5 hal tentang cara membangun kesadaran politik dikalangan Pelajar

BAWASLU MAROS – Pegiat Demokrasi, Abdul Karim mengungkapkan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mengawal pemilihan kepala daerah (Pilkada) sebagai wahana perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan demokratis.

Partisipasi sebagai pemilih yang berintegritas termasuk terlibat melakukan pengawasan di setiap proses tahapan pemilihan. Hal ini menurut Abdul Karim, menjadi aspek utama dalam menentukan arah kebijakan politik daerah yang menyangkut dan mempengaruhi setiap aspek kehidupan.

“Pemerintahan daerah yang baik hanya bisa didapatkan apabila proses pemilunya juga baik. Pemilu yang porak-poranda akan mengoyak kehidupan berdemokrasi. Sehingga diperlukan upaya dari seluruh komponen masyarakat untuk menjaga kualitas pemilu,” ungkapnya.

“Partisipasi yang rendah dapat menyebabkan rezim yang berkuasa hanya dan atau cenderung melayani kelompok. Dari partisipasi masyarakat itulah Pilkada bisa berkualitas dan daerah akan berkualitas” sambungnya.

Hal tersebut ia sampaikan dihadapan para peserta kegiatan Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Panwaslu Kecamatan dalam rangka Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Maros tahun 2020 di Aula Kantor Camat Bantimurung – Maros, Selasa 25 Agustus 2020.

Lebih lanjut ia menjelaskan, keterlibatan masyarakat tidak hanya memberikan hak suaranya di saat Pilkada berlangsung. Tetapi mengawal penyelenggaraan pemilihan, berpartisipasi melakukan pengawasan khususnya di ruang privat.

“Pilkada bukan hanya milik penyelenggara, KPU, Bawaslu, Parpol dan Calon, tapi pemilu itu milik seluruh rakyat, maka dari itu kita perlu aktif berpartisipasi,” ujar eks direktur Lembaga Advokasi dan Pendiikan Anak Rakyat (Lapar) Sulsel itu.

“Masyarakat harus terlibat dalam pengawasan Pilkada karena Bawaslu memiliki sumberdaya yang terbatas. Mereka penyelenggara, tetapi belum bisa menjamin bahwa pemilu ini bisa berjalan baik di setiap lini,” tutup Karim.

Editor dan penulis: Satria Sakti

Selasa, 08 Februari 2022 - 09:49 WIB

Pentingnya pendidikan politik bagi generasi muda. Foto/Ist

JAKARTA - Dunia politik memang selalu menawarkan hal menarik untuk dibahas, dianalisis, atau diamati dari berbagai sudut pandang. Meskipun tidak punya rencana terjun di dunia politik atau pemerintahan, ada baiknya jika lebih banyak masyarakat yang melek politik. Karena banyak keputusan politik akan berpengaruh ke berbagai sendi kehidupan. Kesadaran politik pada masyarakat bisa dimulai dari generasi mudanya.

Politik dan Generasi Muda

Saat membahas politik dan generasi muda , seringkali kita berfokus hanya pada satu hal, yaitu partisipasi anak muda dalam pemilihan umum. Meskipun sebenarnya ada banyak lagi yang juga memiliki urgensi. Pertanyaannya adalah, bagaimana seharusnya pendidikan politik dilakukan?

Baca juga: Pendaftaran Sekolah Kedinasan Segera Dibuka, Simak 7 Jenis Tes yang Wajib Dilewati

Sebelum membahas tentang urgensi pendidikan politik untuk generasi muda, alangkah baiknya kita ingat kembali definisi tentang politik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), politik adalah;

UNS — Pakar komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Andre N. Rahmanto memberikan sejumlah cara yang bisa dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menumbuhkan partisipasi politik di kalangan generasi muda.

Pertama, Dr. Andre meminta penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) untuk merancang program yang mencerminkan prioritas generasi muda yang berpartisipasi dalam Pemilu.

Kedua, generasi muda perlu diberikan fasilitas dan pelatihan. Ketiga, mendorong aktivitas yang berorientasi pada tindakan. Keempat, memfasilitasi hubungan antara generasi muda dengan pemimpin politik dan komunitas.

Kemudian, yang kelima bekerja dalam setting multipartisan. Dan, yang terakhir membangun dukungan dan konsesus pemimpin politik dan komunitas.

“Ditumbuhkan saja kebanggaan mereka (red: generasi muda) karena punya sesuatu yang lebih daripada teman-teman yang lain,” ujar Dr. Andre dalam webinar Sosialisasi Pengawasan Partisipatif bertajuk “Membangun Kesadaran Koletif Partisipasi Politik” yang digelar Bawaslu Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (25/5/2021).

Dalam webinar yang disiarkan melalui kanal Youtube Bawaslu Kabupaten Tasikmalaya, ia menyebut generasi muda di era saat ini tidak terlalu apatis seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, upaya untuk menumbuhkan partisipasi politik generasi muda relatif menjadi lebih mudah.

Hal itu dicontohkan Dr. Andre saat terjadi aksi penolakan terhadap RUU Cipta Kerja. Sebelum UU tersebut disahkan, para penggemar K-Pop ikut menyuarakan penolakannya melalui media sosial, khususnya di Twitter.

Di hadapan pimpinan Bawaslu Kabupaten Tasikmalaya, ia menerangkan faktor-faktor yang dapat mendorong partisipasi politik di kalangan generasi muda.

Seperti, adanya kesadaran berpolitik, kepercayaan kepada pemerintah atau sistem politik, pilihan partai politik, pilihan terhadap calon anggota legislatif, dan keyakinan pascapemilihan.

Dr. Andre menambahkan, partisipasi politik paling besar yang bisa digunakan generasi muda dalam partisipasi politik adalah melalui Medsos.

Caranya dapat dilakukan dengan berbagi pendapat soal politik di Medsos, berbagi informasi politik di Medsos, dan memposting pesan politik secara online, berpartisipasi dalam diskusi politik online, dan memberi ‘like’ untuk informasi politik yang diposting di Medsos.

“Teman-teman di media sosial sebenarnya punya harapan besar sebagai ruang publik yang partisipatif dan karakteristiknya Medsos itu siapa pun bisa membuat konten namanya user generated content,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Kebanyakan persepsi orang zaman sekarang mengenai politik pasti berhubungan dengan pemerintahan, orang-orang ber-jas dan ber-dasi yang kebanyakan tugasnya duduk berjam-jam sampai masalah yang di diskusikan selesai, bisa sampai satu ronde atau bahkan beberapa ronde, korupsi yang rapih, keadilan yang simalakama, kesejahteraan yang tak kunjung didapat,  dan masih banyak persepsi negatif  lainnya.

Jika persepsi seperti itu di konsumsi oleh para pemuda negeri kita tercinta, ya... pasti. Pasti apa?! Pasti  mereka semakin enggan untuk berkecimpung atau bahkan sekedar memberikan pendapat dan masukan terhadap dunia politik. Apalagi di zaman yang serba tekhnologi ini, yang membuat banyak para pemuda pemudi bukan hanya dalam negeri tapi juga luar negeri semakin tidak tertarik dengan yang namanya politik.

Rasanya lebih baik duduk berjam-jam sambil main games atau internetan dari pada mendiskusikan hal yang tak kunjung usai, mungkin begitulah pikiran anak muda zaman sekarang.

Lihat saja sekarang, mereka lebih terobsesi mencari pok*mon dari  pada cari berita politik, tak peduli tempat dan waktu mereka begitu antusias berbondong-bondong mencari pok*mon. Berbagai sudut di indonesia khususnya, baik Utara, selatan, barat bahkan timur mereka berjalan kesana kemari seperti orang ling-lung, mereka bisa saja dikira orang-orang yang mau demo jika saja yang mereka bawa itu bukan handphone melainkan spanduk bertuliskan ‘Turunkan Harga Sembako’.

Lalu, apa sebenarnya politik itu?!

Menurut Aris Toteles, politik adalah Usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Dari sumber yang saya dapatkan, bahwa dilihat secara Etimologis yaitu kata "politik" ini masih memiliki keterkaitan dengan kata-kata seperti "polisi" dan "kebijakan". Melihat kata "kebijakan" tadi maka "politik" berhubungan erat dengan perilaku-perilaku yang terkait dengan suatu pembuatan kebijakan. Sehingga "politisi" adalah orang yang mempelajari, menekuni, mempraktekkan perilaku-perilaku didalam politik tersebut.

Oleh karena itu secara garis besar para ahli mendefinisikan makna dari "POLITIK" ini adalah sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan Negara agar dapat merealisasikan cita-cita Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai rules agar kebahagian bersama didalam masyarakat disebuah Negara tersebut lebih mudah tercapai.

Seberapa besar peran pemuda pemudi dalam politik?

Sebagai warga negara yang baik, tentu kita semua harus berperan aktif dalam semua bidang kehidupan masyarakat termasuk politik. Bukan hanya para orangtua, orang dewasa,  bukan pula orang-orang ber-jas ataupun ber-dasi, tapi kita semua, para remaja aka pemuda pemudi pun harus ikut serta dalam tindakan kehidupan politik walau tidak menyentuh secara langsung, karena kita tidak secara langsung berkecimpung didalamnya tentu kita juga punya batasan-batasan tertentu didalamnya.

Jika kita -para pemuda pemudi- diibaratkan otot dan yang lainnya –orang dewasa, orangtua,dll- adalah  otak,  maka sama seperti peribahasa -Janganlah hanya pakai otot tapi pakailah otak, jangan Cuma pakai otak karena walau bagaimanapun kita membutuhkan otot, intinya otak dan otot sama-sama diperlukan-.

Maka  dari itu berarti, peran para pemuda pemudi dalam politik memang sangat diperlukan. Minimal berupa saran atau masukan yang tentu membangun dan berbobot, bukan sekedar bersiul yang non useful apalagi asal kumur-kumur. Lebih-lebih bisa secara langsung berperan aktif di area politiknya sendiri, tambah pengalaman, tambah ilmu, dan tambah eksis tentunya. Kenapa tidak?!

Sekarang-sekarangkan bukan hanya artis yang selalu jadi sorotan publik, tapi para tokoh politik pun sekarang sudah bak artis tersohor, walau kebanyakan sorotannya yang berbau negatif alias keburukannya aja, korupsi inilah itulah, pengelapan dana-lah, pemalsuan dokumenlah, pokoknya gitulah. Nah, sekarang tugas kita para pemuda pemudi untuk menunjukan ratusan bahkan ribuan kebaikan dan prestasi politik yang bisa diraih oleh negara tercinta kita, indonsia.

Seperti kata pepatah dari bapak kita –Ir Soekarno- "Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam." Jika kita ingin keberhasilan politik terwujud maka kita harus masuk kedalam politik itu sendiri bukan?! Bagaimana kita mengelola dan merubah politik kearah yang lebih baik jika kita sendiri enggan masuk kedalamnya?!

Bagaimana cara meningkatkan kesadaraan dan partisipasi para pemuda pemudi dalam kegiatan politik?!

Dalam keadaan tertentu kesadaran dan kemauan seseorang tidak bisa dipaksakan, tetapi bukan berarti tidak bisa diusahakan untuk dilakukannya perubahan, intinya kita hanya bisa berusaha tapi tidak bisa menetapkan, karena pengambilan keputusan terhadap diri sendiri hanya bisa di tentukan oleh dirinya sendiri, bukan oleh orang lain.

Karena itu, jangan harapkan perubahan akan datang jika kau sendiri belum memulai. Pihak lain hanya sebatas media atau perantara walau terkadang mampu mempengaruhi keputusan seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa cara untuk membantu meningkatkan kesadaran serta partisipasi para pemuda pemudi antara lain: Petama, dengan melakukan himbauan yang merata pada seluruh masyarakat khususnya para pemuda pemudi tentang politik, kemaslah semenarik mungkin; kedua, biasakanlah untuk membuat pemuda pemudi berperan aktif terhadap politik;

ketiga, meningkatkan motif pemuda pemudi dalam politik itu sendiri sehingga menumbuhkan dorongan yang kuat untuk ikut berbaur di dunia politik; keempat, pelatihan dasar seperti berbicara di depan umum dan kebebasan berpendapat mesti di tingkatkan, walau zaman sekarang rakyat bebas berpendapat, namun kadang-kadang ada alasan tertentu yang membuat hal tersebut tidak terealisasikan secara nyata dan menyeluruh, sengaja atau tidak disengaja;

kelima, para senior tokoh politik hendaknya memberikan contoh yang sesuai, jika para pemuda pemudi bangsa terus disuguhkan akan tindakan korupsi atau kejahatan liannya dalam politik yang tidak patut ditiru, maka apa yang mesti dijadikan pedoman bagi kami-para pemuda dan pemudi-? #LombaEsaiPolitik

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA