Apa saja potensi yang menjadi penyebab konflik sosial dalam masyarakat?

“Tak ada asap jika tidak ada api”, begitulah kira-kira perumpamaan terjadinya konflik di masyarakat. Dimana, pasti ada penyebab yang membuat suatu ras, golongan, agama, dan suku dapat terlibat dalam pertentangan. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang majemuk dan rentan terhadap adanya konflik, sehingga memerlukan suatu keharmonisan guna menjaga keamanan dan ketentraman.

Konflik sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “configure” yang memiliki arti saling memukul. Secara sosiologis, konflik berarti sebagai sebuah proses sosial yang terjadi diantara dua orang atau bahkan lebih (bisa juga dalam bentuk kelompok). Pada umumnya, konflik dikenal sebagai suatu bentuk pertentangan atau perbedaan ide, pendapat, faham, atau juga kepentingan yang terjadi diantara dua pihak atau lebih.

Ahli sosiologi di Indonesia, yaitu Soerjono Soekanto menyimpulkan bahwa ada empat (4) faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat. Keempat faktor itu adalah perbedaan antar kebudayaan, perbedaan antar perorangan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial yang cepat.

Perbedaan Antar Perorangan (individu)

Dalam bermasyarakat, individu satu dengan yang lainnya tidak selalu sependapat mengenai pandangan tertentu. Tentunya hal ini disebabkan setiap individu mempunyai sifat dan karakter berbeda-beda, sehingga perbedaan inilah yang menjadi faktor terjadinya konflik di masyarakat.

(Baca juga: Apa Saja Akibat yang Ditimbulkan dari Konflik di Masyarakat?)

Perbedaan Kebudayaan

Indonesia memiliki perbedaan budaya yang beragam. Perbedaan ini dapat mendorong terjadinya konflik. Hal ini disebabkan perbedaan pola pikir, watak, tabiat, dan tingkah laku dari masing-masing kebudayaan berbeda. Selain itu, konflik yang diawali dari kebudayaan umumnya dikarenakan tidak ada rasa saling menghormati satu sama lain.

Perbedaan Kepentingan

Kepentingan dapat berarti luas. Perbedaan kepentingan dapat mencakup dari sisi politik, sosial budaya, ekonomi, keamanan, sumber daya, dan lainnya. Kenapa bisa terjadi? Pasalnya setiap orang memiliki maksud, tujuan dan kepentingan tertentu dalam suatu hal. Selain itu, konflik juga dipicu rasa saling tidak mau mengalah satu sama lain. Inilah penyebab terjadinya konflik di masyarakat.

Terjadinya Perubahan Sosial Yang Cepat

Kehidupan sosial di masyarakat merupakan hal yang dinamis, artinya selalu mengalami pembaharuan dan perubahan. kedinamisan yang terlalu cepat dapat memicu terjadinya disorganisasi serta ketidaksiapan masyarakat dalam menerimanya. Hal ini akan memantik konflik sosial dilingkungan masyarakat.

BUGURUKU.COM – Penyebab konflik dalam masyarakat, konflik dalam masyarakat bukan merupakan proses yang terjadi tiba-tiba. Peristiwa ini terjadi melalui proses yang ditandai oleh beberapa gejala dalam masyarakat. Gejala yang menunjukkan adanya konflik sosial dalam masyarakat antara lain :

  1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
  2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
  3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
  4. Sanksi terhadap pelanggar atas norma tidak tegas atau lemah.
  5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
  6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan  tidak sehat , Tindakan kontrofersial dan pertentangan (konflik).

Penyebak konflik sosial

Sedangkan beberapa gejala dalam masyarakat yang memiliki potensi menjadi penyebab konflik sosial antara lain

  1. Gejala menguatnya etnosentrisme kelompok. Etnosentrisme berasal dari kata etnos yang berarti suku sedangkan sentrisme berarti titik pusat. Dengan demikian etnosentrisme memiliki arti perasaan kelompok di mana kelompok merasa dirinya paling baik, palingbenar, paling hebat. Sehingga mengukur kelompok lain dengan nilai dan norma kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola dan sebagainya. Perkelahian pelajar terkadang disebabkan oleh rasa kelompoknya lebih baik, lebih kuat, dari kelompok pelajar lain.
  2. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya. Stereotip ini dapat terhadap kelompok agama, suku, ras, maupun golongan, seperti geng sepeda motor, kelompok remaja tertentu, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya. Stereotip mengakibatkan sikap prasangka terhadap suatu kelompok sesuai dengan anggapan negatif tersebut.
  3. Hubungan antar penganut agama yang kurang harmonis. Sikap fanatik yang berlebihan terhadap keyakinan masing-masing, dapat menimbulkan sikap tidak toleran terhadap agama lain. Berpegang teguh pada ajaran agama masing-masing adalah keharusan, namun kita tidak boleh memaksakan suatu keyakinan kepada orang lain. Keberagaman agama dapat menimbulkan perbedaan dalam mengatasi suatu persoalan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut dapat berkembang menjadi konflik apabila tidak mengembangkan sikap saling menghormati agama dan keyakinan orang lain.
  4. Hubungan antara penduduk asli dan penduduk pendatang yang kurang harmonis dapat menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat beragam. Ketidakharmonisan dapat terjadi diawali rasa ketidakadilan dalam bidang ekonomi, politik, ketersinggungan, keterbatasan komunikasi, dan sebagainya.

Baca juga Macam-Macam Sanksi yang melanggar hukum

Perbesar

Pengunjuk rasa berdemonstrasi untuk mendukung mereka yang dibombardir di Gaza. (JAAFAR ASHTIYEH/AFP)

Terdapat setidaknya 4 faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat, yaitu:

1.    Perbedaan Individual

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang pertama adalah adanya perbedaan individual. Setiap manusia adalah individu unik karena tidak pernah ada kesamaan mutlak antara seseorang dengan orang lain. Ketika terjadi interaksi antar individu, terjadilah perbedaan perasaan, pendapat, tujuan, dan keinginan yang menimbulkan konflik sosial.

Setiap pihak yang berkonflik akan berusaha melenyapkan lawannya, baik secara simbolik maupun tidak untuk dapat memenangkan kepentingannya. Sebagai contoh adalah pesta musik yang dilakukan pada malam hari di sebuah kampung. Sebagian individu akan terhibur dengan pesta musik tersebut. Namun, anggota masyarakat lain, yang mungkin memiliki bayi kecil atau yang hanya punya waktu istirahat pada malam hari, bisa saja berpendapat berbeda.

2.    Perbedaan Kebudayaan

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang selanjutnya adalah adanya perbedaan kebudayaan. Latar belakang budaya yang berbeda dapat memengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku individual dalam sebuah kelompok. Bahkan, dalam kelompok yang sama, tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan kebudayaan, karena budaya lingkungan keluarga yang membesarkan setiap individu berbeda-beda.

Ukuran yang dipakai oleh sebuah kelompok tidak akan sama dengan yang lain. Perbedaan ini dapat menimbulkan sikap etnosentrisme, sikap bahwa kelompok sendiri adalah yang paling baik, biasanya disertai dengan meremehkan kelompok lain. Dari hal ini bisa muncul konflik sosial dengan dasar perbedaan kebudayaan.

3.    Perbedaan Kepentingan

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang selanjutnya adalah adanya perbedaan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya. Pada dasarnya, setiap individual atau kelompok memiliki kepentingan berbeda terhadap sesuatu. Jika kepentingan ini dibenturkan, maka yang terjadi adalah "pertarungan" untuk menentukan kepentingan yang lebih dimenangkan.

4.    Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang selanjutnya adalah adanya perubahan sosial yang terjadi secara cepat dan mendadak akan menciptakan keguncangan proses sosial di dalam masyarakat. Faktor ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat jadi penting. Perubahan itu dapat berpengaruh pada bergantinya sistem nilai yang berlaku.

Hal ini terjadi karena setiap individual atau kelompok memiliki cara berbeda dalam menanggapi perubahan sosial tersebut. Ada yang cepat beradaptasi, ada yang menolak, dan sebagainya. Ada individu atau kelompok yang awalnya mendapatkan keuntungan atas sistem nilai terdahulu, kemudian setelah terjadi perubahan sosial, justru dirugikan. Sebaliknya, ada pula individu atau kelompok yang awalnya dirugikan, kemudian diuntungkan. Perbedaan cara pandang atas perubahan sosial inilah yang dapat menimbulkan konflik sosial.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA