Kondisi ini nggak hanya terjadi pada orang dewasa saja, bahkan bayi pun bisa memiliki milia. Nggak jarang, adanya bintik milia ini dianggap mengganggu penampilan. Namun tenang saja karena masalah kulit ini bisa diatasi kok. Yuk, liat hal apa saja yang perlu kamu lakukan untuk mencegah dan mengatasi munculnya milia di bawah ini.
1. Pakai sunscreen
Nggak hanya menyebabkan sun spot pada kulit, efek negatif lainnya dari terkena paparan sinar UV ialah menebalkan kulit. Ketika kulit wajah terpapar sinar UV, jaringan epidermis menebal dan keratin yang berada di bawahnya pun menjadi susah untuk keluar. Untuk itu, jangan lupa selalu pakai sunscreen untuk meminimalisir efek buruk dari sinar UV pada kulit ya, Teman Senka. Psst, pilih oil-free sunscreen supaya pori-pori kulit wajahmu tidak tersumbat.
2. Perhatikan Asupan Makan
Mengonsumsi makanan daging dan lemak berlebih ternyata juga menjadi salah satu faktor penyebab munculnya milia, lho. Perhatikan asupan makan dengan menyeimbangkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin. Sehingga, kondisi kulit juga terjaga dari dalam dan menghindari munculnya milia, serta masalah kulit lainnya.
3. Pakai retinol
Yes, kamu bisa mengurangi milia dengan menggunakan krim, lotion, atau serum yang mengandung retinol. Karena retinol merupakan vitamin A yang dapat mengeksfoliasi kulit dan membantu regenerasi sel pada kulit. Sebagai bentuk awal untuk meredakan milia yang muncul di permukaan kulit, aplikasikan retinol di area munculnya milia. Retinol dapat membantu sumbatan keratin muncul naik ke permukaan wajah, sehingga bisa dengan mudah keluar dan menghilang dengan sendiri.
4. Rutin Membersihkan Wajah
Last, but not least. Mungkin terlihat sepele, tapi rutinitas membersihkan wajah ini merupakan kunci dari kesehatan wajahmu, lho. Sad but true, bekas makeup, kotoran, dan bekas sunscreen pada permukaan kulit yang nggak hanya berakibat jerawat atau breakout, tapi juga dapat menyebabkan munculnya milia. Karena kotoran pada kulit wajah akan menumpuk pada pori-pori wajahmu dan berujung pada munculnya milia. Untuk itu, lakukan pembersihan ganda atau double cleansing setiap harinya, plus kamu bisa lakukan deep cleansing juga untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Nah, itu dia empat hal yang perlu kamu lakukan untuk mencegah dan meredakan milia pada kulit wajahmu. Seperti istilah, lebih baik mencegah daripada mengobati, baiknya perhatikan hal-hal dasar seperti menjaga asupan makan dan rutin membersihkan wajah. Senka Indonesia bisa membantu merawat dan menjaga kebersihan wajahmu. Pilih antara tiga jenis (oil-based, milk-based, dan water-based) facial cleanser Senka sesuai dengan preferensi dan jenis kulitmu. Lalu, akhiri dengan facial foam Senka sesuai dengan jenis kulitmu. Untuk deep cleansing dan mencerahkan kulit sekaligus, kamu bisa pakai varian Senka Perfect White Clay ya, Teman Senka.
KOMPAS.com - Milia adalah kista kecil berwarna putih atau keputihan di kulit.
Kondisi ini sering terjadi pada bayi dan paling sering muncul di wajah, meskipun bisa juga terjadi pada kelompok usia lain dan di bagian tubuh lainnya.
Milia tidak memerlukan perawatan. Pada bayi, milia biasanya hilang dalam beberapa minggu.
Baca juga: Kerap Ganggu Penampilan dan Mirip Jerawat, Apa Itu Milia?
Penyebab
Milia terjadi ketika kulit mati terperangkap di kantong kecil di permukaan kulit atau mulut.
Kondisi ini umum terjadi pada bayi baru lahir. Meski begitu, orang dewasa dapat mengembangkan milia di wajah.
Benjolan dan kista juga terjadi pada bagian tubuh yang bengkak (meradang) atau terluka.
Seprai atau pakaian yang kasar dapat mengiritasi kulit dan membuat kemerahan ringan di sekitar benjolan.
Milia yang teriritasi terkadang disebut "jerawat bayi".
Hal ini keliru karena milia tidak benar-benar berasal dari jerawat.
Gejala
Gejala dari milia meliputi:
- Benjolan keputihan seperti mutiara di kulit bayi yang baru lahir
- Benjolan yang muncul di pipi, hidung, dan dagu
- Benjolan keputihan seperti mutiara pada gusi atau langit-langit mulut (mungkin terlihat seperti gigi yang keluar dari gusi).
Diagnosis
Dokter seringkali dapat mendiagnosis milia hanya dengan melihat gejalanya di kulit atau mulut.
Tidak diperlukan pengujian untuk diagnosis kondisi ini.
Baca juga: Kenali Penyebab Milia dan Jenisnya
Perawatan
Milia biasanya tidak diobati, karena tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya.
Pada remaja atau orang dewasa yang merasa terganggu, dokter biasanya menganjurkan terapi medis seperti aplikasi reguler gel adapalen yang dijual bebas atau krim tretinoin yang merupakan resep dokter.
Ada juga pilihan pembedahan yang dapat melibatkan penggunaan jarum untuk menusuk milia dan memeras isinya.
Cryotherapy atau pembekuan kulit juga bisa dilakukan untuk menghilangkan milia.
Jangan mencoba memeras atau mengikis milia sendiri, seperti yang sering dilakukan pada jerawat.
Memeras milia dapat melukai kulit atau menyebabkan infeksi.
Tetapi ada beberapa tips yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu menghilangkan milia:
- Cuci wajah bayi setiap hari dengan air hangat dan sabun lembut
- Jangan gunakan lotion atau minyak untuk bayi
- Orang dewasa bisa mencoba perawatan yang dijual bebas untuk mengelupas kulit, yang berarti menghilangkan kulit mati
- Gunakan tabir surya.
Hubungi dokter jika milia tidak kunjung hilang atau merasa terganggu dengan keberadaannya.
Baca juga: Milia pada Bayi: Penyebab dan Cara Menghilangkan
Komplikasi
Milia tidak berbahaya. Namun, bentuknya yang nampak di wajah dapat membuat seseorang tidak percaya diri.
Milia juga bisa menimbulkan infeksi apabila tertekan atau diperas.
Pencegahan
Sebagian besar kasus milia tidak dapat dicegah.
Meski begitu, pada orang dewasa, risiko terkena milia dapat dikurangi dengan melakukan perawatan kulit seperti menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan, menghindari penggunaan krim/salep wajah yang kental, dan eksfoliasi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.