk melakukan pemasaran dan memberikan pelayanan kepada konsumen atau pelanggan.

  • Lebih fokus dalam meningkatkan kualitas barang

Sebab tak disibukkan dengan urusan pemasaran, promosi, dan pelayanan langsung, konsinyor dapat lebih fokus pada peningkatan kualitas barang. Selain itu, konsinyor juga bisa mengembangkan produk dan melakukan inovasi baru sehingga produknya lebih menarik dan memiliki manfaat lebih bagi konsumen atau pelanggan.

Sementara keuntungan bagi penjual atau konsinyi dari sistem penjualan konsinyasi ini adalah sebagai berikut.

  • Memperoleh keuntungan tanpa modal

Konsinyi hanya menyediakan tempat untuk mendisplay barang titipan dari konsinyor. Meski demikian, konsinyi tetap memperoleh keuntungan dari penjualan barang titipan tersebut entah berupa komisi penjualan dari konsinyor atau penambahan harga jual barang yang dititipkan. Dengan demikian konsinyi memperoleh keuntungan tanpa mengeluarkan modal.

Risiko yang ditanggung oleh konsinyi selaku penjual barang titipan tergolong rendah. Jika barang tidak laku atau rusak, maka konsinyi tidak menanggung kerugian. Hanya saja, keuntungan yang mungkin diperoleh menjadi berkurang.

  • Mampu men-display produk yang banyak dan beragam tanpa modal

Konsinyi dapat menerima beraneka ragam produk dari banyak konsinyor. Dengan produk yang lebih beragam, maka potensi konsinyi untuk mendapatkan keuntungan tanpa modal lebih besar.

Di balik keuntungan yang cukup menggiurkan dari sistem penjualan konsinyasi, terdapat pula risiko kerugiannya. Namun, risiko kerugian ini hanya berlaku bagi konsinyor selaku pemilik barang. Sementara konsinyi tidak memiliki risiko kerugian sama sekali. Berikut kerugian yang mungkin ditanggung oleh konsinyor dalam sistem penjualan konsinyasi.

  • Salah memilih tenaga penjual atau konsinyi

Jika konsinyor salah dalam memilih konsinyi, risikonya jelas pada penjualan barang yang kurang maksimal. Hal ini menyebabkan perputaran barang tersendat sehingga stok barang menumpuk. Akibatnya, proses produksi terhambat sehingga konsinyor bisa mengalami kerugian.

  • Tidak dipromosikan secara maksimal

Konsinyi yang pasif tentu berimbas pada promosi barang yang tidak maksimal. Akibatnya, konsumen atau pelanggan tidak mengetahui fungsi dan manfaat produk secara jelas.

  • Hasil penjualan barang tidak langsung diterima

Konsiyor umumnya harus mengikuti ketentuan dari konsinyi terkait dengan sistem pembayaran hasil penjualan barang titipan, apakah per minggu atau per bulan. Hal ini yang menyebabkan hasil penjualan barang tidak dapat diterima langsung oleh konsinyor. Penundaan penerimaan hasil penjualan ini akan berpengaruh pada proses produksi, di mana konsinyor harus memiliki modal lebih agar bisa terus berproduksi.

Tips memaksimalkan keuntungan dari sistem konsinyasi

Tujuan dilakukannya konsinyasi tentu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimal. Mungkinkah? Mungkin saja, jika sistem penjualan ini dilakukan dengan strategi yang benar. Berikut tips untuk melakukan konsinyasi agar keuntungan yang diperoleh bisa maksimal.

  • Lakukan survei sebelum menentukan pilihan konsinyi

Memilih konsinyi yang tepat merupakan ujung tombak bisnis Anda karena menentukan mampu tidaknya menunjang penjualan barang Anda. Meski banyak pilihan konsinyi untuk menitipkan barang, namun masing-masing tentu memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri baik dari aturan, lokasi, dan kredibilitasnya. Untuk itu, Anda perlu melakukan survei terlebih dahulu sebelum mempercayakan barang dagangan pada konsinyi tertentu. Pertimbangkanlah, lokasi konsinyi apakah strategis atau tidak, ramai dikunjungi konsumen atau pelanggan atau tidak, penjagaan barang aman atau tidak, pelayanannya baik atau tidak, dan sebagainya.

  • Kenali konsinyi dengan baik

Jika sudah menentukan pilihan konsinyi, maka kenalilah dengan baik. Jalin komunikasi yang intensif dengan pemilik toko tempat Anda menitipkan barang dagangan. Jika pemilik toko sulit untuk ditemui secara langsung, maka Anda bisa menjalin komunikasi secara pribadi melalui telepon, email, media sosial, dan lainnya. Intinya kenali konsinyi dan bangun kesan yang baik.

  • Lakukan pengecekan barang secara rutin

Meski konsinyi yang dipilih dapat dipercaya dan mampu memberikan jaminan keamanan pada barang titipan, ada baiknya jika Anda tetap melakukan pengecekan barang secara rutin mulai dari jumlah, kualitas, dan juga tanggal kadaluarsanya. Dengan mengecek barang secara rutin, Anda sekaligus melakukan quality control terhadap barang-barang yang dititipkan.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang apa itu konsinyasi dan definisi konsinyasi, semoga bermanfaat  bagi Anda semua.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA