5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Buku paket siswa dibutuhkan guna menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah. Maka dari itu, guru diharapkan dapat memilih buku paket yang sesuai untuk siswa di kelasnya. Untuk dapat membuat pilihan yang terbaik, guru harus mengevaluasi buku paket yang akan dipilihnya. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan supaya bisa mendapatkan buku paket yang terbaik salah satunya adalah pemilihan penerbit.

Jadi, guru yang ingin memilih buku paket siswa harus melihat penerbit yang tentu saja akan menerbitkan buku tersebut. Sebelum buku dicetak, biasanya akan dilakukan penyuntingan terlebih dahulu. Dan penyuntingan ini akan dilakukan oleh penerbit yang profesional. Maka dari itu, berikut ini ada beberapa rekomendasi penerbit untuk buku paket siswa yang bisa dijadikan referensi bagi guru di sekolah:

1.  Penerbit Erlangga

Rekomendasi penerbit buku paket siswa yang pertama adalah penerbit Erlangga. Penerbit Erlangga atau Erlangga Group merupakan penerbit yang ada di Indonesia.

Erlangga adalah salah satu penerbit legendaris sebab sudah ada sejak tahun 1952. Awalnya, Erlangga hanya menerbitkan buku pelajaran saja. Tapi sekarang ini, dengan usianya yang sudah lebih dari setengah abad, penerbit Erlangga mendapatkan posisi yang mapan sehingga kualitas dari buku-buku terbitannya sudah tidak perlu diragukan lagi.

2.  Penerbit Yudhistira

Rekomendasi penerbit buku paket siswa kedua ada penerbit Yudhistira. Perlu diketahui, Yudhistira adalah perusahaan penerbitan yang sudah didirikan sejak tahun 1971 silam. Awalnya, Yudhistira menggunakan merek Ghalia Indonesia. Dulunya, cetakan dari penerbit ini adalah buku-buku hoku, sosial, politik, perundang-undangan, dan ekonomi.

Tapi mulai tahun 1978, merk Ghalia Indonesia akhirnya diubah menjadi Yudhistira. Sejak tahun ini juga buku-buku yang dicetak dan diterbitkan adalah buku-buku pelajaran. Dan saat ini, Yudhistira masih melayani pembelian buku paket siswa untuk tingkat SD hingga SMA. Dan buku-buku teks untuk perguruan tinggi diproduksi dengan nama Ghalia Indonesia.

3.  Penerbit Tiga Serangkai

Penerbit Tiga Serangkai menjadi rekomendasi penerbit untuk buku paket siswa selanjutnya yang dapat dipilih guru. Penerbit ini sudah berdiri sejak tahun 1958 silam. Tidak hanya menerbitkan buku pelajaran saja, tapi penerbit ini juga menerbitkan buku-buku lain seperti buku motivasi, buku anak, resep makanan, buku biografi, dan sebagainya.

4.  Penerbit Intan Pariwara

Siapa sih yang tidak kenal dengan penerbit satu ini? Penerbit Intan Pariwara sudah berdiri sejak tahun 1982 silam. Jadi sudah beberapa puluh tahun ini penerbit Intan Pariwara turut membantu Indonesia dalam mencerdaskan bangsa.

Ada banyak terbitan Intan Pariwara mulai dari ilmu pengetahuan, lagu anak-snak, hingga buku yang berisikan latihan AKM.

5.  Ganeca Exact

Dan terakhir ada penerbit Ganeca Exact. Penerbit ini menerbitkan banyak buku pelajaran mulai dari buku pendidikan agama, buku Matematika dari jenjang SD hingga SMA. Anda bisa memilih buku paket siswa dari penerbit ini karena kualitasnya sudah terbukti.

Itulah beberapa penerbit buku paket yang bisa dipilih. Bagi para guru yang ingin menerbitkan buku caranya sangat mudah. Satu syarat pasti yang harus dipenuhi adalah kemampuan dalam membuat tulisan yang enak dibaca dan mudah dipahami. Kemudian setelah memiliki naskah yang sudah tersusun, dapat mengirim naskah tersebut ke penerbit yang dipercaya. 

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Ikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) “Menulis Artikel Populer” angkatan keempat yang diselenggarakan oleh e-Guru.id melalui link berikut ini:

DAFTAR DIKLAT

Dapatkan harga spesial untuk mengikuti diklat di atas serta gratis diklat setiap bulan dengan menjadi member e-Guru.id. Lakukan pendaftaran menjadi member dengan link berikut ini: 

DAFTAR MEMBER

Info lebih lanjut silakan menghubungi kontak berikut ini:

WhatsApp: 6285869433931

(ctr/shd)

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Irfan Aulia, Dari Musisi Mendirikan Perusahaan Penerbit Lagu Hingga Belajar Hukum Secara Otodidak

“Kuasai commercial terms dan legal terms secara self-taught, merupakan kunci sukses Irfan dalam membangun bisnis music publisher terbesar di industri musik indonesia.”

Irfan Aulia, Sarjana Komputer (S.Kom) dari Universitas Bina Nusantara (BINUS)  yang kini menjelma sebagai founder dan managing director salah satu music publisher atau penerbit lagu. Kepada KlikLegal Irfan bercerita, music publisher adalah perusahaan yang mengeksploitasi, mengadministrasi, memproteksi, dan mengelola hak cipta lagu.

“Jadi kalau saya bilang, misalnya saya mau mengelola lagu-lagunya Naif, berarti saya bekerjasama dengan para pencipta lagu Naif. Saya kerjasama dengan David Bayu dan Fajar. Bukan band Naif-nya, dimana mereka pencipta lagu yang dinyanyikan oleh band Naifnya,” katanya di Jakarta Selatan, Kamis (12/3) lalu.

Irfan mengatakan mulanya terjun di industri musik pada tahun 2005 sebagai guitarist dan composer grup band Samsons. Jikalau bernostalgia lagu-lagu seperti “Kenangan Terindah” dan “ Naluri Lelaki”  menjadi primadona pada waktu itu, dan bahkan sampai saat ini menjadi suatu karya yang entitasnya terus hidup mewarnai para pecinta dan penikmat lagu-lagu Samsons di mana pun berada.

Seiring waktu, tahun 2006 Irfan membentuk Massive Music Entertainment (MME) sebagai minor label dan terus berkembang sampai akhirnya pada tahun 2013 sebagai professional publisher. Divisi di MME sendiri terdiri atas Licensing dan Marketing; Membership, Documentation and Distribution (MDD), HR, Finance, dan Legal. Menurutnya, MME dalam kurun waktu 2006-2013 tidak melayani pengelolaan hak cipta kecuali untuk katalog Massive Music yang mana diantaranya lagu-lagu Samsons dan Seringai.

“Tapi setelah 2013 kita officially membuka diri untuk mengelola lagu-lagu lainnya dari teman-teman pencipta lagu,” lanjut Irfan.

Adapun yang menjadi latar belakang Irfan membentuk ini, karena terlalu banyak, khususnya musisi yang tidak memperhatikan industri hak cipta.

“Hak cipta sendiri memang sudah ada UU-nya, tapi memang game play-nya, bagaimana ini menjadi industri yang baik, industri yang melandaskan pada kesejahteraan para pencipta lagu pada saat itu memang belum marak. Kebetulan juga saya memang dibesarkan oleh industri musik, buat saya ini sebagai bentuk bakti kembali kepada industri yang membesarkan saya,” terang Irfan.

Irfan mengungkapkan terkait hak ekonomi yang dikelola oleh MME sendiri merujuk pada Pasal 9 (1)  UU 28/2014 tentang Hak Cipta yang menyebutkan Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: penerbitan ciptaan, penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya, penerjemahan ciptaan; pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan, pendistribusian ciptaan atau salinannya, pertunjukan ciptaan; pengumuman ciptaan, komunikasi ciptaan; dan penyewaan ciptaan.

Namun, guna menyederhanakannya, MME merujuk pada Digital Millennium Copyright Act (DMCA), yaitu aturan yang mengatur tentang hak cipta atas konten digital di Amerika Serikat, setidaknya ada empat hak ekonomi pencipta lagu yang dapat dikelola di Indonesia: Pertama: Hak Reproduksi; Kedua: Hak Derivatif, Ketiga: Hak Distribusi Keempat: Hak Menampilkan Kepada Publik (Performing Rights). Tiga hak pertama dikelola langsung oleh MME, sedangkan performing rights dikelola oleh LMK dan LMKN yang dikuasakan oleh MME dan Pencipta lagu. Terkait penjelasan lebih lanjut, menurut Irfan dapat dilihat pada website maupun sosial media MME.

Berikutnya, Irfan menjelaskan saat  ini  hampir 500 pencipta dan 5000 lagu yang dikelola hak ekonominya oleh MME. Banyak sekali pencipta lagu papan atas yang berada di bawah naungannya.

“Misalnya lagu-lagunya Tulus, Raisa, Near, Afgan dan Rossa, juga dari lagu dari grup band Naif, Andra and the Backbone, dan Koes Plus, termasuk juga lagu dangdut dari Lesti (Kejora) dan Rita Sugiarto, dst,” ujarnya.

Kesuksesan Irfan bersama MME-nya bukan tanpa sabab, dia mengungkapkan rahasia dalam membangun bisnis ini. Di berbagai kesempatan Irfan banyak mendapat apresiasi karena kepiawaiannya dalam menjelaskan bisnis pada industri musik bahkan termasuk pada aspek hukumnya.

“Pada prinsipnya dalam bisnis itu ada 2 hal yaitu  commercial terms dan legal terms, kalau kita bicara commercial terms bagaimana bisnis itu menjadi logic secara komersial untuk dilakukan. Saya punya mug tumbler, jri gua mau jual sama lo harganya 2 Miliar, lu bisa ambil ni, mau gak beli? ndak mau dong. Berarti function sama harga dua hal yang berbeda, itu commercial terms. Dalam konteks tersebut sama seperti hak cipta, saya mau pakai lagu dong, saya promosikan ndak usah bayar deh, yang anda jawab sebenarnya logika. Saya misalnya memberikan ini for free berarti saya harus invest dong dalam produksi kamu, itu hal logic kita bicarakan. Sehingga ketika bicara sama pengguna seperti platform-platform digital dan itu dirasa sama-sama make sense kan tinggal dirajut dalam bentuk legal terms” jelas Irfan.

Semua hal diatas dipelajari Irfan secara self-taught (otodidak) karena menurutnya terbentuknya suatu bisnis dalam industri musik di awali dari satu disrupsi. Bahkan Irfan mempelajari legal terms dalam industri musik dari teman dan orang-orang hebat yang  berlatar belakang sarjana hukum disekitarnya, termasuk pelajaran berharga didapatkannya dari pengacara kondang Hotma Sitompul yang merupakan orang tua dari mantan vokalis Samsons.

“Dulu waktu dengan Samsons, kebetulan salah satu personil kami orang tuanya (Hotma Sitompul) pengacara. Saya tidak diajarin hak cipta sama beliau, tapi saya diajari hal yang lebih kritikal lagi “melihat masalah”. Itu buat saya paling berharga. Jadi ilmu yang diberikan itu bagaimana saya melihat masalah dan bagaimana menyelesaikannya tanpa masalah,” terangnya.

Irfan juga mengatakan selain dirinya, musisi lain yang fokus dengan pengelolaan hak cipta ada lagi, namanya Candra Darusman, beliau bukan Sarjana Hukum tapi Sarjana Ekonomi (FE UI). Sama dengan Irfan baik legal terms maupun commercial terms beliau menguasainya secara kontekstual.

Selain itu, berbagai penghargaan telah diraihnya bersama MME, yang mana pencipta lagu yang berada dibawah naungannya, Eross dan Yura Yunita dua tahun berturut-turut sebagai pencipta lagu terbaik dalam ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards, kemudian lagunya Judika “Jikalau Kau Cinta” juga memenangkan Anugerah Planet Muzik (APM) di Singapura, termasuk juga berbagai penghargaan lainnya yang dapat dilihat pada website MME.

Lebih lanjut, Irfan menjelaskan MME sendiri saat ini bergabung dengan Asosiasi Penerbit Musik Indonesia (APMINDO) yang telah berdiri sejak tahun 1997 dan merupakan yang terbesar di Indonesia. Melalui organisasi ini para anggota dan organ terkait bersepakat untuk merawat industri musik, mensejahterakan anggotanya, dan melakukan good governance dalam industrinya.

MME juga rutin melakukan edukasi seperti: seminar, informasi di media sosial, dan website. “Jadi kita itu harus berbicara bukan hanya pada pencipta tapi juga pengguna. Kepada pencipta kita berbicara apa saja yang menjadi hak mereka yang diproteksi, dan sejauh apa di eksploitasi. Pada user juga sama ketika mereka ingin menggunakan lagu seperti apa sih selayaknya penggunaan lagu yang baik dan benar,” jelasnya.

Terkait isu yang cukup fenomenal sekarang ialah fenomena cover yang banyak sekali dilakukan di Indonesia. Menurutnya selama berizin harusnya tidak ada masalah, namun banyak pelaku mengcover lagu tanpa izin dari penciptanya.

“Buat saya, cover itu promosi atau pelanggaran jawabannya juga normatif, selama pencipta merasa tidak dirugikan, maka sepertinya tidak bisa disimpulkan pelanggaran. Tapi menjadi tidak relevan ketika pencipta merasa dirugikan artinya dilanggar. Hak moral sederhananya, sedikit sekali peng-cover lagu yang menyebutkan penciptanya, yang disebutkan hanya performer-nya. Ini satu saja sudah melanggar hak moral,” tukasnya.

Sebagai penutup, Irfan menyampaikan saran bagi pencipta lagu diluar sana yang belum mendaftarkan hak ciptanya untuk dikelola oleh penerbit lagu. Dewasa ini, banyak sekali fenomena pencipta di hari tuanya tidak mempunyai keuangan yang cukup atau setelah meninggal dunia ahli warisnya tidak memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptanya. Hal ini terjadi karena pencipta tidak melakukan pengelolaan hak ekonomi atas hak cipta berupa lagu kepada penerbit lagu atau music publisher.           

“Saran saya, yang perlu dilakukan mencari tahu sebenarnya profesimu itu ngapain aja, kenalilah profesimu lebih baik, kalau kamu pencipta lagu selain membuat lagu yang baik adalah bagaimana menjaga lagu tersebut secara baik. Karena tidak ada lagi yang bisa mendorong pencipta lagu untuk mempelajari lagu atau hak cipta atau haknya dia atas lagu tersebut selain pencipta itu sendiri,” tutup Irfan.

SF

Dipromosikan

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Ketika industri musik terus mengalami transformasi digital, pasar musik rekaman global mengalami periode perubahan cepat. Untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini dan menghindari gangguan, banyak label rekaman telah menandatangani kesepakatan lisensi dengan penerbit musik untuk memanfaatkan katalog lagu mereka yang luas.

Seorang penerbit musik adalah organisasi yang memiliki atau mengelola hak penerbitan atas lagu atau koleksi lagu, seperti album, acara TV, video game atau film. Penerbit musik dapat menjadi bisnis independen yang berfokus pada mendaftarkan dan melacak lagu dan menjual hak terkait ke bisnis lain atau mereka dapat menjadi departemen label rekaman yang menangani layanan yang sama untuk perusahaan induknya.

Di bawah ini kita melihat beberapa penerbit musik terbesar di seluruh dunia-baik independen maupun di rumah-berdasarkan pendapatan mereka dari musik yang direkam.

Grup Penerbitan Musik Universal

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Universal Music Publishing Group (UMPG) adalah penerbit musik terbesar di dunia, membanggakan koleksi lebih dari satu juta lagu. UMPG adalah divisi dari Universal Music Group (UMG), yang merupakan perusahaan musik terbesar di dunia, dan perusahaan rekaman terbesar berdasarkan pendapatan dan kapitalisasi pasar. Umum memiliki atau mengelola hak penerbitan ke lebih dari sepertiga dari semua lagu yang direkam sejak munculnya rekaman suara modern. UMPG, bersama dengan EMI Music Publishing, Sony/ATV Music Publishing, dan Warner/Chappell, mengendalikan sekitar 70% dari industri penerbitan musik di seluruh dunia. is the largest music publisher in the world, boasting a collection of more than one million songs. UMPG is a division of Universal Music Group (UMG), which is the largest music company in the world, and the largest record company by revenue and market capitalization. UMUM owns or administers the publishing rights to more than one-third of all the songs recorded since the advent of modern sound recording. UMPG, along with EMI Music Publishing, Sony/ATV Music Publishing, and Warner/Chappell, controls approximately 70% of the music publishing industry worldwide.

Universal Music Publishing Group memiliki lebih dari 1.000 karyawan di seluruh dunia dan $ 2 miliar dalam pendapatan tahunan. UMPG berkantor pusat di New York City, dengan kantor di Los Angeles, London, Stockholm, Berlin, Paris, Sydney dan Beijing. Perusahaan ini adalah penerbit musik terbesar di dunia berdasarkan jumlah lagu yang dikendalikannya. UMPG juga mengontrol lebih banyak 40 hit teratas daripada perusahaan penerbitan musik lainnya.

Beberapa lagu UMPG yang paling terkenal termasuk "Paperback Writer" oleh The Beatles, "Sloop John B" oleh The Beach Boys, "Imagine" oleh John Lennon, "My Cherie Amour" oleh Stevie Wonder, dan "Recorm" oleh Aretha Franklin.

Sony Music Corp.

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Sony Music Entertainment adalah salah satu penerbit musik terbesar di dunia. Perusahaan ini adalah salah satu penerbit musik global "Big Three" bersama Warner/Chappell dan Universal/EMI. Sony memiliki atau mengelola hak penerbitan lebih dari tiga juta lagu. Mereka juga memiliki minat ekuitas dalam hak musik global, agen hak musik paling agresif di dunia, yang telah mendaftarkan lebih dari 10 juta komposisi di seluruh dunia. is one of the world’s largest music publishers. The company is one of the “Big Three” global music publishers alongside Warner/Chappell and Universal/EMI. Sony owns or administers the publishing rights to more than three million songs. They also holds an equity interest in Global Music Rights, the world’s most aggressive music rights agency, which has registered more than 10 million compositions worldwide.

Sony Music Publishing, sebuah divisi dari Sony Music Entertainment, adalah penerbit musik terbesar di Jepang, salah satu yang terbesar di dunia berdasarkan jumlah komposisi yang dikendalikan, dan yang terbesar kedua berdasarkan jumlah rekaman yang diterbitkan. Perusahaan memiliki lebih dari 8.000 karyawan dan memiliki lebih dari $ 2 miliar pendapatan pada tahun 2018.

Sony Music Publishing berkantor pusat di New York City dan Tokyo dengan kantor di London, Sydney, Paris dan Stockholm.

Warner Music Group

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Warner/Chappell Music Publishing adalah lengan penerbitan Warner Music Group, salah satu dari penerbit musik global "Big Three". Berkantor pusat di Los Angeles dengan kantor di New York City, Miami, Nashville, London, Melbourne, Munich, dan Berlin, Warner/Chappell mengelola atau memiliki hak penerbitan atas lebih dari dua juta lagu. Perusahaan ini memiliki pendapatan $ 1,5 miliar pada tahun 2018. Mereka adalah penerbit musik terbesar ketiga di dunia berdasarkan jumlah komposisi yang dikendalikannya. is the publishing arm of Warner Music Group, one of the “Big Three” global music publishers. Headquartered in Los Angeles with offices in New York City, Miami, Nashville, London, Melbourne, Munich, and Berlin, Warner/Chappell administers or owns the publishing rights to more than two million songs. The company had $1.5 billion in revenue in 2018. They are the world’s third-largest music publisher based on the number of compositions it controls.

Beberapa lagu perusahaan yang paling terkenal termasuk "Selamat Ulang Tahun untuk Anda" (ya, yang itu), "Blowin 'In The Wind", "This Land Is Your Land", "Stand By Me", "Unchained Melody", dan " Kapal selam Kuning". that one), “Blowin’ in the Wind”, “This Land is Your Land”, “Stand by Me”, “Unchained Melody”, and “Yellow Submarine”.

Manajemen Hak BMG

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

BMG Rights Management adalah salah satu penerbit musik terbesar di dunia, dengan katalog luas lebih dari 10 juta komposisi, mereka juga memiliki atau mengelola hak penerbitan ke lebih dari dua pertiga dari semua musik klasik yang pernah ditulis dan lebih dari setengah dari semua jazz komposisi. is one of the world’s largest music publishers, with an extensive catalog of more than 10 million compositions, they also own or administer the publishing rights to more than two-thirds of all classical music ever written and more than half of all jazz compositions.

Mereka juga penerbit musik terbesar ketiga di dunia berdasarkan jumlah komposisi yang dikendalikannya. Mereka memiliki hak penerbitan atas lebih dari 100.000 komposisi musik dari komposer klasik yang hebat, seperti Bach, Beethoven, Brahms, dan Chopin.

BMG berkantor pusat di Berlin dengan kantor di New York City, London, Madrid, Milan, dan Paris, dengan pendapatan $ 2 miliar pada tahun 2018. Perusahaan ini didirikan pada 2008 oleh perusahaan ekuitas swasta Jerman, Bertelsmann Foundation.

Hak Musik Global

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Global Music Rights adalah agen perizinan musik yang telah mendaftarkan lebih dari 10 juta komposisi di seluruh dunia. Perusahaan ini adalah pesaing untuk penerbit musik "Big Three". Mereka juga telah mengajukan tuntutan hukum terhadap label rekaman utama dan penerbit musik, menuduh pelanggaran hak cipta. Global Music Rights berbasis di Los Angeles dan didirikan oleh Irving Azoff, yang juga CEO perusahaan. Azoff dikenal secara luas sebagai mantan CEO Ticketmaster dan pendiri perusahaan hiburan Raksasa Produksi. is a music licensing agency that has registered over 10 million compositions worldwide. The company is a competitor to the “Big Three” music publishers. They have also filed lawsuits against major record labels and music publishers, alleging copyright infringement. Global Music Rights is based in Los Angeles and was founded by Irving Azoff, who is also the company’s CEO. Azoff is widely known as the former CEO of Ticketmaster and the founder of the entertainment company Giant Productions.

Global Music Rights menuntut label rekaman utama dan penerbit musik untuk apa yang disebutnya "masalah besar dan berkembang dari pelanggaran musik." Dengan mendaftarkan komposisi yang digunakan tanpa lisensi yang tepat, GMR melindungi penulis lagu, seniman dan pemegang hak agar tidak dieksploitasi oleh pihak lain, sambil memungkinkan mereka untuk diberi kompensasi atas penggunaan pekerjaan mereka.

Concord Music Group

5 perusahaan penerbit musik teratas 2022

Concord Music Group adalah salah satu penerbit musik independen terbesar di dunia. Perusahaan memiliki atau mengelola hak penerbitan lebih dari tiga juta lagu, termasuk musik dari artis seperti Aretha Franklin, Bob Dylan, Eminem, Stevie Wonder, dan Thelonious Monk. Katalog penerbitan Concord juga mencakup komposisi oleh legenda country Hank Williams, Willie Nelson dan Roy Orbison. is one of the world’s largest independent music publishers. The company owns or administers the publishing rights to more than three million songs, including music from artists like Aretha Franklin, Bob Dylan, Eminem, Stevie Wonder, and Thelonious Monk. Concord’s publishing catalog also includes compositions by country legends Hank Williams, Willie Nelson and Roy Orbison.

Concord Music Group berkantor pusat di Beverly Hills, CA. Perusahaan memiliki pendapatan $ 292 juta pada tahun 2018.

Menyimpulkan

Industri penerbitan musik terdiri dari sekelompok kecil perusahaan yang mengendalikan hak atas lagu -lagu paling populer di Bumi. Dengan munculnya layanan streaming musik seperti Spotify, Pandora, dan Apple Music, penerbit ini mendapatkan royalti setiap kali lagu mereka diputar.

Tiga perusahaan penerbitan besar mengendalikan mayoritas hak musik dunia, dan mencari untuk mendiversifikasi bisnis mereka di luar hak rekaman yang sehat. Melalui kendali mereka atas industri penerbitan musik, perusahaan -perusahaan besar ini menetapkan aturan tentang bagaimana industri musik modern beroperasi., and are looking to diversify their businesses beyond sound recording rights. Through their control of the music publishing industry, these large companies set the rules for how the modern music industry operates.

Apa 3 penerbit musik terbesar?

Menurut bisnis musik di seluruh dunia, statistik menunjukkan bahwa Sony Music Publishing, Universal Music Publishing Group, dan Warner Chappell Music masing -masing mengambil bagian terbesar dari trek teratas dunia. 10 juta lagu dimiliki atau dikelola secara kolektif antara ketiga kelompok di dunia pertama.Sony Music Publishing, Universal Music Publishing Group, and Warner Chappell Music each take a lion's share of the world's top tracks. 10 million songs are either owned or administered collectively between the three groups in a world first.

Apa perusahaan penerbitan terbaik untuk musik?

Penerbitan Musik Kobalt.Kobalt adalah penerbit admin yang bangga membayar anggota mereka lebih banyak uang, lebih cepat.....
Penerbitan Musik Pusat Kota.....
Penerbitan Musik Sony ATV.....
Penerbitan Musik Concord.....
Grup Penerbitan Musik Universal ..

Apa penerbit musik terbesar di dunia?

Sony Music Publishing (sebelumnya Sony/ATV Music Publishing) adalah penerbit musik terbesar di dunia, dengan lebih dari lima juta lagu dimiliki atau dikelola pada akhir Maret 2021. ... Sony Music Publishing ..

Mana yang lebih baik ASCAP atau BMI?

Dari perspektif seorang seniman, tidak ada banyak perbedaan antara ASCAP dan BMI.Berbagai seniman mungkin lebih suka satu daripada yang lain, dan ASCAP memiliki biaya pendaftaran lima puluh dolar satu kali sementara pendaftaran dengan BMI gratis.Selain itu, Fungsi ASCAP dan BMI Demikian pula, mengumpulkan royalti atas nama seniman mereka.there isn't much difference between ASCAP and BMI. Various artists may prefer one over the other, and ASCAP has a one-time fifty dollar registration fee while registration with BMI is free. Other than that, ASCAP and BMI function similarly, collecting royalties on behalf of their artists.