Alasan mengapa kerajaan Sriwijaya dikategorikan sebagai kemaharajaan bahari maritim adalah

Textbook

Penilaian

Sriwijaya merupakan kemaharajaan maritim luar biasa pada abad VII sampai dengan abad XIII. Akan tetapi, anehnya, pengetahuan tersebut baru tergali pada abad IX. Hal ini sebagai akibat langsung diaplikasikannya ilmu sejarah kritis dalam upaya “merajut kembali” masa lalu yang raib. Tak ayal, sebiji ungkapan Ranke—sejarawan yang memberikan reaksi terhadap aliran Romantisisme—“wie es eigentlich gewessen” (history as actually happened), menjelma landasan ortodoksi sejarah. Dalam memaparkan kroniknya, O.W. Wolters berusaha melakukan pembatasan yang tegas tanpa ampun. Objektivisme dan subjektivisme diposisikan selaku dua ufuk yang senantiasa dijauhkan antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian, bagaimanapun juga, pendekatan ini masih bersifat selektif dan elitis. Hal ini merupakan sebagian dari hak prerogatif penulis guna menentukan mana peristiwa yang perlu disebutkan dan mana yang tidak. Mulanya, Sriwijaya adalah kerajaan berbasis agraris. Demi mengubah status menjadi kerajaan maritim, ada empat tahap yang dilalui, yaitu: tahap pertama (683-750), Sriwijaya masih sangat kental dengan kegigihannya dalam bidang pertanian (agraris). Tahap kedua (750-1000), Sriwijaya mulai menampakkan diri selaku kerajaan maritim. Meskipun demikian, aktifitas agraris masih tetap dilaksanakan. Tahap ketiga (1000-1200), Sriwijaya genap menjadi kerajaan maritim internasional dengan kegiatan utamanya perniagaan. Pada masa inilah, Sriwijaya menggapai masa keemasan. Tahap keempat (sesudah 1200), Sriwijaya mengalami kemunduran drastis, dan pada tahun 1377 kerajaan ini dipecundangi oleh Majapahit. Sriwijaya telah berhasil menunjukkan kedigdayaannya. Hal tersebut dilandasi oleh ketajaman visi kemaritiman serta kesadaran yang tinggi terhadap keunggulan strategis letak geografi wilayah bahari Nusantara. Kerajaan ini sanggup menjadikan perniagaan sebagai titian menggapai kebesaran. Hal ini dibuktikan dengan kunjungan seorang utusan Cina ke Sriwijaya pada tahun 683 M yang dapat dianggap sebagai pertanda bahwa hubungan resmi antara Cina dan kerajaan dagang itu telah dimulai. Setelah itu, beberapa delegasi pun mulai dikirimkan pada 702, 716, 728, dan 742 M (halaman 285). Buku ini begitu menarik. Mengapa? Sebab, selain berkutat pada hal-ihwal Sriwijaya pada umumnya, penulis juga menyelipkan beberapa hal yang barangkali dinilai remeh oleh beberapa sejarawan, seperti kajian mengenai mur. Tepatnya pada halaman 125, dituturkan bahwa semasih zaman kuno, mur dikenal sebagai bdellium. Saking berkasiatnya, ia menggantikan guggulu sebagai obat pengasapan bermutu tinggi. Dalam hikayatnya, mur disebut oleh Hsu Piao selingkar tahun 500 M, dan seabad kemudian khasiat pengobatannya diketahui Chen Ch’uan. Selain itu, penulis juga menyertakan sirih (chavica aurculata miq). Tanaman yang kaya dengan kandungan zat, di antaranya hidroksikavicol, allylpyrokatekol, caryophyllene, cadinene, serta berkhasiat merangsang syaraf pusat, merangsang daya pikir, dan meningkatkan gerakan peristaltik tersebut sangat cocok dikonsumsi di daerah iklim dan tropis Asia Tenggara. Studi mendalam tentang Sriwijaya yang dilakukan O.W. Wolters akan sangat berguna bagi para akademisi, praktisi, maupun kaum penggandrung sejarah. Keintiman penulis dengan sejarah mengantarkan buku ini sanggup menghibahkan wawasan komprehensif mengenai kerajaan Sriwijaya serta gambaran awal perdagangan laut Nusantara yang berkecambah dan tumbuh pada abad III hingga abad VII. 

Menggelitik memang, jika kesuksesan niaga maritim Sriwijaya yang masyhur di serata dunia itu bukan lantaran perdagangan rempah-rempah, melainkan karena beraneka ragam jenis getah pohon yang mengantongi rimbun manfaat dalam bidang medis. Sesuatu yang membedakan buku tebal ini dengan beragam referensi lain, yang selalu mengaitkan antara kejayaan Sriwijaya dengan perdagangan rempah-rempahnya.

Jawaban yang tepat dari pertanyaan di atas adalah C.

Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut:

Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang beridiri pada abad ke-7 Masehi di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Asia Tenggara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Singapura, Semenanjung Malak, Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat dan Jawa Tengah.  Alasan Kerajaan Sriwijaya dikategorikan sebagai negara maritim adalah menguasai perdagangan dan pelayaran di Semenanjung Malaya, Selat Malaka, dan Selat Sunda.

Lihat Foto

Wikipedia Commons/Gunawan Kartapranata

Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8, membentang dari Sumatera, Jawa Tengah, hingga Semenanjung Malaya. Panah merah menunjukkan rangkaian ekspedisi dan penaklukan Sriwijaya.

KOMPAS.com - Kerajaan maritim adalah sebutan untuk kerajaan yang terletak di pesisir pantai dan masyarakatnya menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan laut, seperti perikanan, perdagangan, dan pelayaran.

Kerajaan maritim Nusantara berkembang di Sumatera, Jawa, dan Kepulauan Maluku.

Salah satu kerajaan maritim Nusantara yang sangat kuat dan memiliki armada laut besar adalah Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya mulai muncul pada abad ke-7, lebih tepatnya pada 683 M.

Kerajaan yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa ini disebut sebagai kerajaan maritim pertama di Indonesia.

Berdasarkan prasasti peninggalannya, Kerajaan Sriwijaya terletak di tepi Sungai Musi, atau sekitar Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Pada masanya, kerajaan maritim ini pengaruhnya meliputi Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Filipina.

Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional sehingga meningkatkan kehidupan social ekonomi negaranya.

Faktor yang mendorong pernyataan ini adalah Sriwijaya berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara.

Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Letak, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim terbesar

Di Nusantara kerajaan pemegang hegemoni dan mempunyai andil besar dalam meramaikan perniagaan internasional pada abad ke-7 adalah Kerajaan Sriwijaya.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya mengalami keberhasilan di beberapa bidang.

Salah satunya dalam bidang maritim, dengan menguasai jalur perdagangan melalui Selat Malaka, Selat Sunda, dan Semenanjung Malaya.

Rakyatnya pun hidup dengan makmur karena kerajaan mendapatkan banyak pemasukan dari pajak kapal-kapal dagang yang melintas.

Berikut ini beberapa alasan mengapa Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim terbesar di Nusantara.

Menjalin hubungan luar negeri

Sebagai kerajaan maritim berpengaruh, Kerajaan Sriwijaya melakukan transaski perdagangan dengan para saudagar dari China.

Selain itu, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan India, Burma, Kamboja, Filipina, Persia, dan Arab.

Kedatangan bangsa-bangsa Asing ke Sriwijaya karena di wilayahnya terdapat banyak barang dagangan yang dibutuhkan, seperti kapur barus, mutiara, kayu, rempah-rempah, gading, perak, emas, dan sebagainya.

Letaknya strategis

Lokasinya yang berada di tepi Sungai Musi membuat letak Sriwijaya sangat strategis karena berada di daerah lintasan pelayaran dan perdagangan internasional.

Hal ini bahkan berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara pada masanya.

Memiliki angkatan laut yang kuat

Untuk menjaga stabilitas kerajaan, dibangunlah armada laut yang kuat supaya dapat mengatasi gangguan di jalur pelayaran.

Selain itu, jalur-jalur utama kegiatan pelayaran dan perdagangan dapat dikontrol secara ketat.

Dengan begitu, kapal dagang dapat terjamin keamanannya dan semakin mendorong pedagang singgah di wilayahnya.

Angkatan laut Kerajaan Sriwijaya ditempatkan di berbagai pangkalan strategis dengan tugas mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh, memungut biaya cukai, serta mencegah terjadinya pelanggaran laut di wilayah kedaulatan dan kekuasaannya.

Baca juga: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya

Faktor pendorong Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim terbesar

Pengaruh kemajuan pelayaran dan perdagangan antara India dan China terhadap perkembangan perekonomian Kerajaan Sriwijaya adalah perdagangan di Sriwijaya menjadi ramai.

Beberapa faktor yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya berpotensi besar dalam bidang perdagangan adalah sebagai berikut.

  • Letaknya yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
  • Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi Selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya
  • Hasil bumi Sriwijaya dan sekitarnya sebagai komoditas perdagangan berharga, terutama rempah-rempah dan emas
  • Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam
  • Telah menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah Genting Kra sebagai pusat perdagangan

Referensi:

  • Winarsih, Sri. (2018). Sejarah dan Dunia Maritim Indonesia. Tangerang: Loka Aksara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA