Membandingkan Isi Teks Resensi Novel
Saat kalian ingin mahir untuk
menyusun sebuah resensi, maka kalian harus banyak membaca berbagai hasil
tulisan resensi milik orang lain. Dengan sering membaca, keterampilan kalian
dalam dunia kepenulisan resensi akan semakin terasah. Nah, oleh karena itu, berikut
ini akan disajikan dua teks resensi yang berbeda.
Bacalah dengan saksama, dan bandingkanlah kedua teks
resensi berikut ini dari segi kelengkapan unsur resensinya yang meliputi judul resensi, identitas buku, pembukaan, isi, dan penutup. Berikan komentarmu!
Teks Resensi 1
Petualangan
Bocah di Zaman Jepang
Pengarang : Suparto Brata
Penerbit : Penerbit Buku KOMPAS
Setelah
membaca novel yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba
Tidak Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya
Remy Sylado. Dalam novel Mencoba Tidak Menyerah, yang menjadi tokoh sentralnya
adalah bocah laki-laki berusia sepuluh tahun, sedangkan dalam novel Ca Bau Kan yang
telah diangkat ke layar lebar, digambarkan bagaimana keadaan Jakarta Kota era
zaman penjajahan Belanda dengan sangat detail. Lalu apa hubungannya dengan
novel Saksi Mata karya Suparto Brata ini?
Dalam
Saksi Mata, yang menjadi “jagoan” alias tokoh utamanya adalah bocah berusia dua
belas tahun bernama Kuntara, seorang pelajar sekolah rakyat Mohangakko dan
mengambil latar Kota Surabaya pada zaman penjajahan Jepang denganhalaman ini
sendiri sebenarnya merupakan cerita bersambung yang dimuat di Harian Kompas pada
rentang waktu 2 November 1997 hingga 2 April 1998.
Kisah
berawal saat Kuntara secara tidak sengaja memergoki buliknya Raden Ajeng
Rumsari alias Bulik Rum tengah berduaan dengan Wiradad di sebuah bungker perlindungan-belakangan
baru diketahui oleh Kuntara kalau Wiradad adalah suami sah dari Bulik Rum. Hal
itu membuat perasaan hatinya berkecamuk. Kuntara pun heran dengan apa yang
dilakukan oleh Bulik Rum yang selama ini selalu dihormatinya. Namun ia bisa
mengerti kalau ternyata Bulik Rum yang cantik ini menyembunyikan sejuta kisah
yang tak bakal disangka-sangka.
Bulik
Rum adalah “pegawai” tuan Ichiro Nishizumi, meski pekerjaan sehariharinya bekerja
di pabrik karung Asko. Sebenarnya Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi
tuan Ichiro Nishizumi tidak peduli dengan semua itu dan memboyongnya ke
Surabaya. Baik Wiradad maupun ayah Bulik Rum sendiri tidak mampu mencegah
keinginan Ichiro Nishizawa yang sangat berkuasa ini. Akan tetapi, Wiradad tidak
mau menyerah begitu saja dan segera menyusul Bulik Rum ke Surabaya.
Saat
Wiradad akan bertemu dengan Bulik Rum inilah terjadi sesuatu yang di luar
dugaan. Okada yang gelap mata ini segera mengambil samurai kecilnya hingga akhirnya
Bulik Rum menghembuskan nafas terakhir di bungker perlindungan. Okada yang
selama ini sangat dihormati oleh Kuntara tenyata memiliki tabiat tidak beda
dengan Tuan Ichiro Nishizawa.
Dari
sinilah awal kisah “petualangan” Kuntara dalam mengungkap kasus hilangnya Bulik
Rum hingga upaya untuk membalas dendamnya bersama dengan Wiradad kepada tuan
Ichiro Nishizawa dan juga Okada. Sejak kasus hilangnya Bulik Rum ini, keluarga
Suryohartanan–tempat Kuntara dan ibunya menetap–mulai terlibat dengan berbagai
kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak menginginkan keluarga ini terlibat
dengan permasalahan yang terjadi dengan sengaja menyembunyikannya. Dengan
segala “kecerdikan” ala detektif cilik Lima Sekawan Kuntara berupaya menyelesaikan
kasus ini bersama dengan Wiradad.
Sangat
jarang sekali novel-novel “serius” di Indonesia yang terbit dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir yang menggunakan tokoh utama seorang anak kecil, selain
dari novel Mencoba Tidak Menyerah-nya Yudhistira ANM, mungkin hanya novel
Ketika Lampu Berwarna Merah karya cerpenis Hamsad Rangkuti. Adalah hal yang
menarik apabila membaca cerita sebuah novel “serius” dengan tokoh utama seorang
anak kecil karena ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia
dan segala sesuatu yang terjadi, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Kita bisa
membayangkan bagaimana seorang Kuntara yang baru berusia dua belas tahun menanggapi
berbagai peristiwa yang terjadi dengan diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya
pada masa penjajahan Jepang dan dengan “kepintarannya” ia mencoba untuk
memecahkan persoalan tersebut. Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan
bagaimana bisa bocah dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?
Keunggulan
lain dari novel ini adalah penggambaran suasana yang detailnya mengenai Kota
Surabaya pada tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang), malah ada lampiran petanya
segala! Suasana kota Surabaya di zaman itu juga “direkam” dengan indah oleh
Suparto Brata. Kita bisa membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling
yang kala itu masih “berbau” Hindia Belanda karena nama-nama jalannya masih
menggunakan nama-nama Belanda. Juga tentang bungker-bungker–perlindungan yang
digunakan untuk bersembunyi kala ada serangan udara–kebetulan saat itu tengah
berkecamuk Perang Dunia II. Tidak ketinggalan juga tentang stasiun kereta api
Gubeng yang tersohor itu.
Sebagai
arek Suroboyo yang tentunya mengenal seluk beluk kota Buaya ini, Suparto Brata
jelas tidak mengalami kesulitan untuk melukiskan keadaan ini. Apalagi ia adalah
penulis yang hidup dalam tiga zaman, kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang
dan era kemerdekaan. Penggambaran suasana yang detail ini juga berkonsekuensi
kepada cerita yang cukup panjang meski tetap tanpa adanya maksud untuk
bertele-tele.
Novel
ini juga diperkaya dengan adanya kosakata dan lagu-lagu Jepang yang makin
menghidupkan suasana zaman pendudukan balatentara Jepang di Indonesia. Namun,
uniknya, tidak ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi, bagi
yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja.
(Sumber:
Dodiek Adyttya Dwiwa dalam Cybersastra.net dengan perubahan)
Judul : Bunga Cantik di Balik Salju
Pengarang : Titik Andarwati
Ketebelan Buku : 458 halaman
Lana
seorang wanita muda yang telah memutuskan untuk mengasuh Denniz anak temannya,
saat itu temannya meninggal ketika melahirkan. Denniz diasuh oleh Lana karena
ayahnya Brian tidak mau mengakui sebagai anaknya.
Dengan
hadirnya Denniz, menjadi sebuah pertentangan dari keluarga Lana, namun lama kelamaan mereka pun
menerima Denniz dan membantu merawatnya. Saat pertama mengasuh Denniz, Lana
berusia 19 tahun, diusianya yang ke 25 tahun Lana memutuskan untuk tinggal
sendiri merawat Denniz. Dia membiayai kebutuhan sehari-hari dengan bekerja staf
pengajar di lembaga pendidikan asing. Lana menjadi perempuan kebal ketika
orang-orang melihatnya kagum, iba, sinis, ataupun jijik saat seorang anak
Denniz memanggilnya mama. Lana mencintai Denniz dan dia anggap sebagai anaknya
sendiri, namun kebutuhan memiliki seorang pasangan harus ia pikirkan. Pada
suatu hari hadirlah Dhimas, laki-laki pujaan banyak wanita.
Seorang
Dhimas hanya mengetahui Lana seorang Ibu dengan satu anak, tapi dia menyukai
Lana walaupun seburuk apapun masa lalu Lana tanpa ia tahu keadaan sebenarnya. Pada
akhirnya mereka akan segera menikah, di suatu hari Dhimas mengajak Lana bertemu
keluarga besarnya disitulah terbuka rahasia Lana bahwa ia belum pernah
melahirkan anak.
Novel
ini bertemakan seorang wanita kuat dan memiliki hati yang baik, disaat usia
yang cukup muda ia harus merawat anak temannya. Tokoh-tokoh dalam novel ini
diantaranya Lana, Denniz, Dhimas, serta beberapa tokoh pembantu dan piguran.
Alur yang digunakan pada novel ini yaitu alur maju mundur, dimana Lana
mengisahkan kembali masa lalu hingga ankhirnya Dhimaz dan Lana menikah. Amanat pada
novel ini salah satunya adalah seorang anak dilahirkan ke dunia keadaan suci
tidak ada anak dilahirkan dalam keadaan haram.
Keunggulan
novel mengajarkan kepada pembaca tentang ketegaran, kuat, mandiri, yang
merupakan cantik yang sebenarnya. Kelemahan novel ini yaitu banyak sesi yang
cukup panjang sehingga membuat pembaca sedikit bosan.
Kesimpulannya,
novel Bunga Cantik di Balik Salju sangat bagus untuk dibaca terutama untuk kaum
wanita, novel ini memberkan banyak inspirasi sehingga patut menjadi contoh para
pembaca khususnya wanita Indonesia.
205
Bahasa Indonesia
A. Membandingkan Isi Berbagai Resensi untuk Menemukan Sistematika Sebuah Resensi
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: 1. memahami isi dan sistematika resensi;
2. membandingkan isi teks resensi.
Kegiatan 1
Memahami Isi dan Sistematika Resensi
Pada pembahasan pertama ini, kamu akan membandingkan isi teks resensi. Resensi adalah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai
suatu karya baik itu buku, ilm, atau karya lain. Tugas penulis resensi adalah memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya
apakah layak dibaca atau tidak.
Hal-hal yang dapat ditanggapi dalam resensi ialah kualitas isi, penampilan, unsur-unsur, bahasa, dan manfaat bagi pembaca. Unsur-
unsur atau sistematika yang terdapat dalam resensi di antaranya sebagai berikut.
1. Judul resensi 2. Identitas buku yang diresensi
3. Pendahuluan memperkenalkan pengarang, tujuan pengarang buku,
dan lain-lain 4. Intiisi resensi
5. Keunggulan buku 6. Kekurangan buku
7. Penutup
Di unduh dari : Bukupaket.com
Kelas XI SMAMASMKMAK
206
Perhatikanlah contoh teks resensi berikut berdasarkan penyajian isinya.
Judul resensi Valentino Rossi Sang Juara
Identitas buku Judul buku
: Otobiograi Valentino Rossi Andai Aku Tak
Pernah Mencobanya Judul asli
: he Autobiography of Valentino Rossi: what if
I had never tried it Penerjemah
: Doni Suseno Penerbit
: Februari 2016 Jumlah halaman : 302
Pendahuluan
Penulis memilih buku ini karena sangat digemari oleh anak muda terutama penggemar otomotif. Selain itu, buku tersebut mengungkapkan
rahasia perpindahan Valentino Rossi dari tim Honda ke tim Yamaha yang selama ini tidak terungkap oleh media.
Isi Resensi
Kemenangan demi kemenangan yang telah diraih Rossi bersama Honda membuat mereka yang berkecimpung dalam tim Honda mulai
beranggapan bahwa yang menentukan sebuah kemenangan adalah mesin motor, bukan pembalapnya. Mereka membandingkan Yamaha, salah satu
pesaingnya yang tidak pernah memenangi satu balapan pun karena mesin motornya memang kalah cepat dari Honda.
Sumber: www.image.issuu.com
Gambar 7.2 Sosok Valentino Rossi.
Di unduh dari : Bukupaket.com
207
Bahasa Indonesia
Tugas
Bacalah teks resensi di bawah ini dengan saksama Judul buku
: Teknik Bermain Gitar Penulis
: Famoya Penerbit
: Terbit Terang Surabaya Kota Penerbit
: Surabaya Tahun Terbit
: 1999 Jumlah Halaman : 80
Gitar merupakan sebuah alat musik yang sangat populer dengan “Gitaris” sebagai
sebutan untuk pemain gitar. Getar nurani menjadi seorang gitaris muncul alami yang
menciptakan kreasi meluap tidak kenal
waktu, yang mungkin sejenis akademi hanya sebatas formalitas belaka. Akan tetapi, nurani darah seni lebih memotivasi yang dicita-citakan.
Gitar adalah alat musik yang menghasilkan melodi indah dengan cara memetik senarnya. Bentuk gitar memengaruhi baik dan tidaknya suara
gitar. Dalam bermain gitar tidak hanya berpedoman teori nada minor dan mayor, melainkan dengan ketajaman perasaan dan mengatur senar gitar.
Selain itu untuk menghasilkan melodi yang indah tidak bisa asal petik, tapi menggunakan nada dasar dan menentukan kunci nada. Kunci nada
dalam sebuah lagu harus sesuai dengan kemampuan suara penyanyi. Dengan demikian lantunan lagu dapat dinikmati dengan indah.
Teknik Seni Bermain Gitar ini merupakan buku yang menarik. Itu terletak pada bab Body Gitar yang menjelaskan cara memilih gitar dan
kunci nada yang memberikan sugesti bahwa tanpa melihat nada tertentu, mendengar suaranya saja akan mampu membedakan jenis nada.
Setelah kamu membaca teks resensi di atas, lakukanlah analisis isi resensi berdasarkan format tabel berikut.
No. UnsurSistematika Resensi
Jawaban Tanggapan Isi
Resensi
1. Judul resensi
2. Identitas resensi
3. Pendahuluan
Sumber: www.ecs12.tokopedia.net
Gambar 7.3 Kover buku Bermain Gitar.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Kelas XI SMAMASMKMAK
208
No. UnsurSistematika Resensi
Jawaban Tanggapan Isi
Resensi
4. Isi resensi
5. Keunggulan buku
6. Kekurangan buku
7. Penutup
Kegiatan 2
Membandingkan Isi Teks Resensi
Bagaimanakah penilaianmu terhadap isi sebuah buku? Dapatkah kamu mengungkapkan penilaian tentang sebuah buku ke dalam bentuk resensi?
Pada pembahasan ini, kamu akan membandingkan isi dari teks resensi. Hal yang dibandingkan ialah dari penyajian isinya.
Tugas
Bacalah dengan saksama dua teks resensi berikut
Teks 1
Judul : Agar Menulis-Mengarang
Bisa Gampang Pengarang : Andrias Harefa
Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama Tahun Terbit : 2002
Halaman : i-xi + 103 halaman
Aktivitas menulis sering kali dikaitkan dengan bakat seseorang. Padahal, tidak
selamanya bakat dapat membuat aktivitas tulis-menulis menjadi selancar dan
semudah yang kita bayangkan. Berulang
kali para pakar menyatakan bahwa menulis merupakan pelajaran dasar yang sudah kita dapatkan semenjak duduk di bangku sekolah dasar bahkan
di taman kanak-kanak. Dengan kata lain, mengarang adalah keterampilan
Sumber: www.4.bp.blogspot.com
Gambar 7.4 Kover Buku Agar Menulis-Mengarang Bisa
Gampang.
Di unduh dari : Bukupaket.com
209
Bahasa Indonesia
sekolah dasar. Namun, sering kali ketika kita hendak menuangkan ide-ide kita dalam bentuk tulisan, sesuatu yang bernama “bakat” selalu menjadi
semacam “kambing hitam” yang harus siap dipersalahkan.
Mengarang bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, juga bukan merupakan hal yang sulit jika ada komitmen, janji pada diri sendiri tentu
saja, jika komitmen itu diniati untuk benar-benar ditepati. Komitmen, inilah satu lagi kata kunci agar proses menulis dan mengarang menjadi
mudah. Komitmen tersebut adalah janji pada diri sendiri bahwa saya akan menjadi penulis. Jadi, menulis itu bukan perlu bakat, sebab bakat tidak
lebih dari “minat dan ambisi yang terus-menerus berkembang”.
Jadi, jika “bakat” bermakna demikian, segala sesuatu memerlukan bakat, tidak hanya dalam soal tulis-menulis. Masalahnya kemudian, bagaimana
agar ambisi tersebut terus dipelihara sampai waktu yang lama? Jawabnya, “komitmen pada diri sendiri”.
Teks 2
Judul : Istanbul Kenangan Sebuah Kota
Penulis : Orhan Pamuk
Penerjemah : Rahmani Astuti Penerbit
: Serambi Tahun terbit : 2015
Tebal : 561
Istanbul atau dulunya dikenal dengan nama Byzantium merupakan kota yang
paling penting dalam sejarah. Kota ini menjadi ibu kota dari empat kekaisaran,
yaitu Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Romawi Timur, Kekaisaran Latin dan terakhir Kekaisaran Utsmaniyah. Penyebaran agama Kristen
mengalami kemajuan pada masa Kekaisaran Romawi dan Romawi Timur sebelum Utsmaniyah menakhlukkannya pada tahun 1453 di bawah
kepemimpinan Mehmed II Muhammad Al-Fatih yang mengubahnya menjadi pertahanan Islam sekaligus ibu kota kekhalifahan terakhir.
Kesultanan Utsmaniyah berakhir pada tahun 1922. Istanbul beralih menjadi Republik Turki pada tahun 1923. Namun tak banyak kemajuan
yang terjadi pada periode ini. Kota yang dahulunya pernah menjadi rebutan karena kekayaan dan posisinya yang strategis mendadak diabaikan
setelah Kesultanan Utsmani jatuh. Sebaliknya, kota ini menjadi lebih
Sumber: www.4.bp.blogspot.com
Gambar 7.5 Kover buku Istanbul.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Kelas XI SMAMASMKMAK
210
miskin, kumuh, dan terasing. Kegemilangan kota ini perlahan memudar. Rakyat hidup dalam kemiskinan dan penderitaan akan kenangan kejayaan
masa lalu.“Seakan-akan begitu kami aman berada di rumah kami, kamar tidur kami, ranjang kami, maka kami dapat kembali pada mimpi-mimpi
tentang kekayaan kami yang telah lama hilang, tentang masa lalu kami yang legendaris.” halaman 50.
Sebesar apa pun hasrat untuk meniru Barat dan menjalankan modernisasi, tampaknya keinginan yang lebih mendesak adalah terlepas
dari seluruh kenangan pahit dari kesultanan yang jatuh: lebih menyerupai tindakan seorang pria yang diputus cinta membuang seluruh pakaian,
barang-barang, dan foto-foto bekas kekasihnya. Namun, karena tidak ada sesuatu pun, baik dari Barat maupun dari tanah air sendiri, yang bisa
digunakan untuk mengisi kekosongan itu, dorongan kuat untuk berkiblat ke Barat sebagian besar merupakan usaha untuk menghapus masa lalu;
pengaruhnya pada kebudayaan bersifat mereduksi dan membuat kerdil, mendorong keluarga-keluarga seperti keluargaku yang, meskipun
senang melihat kemajuan Republik, melengkapi perabot rumah mereka layaknya museum. Sesuatu yang di kemudian hari aku ketahui sebagai
misteri dan kemurungan yang mewabah, kurasakan pada masa kanak- kanakku sebagai kebosanan, dan kemuraman, rasa jemu mematikan, yang
kuhubungkan dengan musik “alaturka” yang membuat nenekku tergerak untuk mengetuk-ngetukkan kakinya yang bersandal: aku melarikan diri
dari situasi ini dengan membangun mimpi” halaman 43.
Setelah membaca kedua cuplikan resensi buku di atas, kemukakanlah karakteristik resensi berdasarkan isi resensi dengan mengikuti format
berikut.
Isi Resensi Tanggapankomentar
Teks 1 Teks 2
………………………… …………………………
………………………… …………………………
………………………… …………………………
………………………… …………………………
…………………………
Di unduh dari : Bukupaket.com
211
Bahasa Indonesia
B. Menyusun Sebuah Resensi dengan Memperhatikan Hasil Perbandingan Beberapa Teks Resensi
Video yang berhubungan